Pelajaran penting hari ini adalah; jangan pernah merendahkan profesi orang lain; mungkin saja dirinya sedang bekerja dengan ZenBook DUO!
Daftar Isi
Guru dan Profesi yang Masih Direndahkan
Saya akui, profesi guru – apalagi guru honorer – masih dipandang sebelah mata karena penghasilan mereka. Padahal, gaji guru saat ini nggak rendah sekali (kecuali guru honorer yang masih punguk merindukan bulan).
Guru ‘tetap’ direndahkan, kenapa pula anaknya diantar ke sekolah? Gurindam luka yang dipendam guru adalah kesabaran panjang dalam mendidik anak bangsa dengan segenap keterbatasan. Guru melakoni hidup yang digempur protes ‘netizen’ yang bahkan nggak tahu bagaimana cara mengajar A sampai Z dengan benar selama anaknya di sekolah.
Belum lagi, guru dipandang makan gaji buta karena banyak sekali libur. Entah apalagi yang disebut sampai menyudutkan guru tanpa kreativitas sama sekali. Bahkan, keluh kesah guru nggak ‘pernah’ didengar oleh pemerintah apalagi netizen yang cuma pintarnya mengeluh tetapi minta anaknya rangking 1.
Saya beranjak untuk naik lebih tinggi. Nggak mau dipandang sebelah mata; bahwa guru hanya mampu mengajar di sekolah saja tetapi nggak bisa ‘ngapa-ngapain’ lagi setelah itu.
Kreativitas yang saya bangun tak cuma untuk diri sendiri namun rupanya mendapatkan feedback lebih luas terhadap mereka yang haus bimbingan gratis. Coba bayangkan, berapa uang yang harus dikeluarkan seorang anak untuk ke psikolog atau orang tua untuk mendapatkan pengarahan yang tepat soal masuk kuliah?
Ratusan ribu bahkan jutaan, namun hasilnya belum tentu sepadan. Saya mulai memadukan antara ‘kebutuhan sendiri’ dan ‘kebutuhan orang lain’ saat mengasah kreativitas yang dimaksud itu.
Naik Level dengan Kreativitas Tanpa Batas
Dunia ini nggak sebatas duduk diam lalu senang-senang. Hidup aman sebagai guru memang benar karena tiap bulan mendapatkan penghasilan tetap. Namun apakah selamanya demikian sedangkan sisa waktu bisa dipergunakan untuk hal positif lain?
Saya kembali membuka memori lama, mengasah kreativitas yang luas lagi, dan ikut berbaur dengan perubahan zaman, lebih tepatnya mengikuti perkembangan gaya hidup anak muda masa kini.
Pulang sekolah, enaknya ngapain?
Konten Kreator
Jujur. Saya sangat bangga dengan titel Konten Kreator, meskipun nggak bisa disematkan pada nama. Dari internet (konten kreator) ini saya bisa berbagi banyak sekali pengalaman yang bisa mengubah pola pikir beberapa orang di luar sana.
Jika sebelumnya saya hanya ‘membantu’ kurang lebih 100 orang anak-anak di kelas XII, dengan bantuan ‘konten kreator’ ini saya bisa membantu ratusan bahkan ribuan orang yang nggak dikenal sama sekali.
Saya mulai dari yang bisa mengubah sebuah kebijakan. Memang, saya nggak bisa menyebut bahwa kebijakan dari pemerintah itu berubah karena konten yang saya punya. Namun, berkat konten tersebut (mungkin juga ada konten lain, atau masukan dari pihak lain di luar sana), sehingga sistem undangan masuk ke perguruan tinggi negeri dibuka kembali untuk sesaat.
Saya mendapati beberapa keluhan dari komentar di postingan sebelumnya, bahwa anak-anak yang ikut Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) nggak bisa lagi unduh kartu. Sebagian mengaku lupa unduh, dan sebagian lagi menyebut kartu tersebut nggak perlu padahal itulah tanda bukti pendaftaran ketika pendaftaran ulang di universitas tujuan nanti.
Saya membuat konten dengan tajuk “Lupa Cetak Kartu SNBP Risiko Nggak Bisa Daftar Ulang”
Saya berpikir, konten ini pasti akan sangat bermanfaat, sama seperti konten sebelumnya “Tidak Ada yang Murah di Dunia Ini Apalagi Minta Diskon UKT Kuliah” dan benar itu terjadi. Ratusan komentar masuk ke konten tersebut, dan sebagian besar lain mengirim pesan secara pribadi karena saya melewatkan komentar mereka di konten ini karena tertutupi dengan komentar-komentar lain (dari beberapa konten lain juga).
Tentu, saya menikmati proses yang terjadi ini. Makin banyak yang nonton, dan makin banyak yang berkomentar, konten yang saya buat sampai ke anak-anak kelas XII saat ini, dan sebagian lain adalah orang tua yang peduli terhadap pendidikan anak mereka. Saya malah berharap konten-konten ini masih bisa ditonton dan menjadi pelajaran penting di tahun-tahun mendatang oleh beda generasi.
Saya nggak mengira bahwa konten ini menjadi masukan bagi banyak orang, mungkin, termasuk pengelola situs SNBP. Akun-akun yang saling berkomentar di konten ini memperlihatkan interaksi dan kebutuhan orang-orang terhadap informasi penting.
Anak-anak yang galau karena lupa cetak kartu, orang tua yang galau biaya kuliah mahal. Saya membalas sebagian komentar sembari membuat konten lain mengenai biaya kuliah, syarat daftar ulang dan lain-lain, yang sebagian ramai penonton, dan sebagian ada yang sepi; tergantung rezekinya masing-masing.
Sebagian anak kelas XII yang nggak saya kenal dari mana asalnya, masih saya berikan arahan bagaimana mendapatkan kartu SNBP. Nah, di saat saya memberikan bimbingan suatu waktu tersebut, saya dikirimkan pesan oleh beberapa dari mereka bahwa portal SNBP dibuka ‘hanya’ untuk mengunduh kartu saja.
Alhamdulillah.
Saya ikut senang. Usaha mereka yang mengirimkan keluhan ke helpdesk sesuai arahan di konten saya berbuah hasil. Meskipun sampai tulisan ini saya terbitkan, sebagian dari mereka belum sempat mengunduh kartu – dengan alasan terlambat mendapatkan konten ‘tutorial’ tersebut!
Jadi guru goyang-goyang kaki saja? Ah, ngapain TikTok-an nggak bisa dapat duit juga.
Hidup ini nggak selalu duit bukan? Sebagian pengetahuan yang kita bagikan untuk orang lain tentu sangat bermanfaat dan pahalanya kembali kepada kita. Kalau kamu sempat, boleh menonton “Cara Siasati Tegihan Listrik Token Agar Murah” atau “Siapkan Uang Puluhan Juta Daftar Ulang SNBP 2024” dan “Penting! Dokumen Daftar Ulang Lulus SNBP” mungkin juga “Mau Lulus SNBP? Jurusan Kok Setinggi Langit” di mana konten ini memberikan efek besar terhadap kelangsungan masa depan anak-anak negeri!
Tahukah kamu? Jauh sebelum itu, sekitar setahun yang lalu, saya membuat konten di YouTube dengan Tajuk “Ingat! Penghasilan Orang Tua Menentukan Kelulusan SNBP” yang sampai hari ini sudah lebih 100 ribu tontonan.
Saya akui, persaingan ketat di YouTube sulit sekali mendapatkan viewer ditengah akun gosip dan pamer harta. Namun, dengan masuknya komentar sampai hari ini memberikan pandangan bahwa masih ada penonton yang butuh sentuhan ilmu baru terhadap masa depan anak mereka.
Sekali lagi, pemirsa di video ini rata-rata orang tua yang bertanya mengenai penghasilan mereka yang minim bisa memengaruhi anaknya untuk masuk kuliah. Secara garis besar, untuk jurusan tertentu seperti Pendidikan Dokter tentu sangat berpengaruh karena universitas mempertimbangkan bisa atau tidak sampai lulus di bangku kuliah. Jika ada seorang mahasiswa saja yang nggak bisa lulus tepat waktu, atau bahkan drop out, bisa berdampak pada akreditasi jurusan!
Saya memang tidak dapat banyak dari apa yang dibagikan ke media sosial ini. Kepuasan batin setelah berbagi menjadi perkara berbeda karena:
Saya bukan guru bimbingan konseling yang punya kewajiban memberikan arahan dan bimbingan kepada anak-anak di sekolah;
Saya bukan operator yang mengerti sekali mengenai SNBP, hanya tahu sepintas lalu soal anak-anak masuk kuliah dari cerita alumni dan juga informasi di internet;
Saya bukan psikolog yang mengerti kepribadian anak-anak bahkan tahu bakat dan minat seorang anak kelas XII agar bisa mudah lulus masuk perguruan tinggi;
Saya hanya guru biasa yang membantu anak-anak di sekolah, dan membuat konten agar waktu luang terbawa suasana positif daripada tidur siang bikin sakit badan;
Saya hanyalah orang yang ‘peka’ terhadap kemampuan anak-anak, dan ingin tahu kemampuan ekonomi orang tuanya agar mereka bisa mudah sukses tanpa terkendala biaya apapun selama kuliah.
Itu saja!
Serba-serbi guru konten kreator yang menghabiskan waktu luang untuk membantu anak-anak khususnya kelas XII. Saat beberapa konten di TikTok menjadi banyak penonton dan interaksi, saya merasa bahwa di luar sana begitu banyak anak-anak yang haus akan informasi valid mengenai masa depan mereka, terutama perkuliahan yang makin ke sini makin ke sana mahalnya.
Hanya saja.
Perlu trik khusus agar mereka bisa terbantu biaya lebih ringan. Di sinilah posisi saya sebagai orang yang paham mengenai keluh kesah hati mereka. Konten yang saya hadirkan ini bisa mengubah apa yang belum tahu menjadi paham soal seluk-beluk dunia pendidikan Indonesia yang makin begitu adanya.
Jadi guru kreatif, boleh-boleh saja bukan?
Penulis Novel
Jika konten kreator lebih kepada ‘kebutuhan orang lain’ maka menulis novel tak lain kebutuhan saya sendiri dalam mengisi waktu luang. Saya sadar, diberikan kesempatan untuk menulis sangatlah tidak mudah sehingga harus diperdayakan sebaik mungkin.
Menulis novel juga tidak mudah. Jika dulu orang berlomba-lomba menulis novel lalu diterbitkan menjadi buku, maka sekarang zaman benar-benar berubah. Novel-novel dari penulis pemula maupun penulis senior sudah banyak sekali versi digitalnya, termasuk di aplikasi berbayar!
Saya mulai merampungkan beberapa novel yang tertunda. Rasanya, seperti buntu jika tidak menulis setiap waktu. Novel yang saya tulis secara garis besar mengambil tema tentang Aceh, mengenai adat, pernikahan dan tabiat di negeri ini.
Di antara novel-novel ini, adakah yang pernah kamu baca?
Novel terbit di media online seperti ini juga memberikan sebuah kreativitas untuk saya. Waktu yang dibagikan harus diatur sebaik mungkin agar konten di media sosial terpublikasi, bab novel tetap lanjut, dan pekerjaan utama nggak terbengkalai.
Tantangan yang luar biasa. Di saat waktu disibukkan dengan mengajar, administrasi guru yang makin hari makin banyak, lomba blog yang makin menggiurkan, dan saya menyempatkan diri untuk mengikuti lomba novel yang risikonya sangatlah besar. Saya harus menyelesaikan beberapa bab yang telah ditentukan untuk masuk nominasi penilaian.
Nama juga obsesi dan harapan. Saya belajar menyiasati waktu dengan sebaik mungkin agar semua dapat. Sampai akhirnya, novel saya masuk menjadi salah satu pemenang yang akan diterbitkan menjadi buku!
Akhirnya!
Novel jadi buku tentu bermanfaat sekali untuk ‘kredit poin’ saya sebagai guru; terlepas buku akan laris nantinya di pasaran. Saya hanya ingin memberi tahu, bahwa sebagai guru saya mampu menulis fiksi yang sebenarnya keluar jalur seorang akademisi yang notabene berkutat dengan karya ilmiah.
Penulis Karya Ilmiah
Tunggu dulu.
Tantangan berikutnya tak lain menulis karya ilmiah berupa jurnal yang akhir-akhir ini sangatlah populer. Kita tahu sekali bahwa jurnal ilmiah ini biasanya dihiasi oleh dosen yang ingin mendapatkan kredit poin lebih tinggi, dan terkenal sebagai peneliti andal. Maka saya, mendobrak paradigma tersebut dengan mengirim karya ilmiah ke jurnal yang levelnya lebih tinggi, yaitu terserifikasi SINTA 5.
Konten kreator = penulis novel = penulis jurnal; lelahnya tentu di jurnal karena membutuhkan referensi yang baku. Konten di internet nggak menyebutkan sumber masih sah-sah saja. Menulis novel semuanya adalah fiksi meskipun berangkat dari inspirasi sehari-hari. Menulis jurnal?
Saya berkutat dengan banyak sekali referensi. Bagi saya yang hanyalah seorang guru di pelosok negeri, menulis jurnal sangatlah awam sekali. Saya nggak punya bekal yang kuat apalagi relasi di universitas yang bisa menggoyahkan hati editor. Belum lagi, level guru yang masih minim sekali karya ilmiah di jurnal-jurnal dengan sertifikasi SINTA level terendah sampai tertinggi.
Satu jurnal saya akhirnya lulus!
Saya mulai berbenah. “Oh, guru di pelosok yang nggak dikenal oleh siapapun bisa juga tembus jurnal SINTA!”
Saya makin bersemangat mengasah kreativitas dalam publikasi karya ilmiah; yang seperti saya sebutkan sangat dekat dengan akademisi (profesi saya sebagai guru).
Jika menulis novel masih dipandang sebelah mata, menulis jurnal bisa levelnya lebih tinggi bagi penilaian profesi. Meskipun menulis novel lebih rumit karena membangun khayalan lebih tinggi tanpa referensi di depan mata.
Saya Melompat Lebih Tinggi
Guru, iya.
Konten kreator, iya.
Penulis novel, iya.
Penulis jurnal, iya.
Apa nggak lelah? Kreativitas tidak pernah mengenal kata lelah, selama masih bisa diraih, saya pikir wajar saja untuk dikerjakan.
Apa rezekinya nggak cukup?
Kreativitas yang saya bangun dan kerjakan tidak selalu berkenaan dengan uang atau pemasukan. Contohnya, video di TikTok yang sedang naik daun sama sekali tidak membuahkan hasil apa-apa; padahal saya membalas konsultasi di pesan-pesan mereka. Bahkan, jika psikolog ternama sudah memasang tarif. Namun, dengan membantu orang rezeki kita akan berlimpah di tempat lain!
Lompatan saya ingin lebih tinggi agar otak terus terasah dengan baik. Jika artis hanya tidur 2 jam sehari, kenapa saya harus tidur 12 jam sehari? Selama masih bisa mengerjakan apapun yang bermanfaat untuk banyak orang tersebut, saya enggan untuk diam.
Namun, saya butuh amunisi lebih gahar lagi agar semua yang saya kerjakan ini bisa membuatkan hasil lebih baik. Saya melihat ASUS baru saja meluncurkan ZenBook DUO (UX8406), laptop dua layar yang keren di tahun 2024. Cocok banget untuk saya dalam mengajar di dalam kelas, menulis novel, menulis jurnal, apalagi membuat konten dengan satu layar referensi, satu layar lagi sebagai pekerja utama dalam menghasilkan konten-konten berkualitas!
Kesan Pertama dengan ASUS ZenBook DUO
Saya takut memiliki; karena bisa dilipat, bisa dicopot keyboard, bisa dibentangkan, bisa ‘tinggikan’ jadi dua layar, dan bisa mode laptop konvensional dengan layar kedua di bawah papan ketiknya.
Sungguh, ini sangat menakjubkan!
ASUS ZenBook DUO, sebuah generasi dari mahakarya produk ASUS lain yang pernah meluncur di Indonesia – bahkan dunia. ASUS menjadi model utama dalam menghasilkan karya inovatif, dan sesuai kebutuhan pengguna.
Semula, saya sempat berpikir, ngapain sih sampai dua layar begitu?
Saya pikir lagi berulangkali, saya memutuskan untuk punya laptop ini jika diberikan berjodoh dengannya. Karena apa:
Saya Adalah Guru
Sebagai guru generasi Z, saya lebih banyak menghabiskan waktu di depan laptop, baik saat mengajar maupun mengerjakan tugas lain, termasuk administrasi guru yang makin berganti kurikulum, makin banyak ya ampun.
Di dalam kelas, saya bebas mengajar dengan berbagai gaya ZenBook DUO. Laptop dua layar yang sangat membantu aktivitas harian dalam menampilkan hasil praktikum, video pembelajaran yang kreatif maupun kegiatan lain yang memungkinkan layar laptop lebih tinggi saat diaktifkan dua layar agar semua siswa bisa melihat lebih jelas. Belum lagi dengan mode dilipat sampai 180 derajat, laptop ini akan sangat membantu anak-anak selama proses pembelajaran.
Keluar kelas, saya dihadapkan pada administrasi guru yang datang satu nggak pernah pergi setengah pun. Saya akan mengandalkan mode dua layar untuk satu layar sebagai referensi dari buku-buku pelajaran, satu layar lagi sebagai sarana saya mengetik soal, membuat media pembelajaran, maupun menyusun jurnal guru yang harus dikumpulkan setiap bulannya!
Di mata saya sebagai guru, ZenBook DUO sangatlah tepat. Simpel, mudah, praktif, dan hemat tenaga!
Saya Adalah Konten Kreator
Sudah bukan rahasia lagi jika seorang konten kreator akan membutuhkan dua layar saat mengedit video. Satu layar untuk video editor, satu layar lagi folder berisi potongan video yang sedang digabungkan menjadi satu kesatuan yang keren pada akhirnya.
Saya sering juga mendapatkan referensi dari video lain saat membuat konten dalam bentuk video. Satu layar bisa bermanfaat untuk memutar video yang menjadi referensi, sedangkan satu layar lagi sebagai video editor aktif yang tidak akan membuat saya pusing buka tutup layar.
Di sisi lain, saat saya menulis artikel di blog, saya membutuhkan referensi atau gambar pendukung yang kemudian dituangkan ke dalam menjadi paragraf bermakna. Satu layar berguna sekali membuka referensi mengenai artikel serupa, satu layar lagi tak lain halaman Word yang menampilkan kursor dan ketikan panjang tanpa henti.
Jujur saja. Saya masih menulis blog, dan termasuk penulis blog yang menulis berdasarkan referensi dari berbagai sumber. Saat menulis artikel ini saja, saya membuka dua dokumen (Word dan halaman Google Chrome) agar bisa menulis dengan baik. Sebelah kanan adalah halaman Word, sebelah kiri tak lain halaman referensi dari ASUS ZenBook DUO di laman resmi ASUS.
Ya, sedikit sakit mata karena layar laptop jadi kecil akibat dibagi dua. Namun dengan ZenBook DUO yang memiliki ukuran layar 14 inci tentu saja nggak akan membuat saya makin mempertebal kacamata di beberapa hari kemudian!
Saya Adalah Penulis
Saat menulis novel online, saya selalu membuat tab lain ke halaman login aplikasi berbayar tersebut. Ribet pasti. Saya harus bolak-balik ke halaman Word, ke halaman aplikasi untuk memastikan model huruf, jarak, dan jumlah karakter terpenuhi sesuai kebutuhan.
Kadang, karena buka tutup tersebut, ide yang tiba-tiba datang menghilang tanpa alasan. Bikin kesal sementara deadline nggak bisa diulang kembali.
Saat saya memutuskan untuk menyelesaikan sebuah jurnal, sumber dan referensi sama sekali nggak sedikit. Dari satu halaman PDF pindah ke halaman PDF lain, nggak cukup di halaman PDF saya beralih ke Google untuk mencari referensi yang sesuai. Begitu seterusnya, sampai saya bisa menyelesaikan satu dua paragraf dengan berlembar-lembar referensi.
Waktu yang lama tersebut tentu membuat saya terkendala. Saya ingin cepat selesai jurnal agar bisa kirim ke universitas, atau lembaga publikasi jurnal resmi lain di Indonesia. Kadang, nggak semua dibayangkan untuk urusan jurnal ini, dikirim hari ini, tahu-tahu bulan depan baru ditolak, ada juga dikirim hari ini, seminggu kemudian dikonfirmasi akan diterbitkan!
Dua layar ZenBook DUO sangat membantu pekerjaan saya untuk menambah ‘kredit poin’ agar menjadi guru yang sebenarnya layak menurut konsep akademisi. Jurnal dipublikasikan, saya berhak mendapatkan poin lebih tinggi dibandingkan buku fiksi ratusan halaman!
ASUS ZenBook DUO Jadilah Milik Saya
Dengan kebutuhan dan ‘pekerjaan sampingan’ yang demikian banyak menurut saya sendiri, sudah sangat layak untuk meminang ZenBook DUO agar makin produktif sepanjang hari.
Yang menarik dari ZenBook DUO tentu saja 5 ‘wajah’ yang nggak dimiliki oleh generasi lain di usianya ini. Saya mau membagikan kelima wajah tersebut terlebih dahulu sebelum berlanjut ke hal-hal penting lain yang dimiliki oleh ZenBook DUO.
Dual-Screen Mode
‘Wajah’ baru dari laptop masa kini.
Saya belum pernah melihat sebuah laptop dua layar dengan ‘pewajahan tinggi’ sedemikian indahnya. Dual-Screen Mode tak lain wajah pertama dari ZenBook DUO yang menjadi andalan.
Dua layar yang indah dihubungkan menjadi satu kesatuan dengan keyboard yang bisa dilepas dari salah satu layarnya. Kedua layar ZenBook DUO ini memiliki cita rasa yang sama persis, meskipun kamu membolak-balikkan posisinya, layar tersebut akan mengikuti arah yang dimaksud sehingga nggak perlu putar-putar kepala untuk menyesuaikan; karena layar ZenBook DUO akan secara otomatis mengikuti posisi yang kita inginkan.
Penyangga layar melekat kuat pada kedua layar tersebut, nggak perlu ragu untuk mengubah posisi dari ZenBook DUO ini. Saya sempat khawatir saat membuka penyangga layar ini, apakah akan sangat kuat atau mungkin bisa salah putar. Nyatanya tidak, penyangga ini melekat kuat pada bodi laptop sehingga saat saya buka pun masih tetap kokoh. Jadi bebas ya, mau diputar-putar penyangga ini akan memberikan pengalaman terbaik kepada pengguna ZenBook DUO.
ZenBook DUO bisa saya posisikan dengan lebih tinggi melalui penyangga yang terintegrasi dengan baik sehingga sangat nyaman meskipun kedua layar menyala. Keyboard fisik yang bisa dicopot akan terkoneksi dengan Bluetooth dalam jarak sekitar 1 meter masih bisa beradaptasi dengan baik.
Sungguh pengalaman yang tak terlupa ketika memegang sendiri ZenBook DUO tanpa batasan apapun. Saya bebas membuka layar utama (bagian) atas dengan informasi-informasi dari internet, dan saya juga bisa mendapatkan file-file di layar kedua yang berbentuk bidang miring.
Coba lihat penyangga yang kokoh ini? Pernahkah terpikir mudah patah?
Saya pernah; sebelum memegang sendiri ZenBook DUO ini. Setelah saya mendapatkan pengalaman lebih berarti, pendapat saya tersebut sangatlah berbanding terbalik. Penyangga untuk dua layar ini sangatlah gahar untuk ukuran sebuah laptop yang telah memiliki sertifikasi dari militer.
Bodi luar boleh saja lebih soft, namun ketika berbicara soal kegagahan dari sebuah laptop dengan mode dua layar ini mungkin akan berbicara soal kekuatan magis yang tak tertandingi oleh laptop-laptop lain di harga serupa tahun 2024!
Ngomong-ngomong soal laptop dua layar, ASUS memulai sebuah hal menarik di tahun 2018 yang disebut Project Precog. Sejak tahun itu pula lahirlah produk-produk laptop dua layar ASUS seperti ZenBook Pro 15 (UX580) dengan ScreenPad, ZenBook Duo (UX481) dan ZenBook Pro Duo (UX581) dengan layar tambahan ScreenPad Plus maupun Zenbook 17 Fold OLED dengan layar penuh.
Sebuah kesempurnaan yang terus dikembangkan ASUS dalam memberikan pengalaman terbaik pada layar ganda. Nah, Zenbook DUO tidak main-main karena ASUS membekalinya dengan dua layar 14-inci 3K 120Hz ASUS Lumina OLED!
Menariknya, Dual-Screen Mode with Virtual Keyboard memberikan sensasi tersendiri bagi pengguna yang mungkin saja ‘bosan’ dengan keyboard fisik atau keyboard fisiknya kelupaan di rumah. Kamu bisa mengandalkan keyboard virtual meskipun dengan mode Dual-Screen sekalipun!
Bayangkan, saya bisa bebas berselancar di internet di layar utama sedangkan layar kedua bisa diaktifkan keyboard untuk mengetik di layar utama maupun di layar kedua. Kamu bisa melihat sebesar apa ukuran keyboard ini?
Menakjubkan bukan? Di layar kedua saya bisa membuka aplikasi maupun folder di bagian atas sedangkan di bagian bawahnya bisa membuka keyboard virtual. ASUS ZenBook DUO memang sangat memahami kondisi dan keadaan konten kreator yang berekspresi sebebas-bebasnya dalam batasan normal kehidupan manusia.
By the way, saya sudah katakan kalau keyboard fisik ZenBook DUO bisa dicopot dari layar kedua. Saat dicopot, keyboard ini akan bekerja dengan sambungan Bluetooth yang sudah otomatis aktif dengan sendirinya.
Pada saat saya melakukan uji coba (seperti yang sudah disebutkan tadi), keyboard fisik ini masih bisa menangkap sinyalnya dalam jarak kira-kira 1 meter lebih sedikit. Jadi kalau misalnya saya berada di dalam kelas, saya bebas keliling-keliling ruangan dengan membawa keyboard yang ringannya 0.3 Kg saja daripada membawa laptop dengan berat 1.39 Kg bisa tambah pegel!
Teknologi ZenBook DUO bisa saya sebut jauh lebih tinggi. Keyboard fisik ini saja mendapat perhatian khusus dengan menyematkan fiber optik pada layar kedua tempat keyboard ini disematkan. Fiber optik ini berfungsi mengisi daya ke keyboard selama di sematkan pada layar ini. Jangan khawatir, baterai di keyboard ini nggak mudah rusak lho.
Tiba-tiba kamu lupa mengisi daya atau bekerja sepanjang waktu dengan keyboard dilepas seperti pada Dual-Screen Mode ini, juga jangan khawatir. ASUS memberikan alternatif dengan kabel khusus pengisi daya keyboard. Kamu bisa menyambungkan ke port yang ada di layar kedua, dan kamu bisa bekerja dengan Dual-Screen Mode tanpa harus mengaktifkan keyboard virtual. Saya paham betul, nggak semua orang terbiasa dengan keyboard virual untuk laptop.
Apa jadinya laptop 14 inci ketika dibentangkan dengan ‘wajah’ baru begini, ukuran layarnya setara dengan 19,8 inci. Sangat terpesona dengan inovasi ASUS untuk ZenBook DUO di tahun 2024.
Dual-Screen Mode di ZenBook DUO, sebuah inspirasi masa depan laptop kelas atas. Kamu mau membuka aplikasi yang sama di kedua layar, cukup mencubit sedikit lalu di lempar ke layar kedua. Kamu juga bisa memuat informasi serupa di kedua layar dengan posisi memanjang. Keren sekali bukan?
Desktop Mode
Sensasi yang beda ketika mengubah ZenBook DUO menjadi ‘wajah’ Desktop Mode.
Wajah vertikal ini memang bukan hal baru karena ZenBook maupun VivoBook tipe sebelumnya juga sudah memberikan sentuhan ini. Desktop Mode pada dasarnya mempemudah menulis artikel, mencari informasi dan membaca data-data penting di internet maupun coding bagi penggemarnya.
Saya sendiri mengandalkan Desktop Mode ini saat proses pembelajaran yang listrik padam tanpa bisa mengandalkan infokus. Dengan mode ini, saya bisa keliling-keliling kelas seperti ‘sales’ untuk memperlihatkan visualisasi proses pembelajaran generasi Z yang selalu berkenaan dengan visual dan audio.
Kedua layar yang dibentangkan secara vertikal sangatlah tipis sekali. Meskipun di bagian bodi belakang terdapat penyangga namun tidak membuat lengan saya seperti mengangkat barbel seberat 5 kg. Saya masih seperti mengangkat benda ringan walaupun dalam waktu lama. Selama 2 jam pelajaran di kelas, saya masih sanggup untuk putar dari depan ke belakang, kiri dan kanan. Hitung-hitung olahraga sambil mengajar.
Apalagi di tahun-tahun terakhir, banyak sekali aktivitas guru yang dihabiskan bersama. Forum guru yang ada setiap sebulan sekali bisa saya andalkan untuk ‘pamer’ ZenBook DUO mode Desktop. Di saat pertemuan guru, ada saja diskusi kelompok yang biasanya harus putar kepala sebelah kiri atau kanan, bahkan berkerumun di satu sisi untuk melihat hasil kerja di layar laptop.
Dengan Desktop Mode pada ZenBook DUO saya nggak perlu khawatir lagi karena sharing informasi lebih terarah, mudah dilihat dari dua sisi. Misalnya, dalam sebuah kelompok terdiri dari 4 orang, maka di satu sisi dua orang dan di sisi lain dua orang.
Apa yang menarik dari Desktop Mode ini? Berbeda dengan laptop lain, dengan mode ini empat orang tersebut bisa melihat secara masing-masing di layar masing-masing pula. Layar ZenBook DUO akan menyesuaikan posisi ketika mode ini diaktifkan. Meskipun duduk berhadap-hadapan, keempat orang ini akan melihat ke layar masing-masing tanpa perlu putar arah.
Nah, bisa dibedakan bukan?
Layar utama dan layar kedua akan menampilkan informasi serupa namun pada posisi yang tegak lurus dengan pengguna.
Laptop Mode
Nama juga Laptop Mode yaitu ‘wajah’ lama yang tetap masih bisa diandalkan.
Laptop Mode pada ZenBook DUO lebih praktis digunakan saat ruang terbatas. Dengan keyboard di atas layar kedua, kita bisa bebas mengetik tanpa takut layar di bawahnya kenapa-kenapa. Pelindungan layar yang sudah mumpuni, salah satunya standar militer, membuat Laptop Mode sangat aman digunakan dalam keadaan mengetik di waktu yang lama.
Saya juga nggak bisa memberikan pandangan lebih banyak pada Laptop Mode. Untuk saya sendiri, saat menulis novel barangkali mudah menggunakan mode ini, ketika mengerjakan administrasi guru dan terhubung dengan printer, mode ini lebih leluasa digunakan. Semua tergantung kepada kebutuhan harian dari masing-masing.
Alasan kenapa Laptop Mode masih dipertahankan di saat empat mode lain sangat unggul, karena mode konvensional ini nggak akan pernah ditinggalkan!
Laptop Mode with Virtual Keyboard
Seperti yang sudah saya katakan tadi, kamu lupa membawa keyboard atau ingin mengganti dengan suasana baru, ‘wajah’ Laptop Mode With Virtual Keyboard sangat layak untuk diapresiasi. Cukup menyentuh dan tahan 6 jari beberapa detik di atas layar kedua, maka virtual keyboard akan muncul!
ScreenXpert akan menghadirkan pengalaman berarti untuk kamu menggunakan virtual keyboard. Layout keyboard yang berbeda-beda bisa memberikan sensasi berarti untuk kamu. Keyboard ini juga dilengkapi dengan touchpad virtual yang bisa diandalkan dengan baik.
Saya mencoba dua versi virtual keyboard pada ZenBook DUO ini. Versi pertama adalah keyboard yang berdiri sendiri di layar penuh dengan touchpad virtual yang sensitif sekali saat digerakkan. Saat mengetik di atas virtual keyboard ini, sensasinya sangat jauh berbeda, mirip seperti sedang mengetik di layar ponsel namun konsepnya di layar lebih besar yaitu 14 Inci.
Menarik. Sentuhan demi sentuhan seperti membawa saya ke dalam film-film fiksi yang terdepan teknologi. Dulu pernah berpikir hal ini nggak mungkin, namun ZenBook DUO malah menghadirkan teknologi tersebut di tahun 2024 ini.
Saya merasa tidak cukup dengan virtual keyboard layar penuh. Saya memberikan ruang lain di bagian atas layar kedua dengan mengecilkan virtual keyboard sesuai kebutuhan. Jadilah dua bagian yang menarik perhatian. Di bagian atas saya bisa membuka aplikasi lain, di bagian bawah saya bebas mengetik apa saja.
Virtual Keyboard memberikan pengalaman berarti untuk sensasi berbeda. Saya mungkin bisa mengandalkannya di masa depan karena kebiasaan mengetik di ponsel, mengetik di virtual keyboard pada laptop rasanya nggak akan ada kendala lagi.
ASUS menghadirkan solusi bagi pengguna Zenbook DUO (UX8406) yang tidak ingin menggunakan keyboard fisiknya. Melalui ScreenXpert, pengguna Zenbook DUO (UX8406) dapat menghadirkan keyboard virtual dalam layout penggunaan yang berbeda-beda lengkap dengan touchpad virtual.
Sharing Mode
‘Wajah’ yang saya tunggu-tunggu adalah Sharing Mode.
Saya membuka penyangga, membuka ZenBook DUO sampai 180 derajat, dan siap mengerjakan banyak hal di layar vertikal ini. Kedua layar sangatlah apik dan berfungsi dengan baik untuk saya sebagai guru, konten kreator, dan penulis.
Di saat menyiapkan bahan ajar, menonton video pembelajaran, saya bisa mengandalkan layar satunya lagi untuk mengetik di Canva atau Power Point. Saya juga bisa bebas mencubit di aplikasi pada salah satu layar untuk memindahkannya ke layar yang satunya lagi. Perfect!
Di saat saya mengerjakan sebuah konten, layar satu bisa menampilkan referensi apa saja yang sedang trending saat ini, dan layar satu lagi untuk memilih-milih video atau foto mana yang cocok untuk diposting. Begitu juga saat saya menulis blog, sebelah kiri adalah halaman login ke blog, sebelah kanan tak lain halaman Word yang sedang mengetik banyak kata.
Di saat saya menulis jurnal, sebelah kiri tak lain file-file PDF sebagai referensi, dan di sebelah kanan adalah halaman Word yang siap untuk menampung inspirasi sampai beberapa halaman sesuai kaidah jurnal dimaksud. Sudah nggak zaman lagi saya membuka buku fisik di atas meja sehingga bersemak, apalagi lupa menyimpannya di rak buku, tahu-tahu sudah kena marah sama di dia.
Elegan.
Menawan.
Dan, mewah.
Saya belum pernah mendapatkan mode laptop begini yang keduanya saling bertolak belakang namun bisa menampilkan hal yang sama. ZenBook DUO dengan sensasi tinggi memberikan hal lebih dari cukup agar teknologi tidak saja dinikmati namun bisa membantu pekerjaan sehari-hari dengan mudah.
Nah, soal penyangga pada Sharing Mode ini, juga jangan khawatir. Saya mencoba untuk melipat-lipat penyangga beberapa kali masih tetap kuat. Material yang digunakan lebih dari cukup untuk membuat Sharing Mode ini bersenyawa dengan aktivitas padat dalam keseharian penuh.
Sharing Mode juga sangat membantu saya mendapatkan hiburan penuh sepanjang hari. Di sebelah kiri bisa memutar musik-musik keren, atau menonton video sambil jeda, di sebelah kanan folder-folder dengan banyak referensi sebelum mulai bekerja kembali.
Saya bisa sebut, Sharing Mode ini sangat bermanfaat untuk saya sendiri – dan banyak orang lain di luar sana. Fungsi dan kebutuhan akan dua layar seperti ini tidak saja keren-kerenan namun bikin beken sebagai apapun profesi kamu saat ini.
Apakah sudah sudah menetapkan mode favorit apa saat memiliki ZenBook DUO nanti?
ZenBook DUO Sebuah Laptop Gahar dan Tahan Banting
Baiklah. Sebelum saya ngomongin laptop tipis tapi tahan banting, ZenBook DUO sudah pasti mengikuti arah kekinian dengan meeting online di suatu waktu.
Kamera Canggih Bantu Meeting Sukses
Dalam rangka memanjakan pengguna yang sudah terbiasa dengan video conference ini, ASUS memberikan sentuhan yang sangat signifikan di laptop premium mereka ini.
Di bagian atas layar utama, tepatnya di posisi tengah, sudah disematkan FHD camera with IR and Ambient Light Sensor function. Kamera ini nggak cuma bisa diandalkan untuk meeting online semata tetapi juga sudah mendukung Windows Hello dan Windows Studio Effect.
Bagi saya, saat Dual Screen-Mode diaktifkan, meeting terasa lebih nyaman dan enjoy karena bisa ‘ngapain’ lagi di layar kedua. Bukan artinya nggak fokus dengan materi meeting tetapi lebih kepada mengerjakan tugas belajar online ini jadi lebih praktis.
Jika saya memposisikan diri sebagai guru, sangatlah berguna kamera di layar utama ZenBook DUO ini karena sejak tahun 2023, guru dituntut untuk melakukan pengembangan diri lebih ‘banyak’ dari biasanya. Nah, di lembaga saya bekerja saat ini menyediakan ruang pendidikan online (resmi dari lembaga pemerintah pastinya), untuk mewadahi guru-guru yang nggak terpanggil untuk ikut pendidikan secara offline.
Dengan laptop dua layar ini, saya dengan mudah mengikuti materi pendidikan online di layar utama, dan mengerjakan tugas di layar kedua. Pastinya, saat mengerjakan tugas video conference nggak boleh terputus. Inilah manfaat nyata dari kamera, dan laptop dua layar ZenBook DUO!
Tipis Namun Kokoh
Tipis seperti ZenBook sebelumnya yaitu memiliki ketebalan hanya 1.99 cm saja. ‘Agak’ terlihat tebal karena keyboard fisik yang bisa dilepas dari layar kedua. Dengan berat yang sudah saya sebutkan di atas, ZenBook DUO memberikan kesegaran tersendiri apalagi jika bicara soal teknologi kelas atas yang dibawa serta olehnya di tahun ini.
Layar 14 inci menjadi pilihan terbaik karena standar kenyamanan yang diinginkan oleh banyak kalangan. Layar ZenBook DUO sudah pasti sangat mentereng dengan ASUS Lumina OLED di kedua layarnya. Nggak mudah sakit mata dan bisa berlama-lama di depan layar saat mengerjakan banyak aktivitas.
Dengan kekuatan baterai mumpuni yaitu 75WHrs, ZenBook DUO membawa serta Teknologi AI dalam melancarkan aktivitas generasi masa kini. Teknologi AI akan saya berikan pandangan di poin berikutnya.
Keyboard fisik yang tipis tetapi tidak akan melayang meskipun dibanting. ASUS menyematkan keyboard bluetooth ASUS Ergosense yang ramah akan jemari. Kamu pasti nggak akan pegal mengetik dalam waktu lama di atas keyboard fisik laptop ini. Papan ketik yang lembut khas ZenBook membuat saya sangatlah nyaman sekali menulis novel dan jurnal, bahkan mengerjakan administrasi guru yang makin nyaman bersama ASUS ZenBook DUO.
Touchpad terintegrasi dengan baik membuat saya nggak terlalu memikirkan mouse saat mengedit video sekalipun. Biasanya, saya membutuhkan mouse saat mengedit video agar mudah zoom-in dan zoom-out. Namun dengan tata letak touchpad dan fungsinya yang sensitif membuat saya nyaman saja meskipun mengedit video berdurasi lebih dari 5 menit.
Secara teknis, kedua layar Zenbook DUO telah tersertifikasi Dolby Vision®, Pantone® Validated, dan memiliki color gamut 100% DCI-P3 untuk memastikan reproduksi warna terbaik dan akurat. Layar tersebut juga telah mengantongi sertifikasi VESA DisplayHDR™ True Black 500 dan mendukung teknologi touchscreen sehingga dapat digunakan bersama dengan stylus ASUS Pen 2.0 yang dapat memberikan input secara presisi.
Editing video sudahlah sangat nyaman dan seakan-akan nggak ada celah di depan layar. Mau menonton film kesukaan secara maraton, juga akan aman-aman saja berkat teknologi sound harman / kardon yang membuat suara lebih renyah meskipun dalam volume cukup kencang.
Perpaduan yang sepadan untuk pengalaman audio dan visual dari ZenBook DUO. Saya nggak perlu khawatir soal kecerahan layar yang nggak begitu baik saat mengedit video, juga nggak terlalu pusing memikirkan suara suing dari luar karena saat menggunakan earphone, suara yang keluar dari ZenBook DUO benar-benar memberikan pengalaman lebih.
Biasanya, laptop tipis itu membuang beberapa port agar terlihat seperti selembar kertas. ZenBook DUO memiliki pandangan berbeda. ASUS menyematkan 1x USB 3.2 Gen 1 Type-A yang masih ramai orang pakai sampai hari ini dengan berbagai alasan.
Ada 2x Thunderbolt™ 4 supports display yang kekinian karena mudah menghubungkan dengan kabel ke ponsel. Satu buah power delivery yang letaknya berdekatan dengan tombol on dan off. Nggak lupa terdapat 1x HDMI 2.1 TMDS yang memudahkan sambungan ke infokus dalam presentasi offline, dan tentu saja 1x 3.5mm Combo Audio Jack yang bisa disambungkan dengan earphone agar edit video lebih nyaman, menonton dan mendengar musik lebih santai.
Saya mau memperlihatkan bagian depan dan belakang saat ZenBook DUO ini dalam posisi ditutup. Di bagian belakang terdapat engsel yang sangatlah kokoh dan lubang angin yang akan meredam panas pada laptop ini. Sedangkan di bagian kiri dan kanan terdapat speaker dengan suaranya tentu sangatlah ‘lembut’ berkat teknologi yang sudah saya sebutkan tadi.
Bagian depan laptop yang masih saya tutup tampaknya sangat minimalis dan manis. Layarnya saat ditutup nggak mudah terbuka. Biasanya, laptop yang nggak ada ‘kunci’ di bagian bodi saat dibuka dan ditutup ini terlihat menganga, berbeda dengan ZenBook DUO yang menutup rapat kedua layarnya walaupun masih terdapat keyboard fisik di sana. Namun jangan lupa, US MIL-STD 810H military-grade standar adalah sertifikat yang dipegangnya untuk kuat dan gahar secara fisik.
Hampir lupa, dan juga jarang disebut bahwa ZenBook DUO juga memiliki Stylus yaitu ASUS Pen 2.0 SA203H-MPP2.0 Support. Stylus ini sangat berguna bagi desain grafis yang sehari-hari menggambar untuk proyek mereka.
Stylus ini sangatlah sensitif sekali baik terhadap layar utama maupun layar kedua. Kamu bebas menggunakan Stylus untuk kedua layar tanpa ada pengecualian.
Teknologi AI ZenBook DUO
Performa Terbaik Ditenagai AI: Hadir sebagai laptop Intel® Evo™ Edition, dibekali prosesor Intel® Core™ Ultra 7 155H dengan chip Intel® AI Boost NPU untuk performa terbaik.
Sudah bukan rahasia lagi kalau anak-anak muda saat ini begitu cepat mengandalkan AI dalam berbagai aktivitas harian mereka. ASUS mengerti kemauan tersebut dengan bekerjasama dengan Intel dalam menghadirkan prosesor yang ramah terhadap AI.
Maka, lahirlah prosesor yang sudah disebut ini untuk membuat performa ‘dunia AI’ makin gesit tetapi tetap membuat laptop lebih hemat daya, lebih pintar dan cepat memproses aplikasi berbasis AI yang digemari anak muda.
Adalah Neural Procesing Unit (NPU) yang disematkan pada prosesor tertinggi Intel saat ini. Konektivitas teknologi ini dengan prosesor tersebut secara spesifik mampu bekerja dengan baik saat menggunakan AI. Semua aplikasi dan fitur yang bekerja menggunakan AI dapat dijalankan secara lebih baik tanpa menguras daya secara berlebihan.
Dalam mendukung performa makin kencang ini, ASUS membawa serta chip grafis Intel® Arc™ yang mampu menghadirkan performa hingga dua kali lipat dibandingkan dengan chip grafis terintegrasi di prosesor Intel® generasi sebelumnya.
Chip grafis Intel® Arc™ juga sudah didukung berbagai teknologi grafis modern seperti real-time ray tracing, Xᵉ Super Sampling, hingga DX 12 Ultimate dan Advanced Media Engine. Di Zenbook DUO (UX8406), Intel® Arc™ tidak hanya dapat mengakselerasi pemrosesan grafis, tetapi juga video encoding yang tentunya sangat penting untuk para konten kreator.
Bagaimana pendapat konten kreator soal performa CPU dan GPU ZenBook DUO ini? Nggak mungkin cuma didiamkan saja bukan? 5 wajah yang membantu produktivitas, prosesor dan grafis yang membantu kreativitas, apalagi yang ditunggu selain memilikinya sekarang juga?
Main Spec. | Zenbook DUO (UX8406MA) |
CPU | Intel® Core™ Ultra 7 Processor 155H 1.4 GHz (24MB Cache, up to 4.8 GHz, 16 cores, 22 Threads) with Intel® AI Boost NPU |
Operating System | Windows 11 Home |
Memory | 16GB LPDDR5X |
Storage | 1TB M.2 NVMe™ PCIe® 4.0 Performance SSD |
Display | Dual 14-inch ASUS Lumina OLED, 3K (2880 x 1800) 16:10, 120Hz, 0.2ms, 100% DCI-P3, PANTONE Validated, 600nits, VESA CERTIFIED Display HDR True Black 500, Low Blue Light, Anti-Flicker, Touchscreen with Stylus Support |
Graphics | Intel® Arc™ Graphics |
Input/Output | 1x USB 3.2 Gen 1 Type-A, 2x Thunderbolt™ 4 supports display / power delivery, 1x HDMI 2.1 TMDS, 1x 3.5mm Combo Audio Jack |
Connectivity | Wi-Fi 6E(802.11ax) (Dual band) 2*2 + Bluetooth® 5.3 |
Camera | FHD camera with IR and Ambient Light Sensor function, support Windows Hello, support Windows Studio Effect |
Audio | Smart Amp Technology, Built-in speaker, Built-in array microphone, harman/kardon certified |
Battery | 75WHrs, 4S1P, 4-cell Li-ion |
Dimension | 31.35 x 21.79 x 1.46 ~ 1.99 cm |
Weight | 1.39 Kg (laptop)
0.3 Kg (keyboard) |
Price | Rp33.999.000 |
Warranty | 2 Tahun Garansi Global dan 1 Tahun ASUS VIP Perfect Warranty |
Hadir dengan sistem operasi Windows 11, ASUS Zenbook DUO (UX8406) juga merupakan laptop berfitur Copilot untuk dukungan AI. Copilot di Windows 11 melengkapi keahlian dan kreativitas Anda dengan bantuan kecerdasan serta jawaban relevan.
Selain itu, sudah dilengkapi Office Pre-Installed, agar Anda bisa nikmati semua manfaat dengan PC yang lengkap – PC sudah termasuk Office Home & Student 2021. Aplikasi Office versi lengkap (Word, Excel dan PowerPoint) memberikan semua fungsi yang dibutuhkan dan diharapkan oleh penggunanya.
Artikel ini diikutsertakan dalam Blog Writing Competition: Laptop Dua Layar Terbaik ASUS Indonesia X Didno
Leave a Reply