Izinkan aku bercerita tentang pandemi, dan juga sekolah kami. Seakan, tidak ada lagi angin sepoi-sepoi di pekarangan yang ramai dengan dedaunan kering. Lingkaran yang biasanya dihiasi oleh tawa anak-anak kini benar telah hambar.
Tapi, aku tetap melangkah ke sekolah dengan segenap harapan. Mungkin esok, atau nanti kami semua akan mengenang situasi ini; yang akan diceritakan kepada anak cucu. Sebuah kisah yang memilukan, yang kata sebagian orang juga manipulatif, dan sebagian lain cuek terhadap kondisi. Di hari itu, aku mesti berteriak atau diam untuk hal yang tidak perlu.
Daftar Isi
Ini Hanya Sebuah Cerita
Setahun sudah berlalu dalam belajar yang tak pasti. Rindu bertalu-talu ingin ku sampaikan kepada semua yang ingin mendengar. Tetapi, cuma asa yang terkadang lewat sebagai pemanis iklan yang tidak dibayar permenit.
Ujian semester sudah kami jalankan dengan sistem online. Sekolah kami memilih ‘jalan pintas’ dengan menggunakan Google Form saja daripada menggunakan model ujian CBT (mirip dengan ujian nasional). Pun demikian, di hasil akhir ada juga anak-anak yang ‘cuma’ dapat poin 12 dari seharusnya angka 100.
Di minggu terakhir sebelum libur panjang berdasarkan kalender akademik, kami disibukkan dengan pengisian nilai raport. Mula sebuah cerita yang entah aku deskripsikan sebagai apa adalah di sini. Seorang siswa tergopoh-gopoh dengan masker memasuki ruangan, di sana juga ada kepala sekolah yang baru saja sampai dan meminta ku mengerjakan tugas lain yang mendesak.
Dalam balutan seragam sekolah – padahal sedang belajar dari rumah dan bisa berseragam bebas – dirinya penuh dengan keringat. Mungkin, entah bagaimana dia berlari ke dalam ruang itu atau suasana hatinya yang mengubah detak jantung lebih lebih sehingga berkucuran keringat.
“Pak, saya pelajaran apa yang belum ikut ujian?” todongnya dengan napas ngos-ngosan.
Aku terpana. Mungkin juga setengah sadar dengan apa yang ditanya oleh siswa kami itu. Demikian juga dengan kepala sekolah yang terlihat shock dengan pertanyaan barusan.
“Kamu yang ikut ujian kenapa malah tanya ke saya pelajaran apa yang belum?” aku berujar tanpa mempertimbangkan apa-apa; saking shock juga menemui seorang siswa yang tanpa dosa bertanya yang bikin tawa.
Dalam hati, aku benar-benar sudah tertawa. Dan, pemandangan tawa itu benar adanya. Seorang rekan kerja yang melintas di depan pintu sudah terkekeh.
“Saya nggak ingat lagi pelajaran apa yang absen ujian, Pak,” ngototnya.
“Saya bagaimana tahu itu?” aku balik bertanya, dalam menahan tawa. Kepala sekolah kami sudah tersenyum sendiri.
“Kamu catat roster ujian nggak?”
“Saya lupa, Pak,”
Waduh!
“Yang kamu ingat apa juga?” tanya kepala sekolah dalam tahan tawa panjang.
Ini benar-benar sebuah lelucon.
“Kamu niat sekolah nggak?” aku mulai ceramah, “Kamu harusnya sadar diri masih seorang pelajar, minggu ini ujian dan pelajaran apa yang akan diujiankan. Kamu mesti jaga jadwal ujian dengan smartphone harus hidup karena link ujian kita sebarkan melalui grup WhatsApp kelas,”
“Iya, tapi saya lupa pelajaran apa yang nggak ikut,”
Aku menepuk jidat.
“Kamu saja lupa, bagaimana saya mengingat hampir 200 siswa lain yang nggak ikut atau nggak ujian?” aku mulai emosi dalam tahan tawa. “Apa kamu meminta saya cek semua hasil ujian seluruh pelajaran dan melihat apa ada nama kamu di sana?”
Dia tergugu.
“Boleh saja saya cek. Tapi, tanggung jawab kamu itu apa? Kamu sendiri tidak bertanggung jawab terhadap diri kamu sendiri, bagaimana saya harus bertanggung jawab terhadap diri kamu?”
Dia menunduk dengan wajah malu.
Kepala sekolah mencoba menenangkan, masih dalam senyum tipis. Geli dan entah soal tabiat anak-anak zaman sekarang yang abai terhadap masa depan mereka, “Kita dengarkan dulu pendapatnya, Pak,” ujar kepala sekolah dengan tenang; tetapi hampir terbahak dalam wibawanya.
“Apa alasan kamu?” aku mengejar itu.
“Begini, Pak…,” dia mulai bercerita soal kehidupan keluarga yang carut-marut – bukan karena pandemi. “Saya punya adik tiga, Pak, semua sedang ujian dalam waktu bersamaan. Kami cuma punya 1 laptop dan 1 smartphone. Hari itu, adik saya sedang ujian keduanya. Seorang pakai laptop dengan internet dari hotspot smartphone, dan seorang lain menggunakan smartphone,”
Ceritanya kami simak.
“Saya sudah tunggu mereka tetapi tertidur. Saya bangun mereka sudah nggak ada dan smartphone habis baterai. Saya isi daya lalu saya tinggi menyuci pakaian,”
“Jam berapa itu?”
“Sekitar jam 12, Pak,”
“Kamu tahu, jam segitu saya masih menerima jawaban dari kalian?”
Dia terdiam saja.
“Seandainya saja kamu hidupkan smartphone sambil isi daya dan mengerjakan ujian, saya pikir itu tidak jadi masalah dan membuat smartphone kamu rusak. Toh, ujian juga pakai aplikasi ringan, Google Form,”
Dia tidak menjawab.
“Apa kamu sudah ingat pelajaran apa yang belum ikut ujian?”
“Apa ya, Pak,”
“Nah?”
“Jangan-jangan guru yang mengajar matematika juga kamu lupa,”
“Ibu…,”
Waduh!
Aku ngakak.
Kepala sekolah kami terpingkal.
Siswa itu entah dengan wajah bagaimana berlari meninggalkan ruangan kami berada.
Pelajaran Penting dari Kisah Ini
Baik. Aku dan siswa di sekolah barangkali menjadi kisah yang klise bagi sebagian orang. Namun, tahukah kamu kalau sejumput kisah ini mewarnai anak-anak di sebagian besar ‘rumah’ pendidikan?
Aku sering mendapat keluh yang serupa – guru lain juga demikian. Aku dan semua guru di Indonesia cuma mampu mendengar sedangkan membantu tidaklah mungkin. Guru honorer seperti kami, dibayar saja sudah syukur untuk mengisi bensin kendaraan apalagi untuk hidup senang.
Guru pegawai juga rasanya tidak mungkin merongoh kocek sampai jutaan untuk membantu seorang anak saja. Pinjam laptop atau smartphone selama di sekolah barangkali mungkin. Tetapi selama belajar di rumah, anak-anak harus berbagi dengan saudara mereka yang masih bersekolah. Tentu, guru wali kelas mustahil sekali mengelilingi seluruh kecamatan untuk menjumpai 25 sampai 30 anak di kelasnya. Dan, proses belajar maupun ujian sudah selesai cuma di 4-5 orang anak saja.
Dan ini terjadi dan terus terjadi selama pandemi ini. Aku tidak menyalahkan pandemi. Tidak pula memprotes keadaan kami di sekolah. Ada pelajaran penting dari semua yang bisa dimulai dari komunikasi dengan baik, dan mencatat semua hal penting agar tidak terbengkalai.
Siswa itu jelas salah di mataku sebagai seorang guru. Pertama, dia tidak menghidupkan alarm dalam pikirannya bahwa hari itu ujian. Dengan segala keterbatasan, aku memberikan kelonggaran dengan ujian ‘cuma’ pakai Google Form; yang diejek sekolah lain setelah mereka menggunakan sistem CBT dengan meminjam TP Link ASUS ke sekolah kami. Belakangan, mereka harus menunda 2 hari ujian karena sistem mengalami masalah.
Alasan kedua, dia benar-benar salah dengan lupa ujian yang absen. Bahkan, dia lupa ‘guru matematika’ yang telah mengajar di kelasnya. Klise sekali dan ‘ah itu sepele’ tetapi bagaimana kamu bisa mengenal jika nama saja tidak tahu. Mustahil kamu ingat x kuadrat kali y sama dengan 0 jika guru yang mengajarkan saja kamu tidak tahu siapa!
Dia menganggap ujian online itu sepele dalam hidupnya, ini menjadi alasan ketiga. Bahkan, saya lupa menutup formulir ujian sampai keesokan harinya yang mungkin bisa dikerjakan kembali oleh siswa yang belum saat mereka ingat di siang, sore bahkan malam. Tetapi, mereka menyebut dalam hati, walau tidak terujar, ‘toh, guru juga akan kasih nilai,’ atau ‘semua kita akan naik kelas kok,’
Kalau sudah demikian kita benar-benar harus meralat sistem pendidikan yang carut-marut sedemikian rupa; bukan pandemi yang menjadi alasan saja.
Dan alasan ini, saya memaafkan karena cuma memiliki dua perangkat untuk ujian sedangkan dia harus berbagi dengan kedua adiknya.
Begini Jika Ingin Berbagi Apabila Dia Mau
Dia sebut, seorang adiknya ujian menggunakan smartphone. Seorang lagi menggunakan laptop yang internetnya dari hotspot smartphone tersebut. Baiklah. Aku bisa ‘excuse me’ soal penggunaan smartphone karena akan sulit untuk mengikuti ujian.
Tetapi, untuk laptop ‘fine’ saja jika dia mau. Katakanlah laptop yang orang tuanya beli adalah sebuah perangkat yang ukuran layarnya 15 inci. Aku bisa siasati untuk 2 orang anak mengikuti ujian di satu perangkat saja.
Strateginya tentu seperti yang kamu pikirkan. Seorang menggunakan Google Chrome, dan seorang lagi menggunakan Microsoft Edge (Internet Explorer) dengan pembagian layar disesuaikan antara keduanya.
Ada banyak cara kalau mau sukses. Kamu berpikir bahwa sesulit itu, bahkan tidak mungkin demikian. Apalagi, komputer masa kini memiliki tampilan berbeda karena mereka memang berbeda. Dengan solid-state drive (SSD) dan teknologi terkini, Anda mendapatkan kecepatan, keamanan, ketahanan, dan desain yang cantik. Kami telah melakukan jajak pendapat, dan hasilnya, orang-orang lebih senang saat bepergian dengan PC modern.”
Nikmati semua manfaat dengan PC yang lengkap – PC sudah termasuk Office Home & Student 2019. Aplikasi Office versi lengkap (Word, Excel dan PowerPoint) memberikan semua fungsi yang dibutuhkan dan diharapkan oleh penggunanya. Penggunaan aplikasi Office seumur hidup dapat memastikan Anda untuk selalu memiliki akses ke fitur yang Anda kenal dan sukai. Dilengkapi dengan 100% aplikasi Office asli, software juga akan terus mendapatkan pembaruan keamanan yang rutin untuk melindungi perangkat, program dan data Anda.
Laptop dengan prosesor Intel® Core™ 10th Gen series ke atas didesain untuk performa dan mobilitas. Dengan efisiensi yang tinggi serta dimensi thin and light, laptop menawarkan peningkatan performa dan produktivitas untuk penggunanya. Konektivitas WiFi generasi terbaru juga memungkinkan transfer data 3x lebih cepat dibanding generasi sebelumnya.
Rilis dari ASUS Indonesia ini memotivasi kita untuk berbenah. Ayolah, jangan lagi memiliki pemikiran sempit dan cuma di sini saja, ada banyak cara untuk kamu sukses; bahkan tidak ketinggalan ujian semester itu. Mengapa penting ujian semester ini lain kali, akan aku ceritakan di sini!
Mari Beralih ke Laptop Ukuran Lebih Besar
Dalam kasus yang aku sebutkan ini; banyak juga kasus lain, kita coba cari jalan tengah yang simpel. Semua bisa teratasi dalam waktu yang bersamaan, dengan cara kita sendiri.
Perangkat pendukung tentu penting sekali. Kamu nggak mungkin bekerja dengan tulis tangan saat pandemi dan di rumah saja. Kirim pakai jasa pengiriman, lembar ujian kamu bisa sampai berhari-hari sedangkan jarak sekolah dengan rumah mungkin cuma 10 kilometer saja.
Laptop ukuran lebih besar telah menjadi gaya hidup bahkan kebutuhan harian anak sekolahan. Di saat bersamaan, kamu mungkin harus menyelesaikan tugas matematika tetapi harus mengikuti kelas diskusi bersama teman-teman. Semua bisa diatasi dengan layar lebih luas, sehingga kamu bisa membuka tab beberapa banyak, dan bisa menggunakan dua aplikasi di waktu bersamaan.
Misalnya, saat tugas matematika sampai, kamu tentu harus menelaah. Di saat itu, kamu sedang terhubung ke meeting online yang bisa dibagi dua bagian layar seperti contoh tadi.
VivoBook 15 (A516) aku rasa cocok untuk ini. Dengan layar yang lebih luas, kemampuan komputasi yang baik, dan juga speaker yang tidak begitu noise yang akan membuat suasana belajar kamu lebih nyaman.
Dalam rilis, Jimmy Lin selaku ASUS Regional Director Southeast Asia, menyebut, “Laptop berlayar besar memiliki banyak manfaat untuk penggunanya, mulai dari ruang kerja yang lebih luas, hingga pengalaman visual yang lebih imersif. Itulah salah satu alasan ASUS menghadirkan VivoBook 15 (A516). Tidak hanya sekadar laptop berlayar besar, VivoBook 15 (A516) tetap memiliki dimensi yang ringkas sehingga nyaman untuk digunakan dan dibawa bepergian. VivoBook 15 (A516) sangat cocok bagi para pengguna laptop 14 inci generasi lama yang menginginkan upgrade.”
VivoBook 15 (A516) memiliki dua tipe layar, yaitu 15.6”, FHD (1920 x 1080) 16:9, Anti-glare dan 15.6”, HD (1366 x 768) 16:9, Anti-glare. Jenis layar ini juga akan menentukan rentang harga antara keduanya, dipadu dengan spesifikasi lain tentunya.
Layar lebih besar sangat mendukung mobilitas tinggi dan bisa menjadi sarana yang bagus untuk multimedia. VivoBook 15 (A516) dilapisi oleh lapisan anti-silau (anti-glare) yang menjamin pengguna lebih aman dari sinar yang dipancarkan layar. Sudut pandang sampai 178 derajat juga memungkinkan pengunaan laptop lebih maksimal.
ASUS membubuhkan sesuatu yang beda untuk VivoBook 15 (A516), yaitu teknologi NanoEdge Display di mana membuatnya lebih ringkas dibanding laptop 15 inci lain. Bezel VivoBook 15 (A516) terlihat sangat tipis dengan screen-to-body ratio sampai 83%. VivoBook 15 (A516) terlihat seperti laptop 14 inci yang menggunakan bezel layar lebih tebal.
Layar yang lebih besar bukan berarti VivoBook 15 (A516) jadi lebih berat. ASUS memangkas bobot laptop ini hanya 1,8 kilogram saja. Dengan ketebalan 19,9mm laptop ini masih sangat ringan untuk dibawa bekerja di luar ruangan. Tidak saja ukuran layar laptop yang tipis dan ringan, ASUS memberikan kesegaran baru yaitu charger yang juga tak kalah ringkas sehingga mudah diselipkan di dalam tas saat bepergian.
Dengan layar yang cukup luas ini ini, aku percaya kebutuhan belajar anak-anak sekolahan di rumah akan teratasi. Apakah mereka berbagi dengan saudaranya saat belajar, atau multitasking saat belajar sendiri. Semua aman dengan layar 15 inci tanpa membuat mata sakit harus mengintip ke layar kecil saat proses belajar mengajar berlangsung.
Besar di Luar Juga Besar di Dalam
Besar dari luar bukan berarti kecil dari dalam. ASUS menyematkan dapur picu yang bukan main untuk laptop murah mereka, VivoBook 15 (A516). Laptop ini memiliki tiga varian dapur picu yaitu, Intel® Core™ i5-1035G1 Processor 1.0 GHz (6M Cache, up to 3.6 GHz), Intel® Core™ i3-1005G1 Processor 1.2 GHz (4M Cache, up to 3.4 GHz), Intel® Celeron N4020 Processor 1.1GHz (4M Cache, up to 2.8GHz), dengan pemilihan media penyimpanan adalah 256GB PCIe® Gen3 x2 SSD, atau 512GB PCIe® Gen3 x2 SSD, atau 1TB HDD + 256GB PCIe® Gen3 x2 SSD, serta memori Up to 8GB DDR4 RAM.
Di teknologi tertinggi dari prosesor 10th Gen Intel Core, Intel Core i5-1035G1, adalah konfigurasi 4 core dan 8 thread, serta boost clock hingga 3,6GHz. Angka ini tidak tertulis begitu saja tetapi membuat VivoBook 15 (A516) benar-benar andal dalam bekerja harian, bermain internet dalam waktu lama maupun menikmati konten multimedia yang cukup sering dilakukan.
Konten multimedia ini bisa dinikmati dengan baik berkat chip grafis NVIDIA GeForce MX330. Aplikasi photo editing, video editing, maupun game kasual dapat dinikmati dengan baik tanpa cela. Layar besar dengan visual terbaik memungkinkan pengguna menikmati semua aroma yang keluar begitu saja dari laptop ini.
Memori modern DDR4 membuat laptop ini makin berkelas. Serta penyimpanan yang dipadukan antara 2.5” SATA dan M.2 PCIe membuat konfigurasi sempurna untuk laptop kelas menengah ke bawah. Tentu, untuk perpaduan ini tergantung tipe laptop VivoBook 15 (A516) mana yang kamu pilih, tidak semua bisa dikonfigurasikan dengan baik.
Kelihatan besar dari luar, rupanya dari dalam juga besar untuk kebutuhan normatif selama di rumah saja; dan bahkan saat nanti kembali beraktivitas dari luar rumah. Kita membutuhkan layar yang luas karena semua hal saat ini dilakukan secara bersamaan, mau tidak mau harus diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Koneksivitas Tinggi dan Kebutuhan Harian yang Terpenuhi
Layar besar saja tidak cukup. Performa unggul juga tidak bisa membantu aktivitas harian tanpa didukung oleh koneksi yang lebih baik. Sebagaimana kita tahu, semua hal dari rumah dilakukan terhubung dengan internet. Perangkat yang mumpuni tak lain adalah mampu memberian suguhan itu dengan baik.
ASUS menyematkan kebutuhan transfer data online dan offline ini dengan baik untuk VivoBook 15 (A516). Untuk transfer data utama menggunakan USB Type-C, USB Type-A, dan HDMI. Untuk transfer data nirkabel menggunakan WiFi 5 (802.11ac) yang memungkinkan laptop terhubung ke internet dengan baik, dan Bluetooth 4.1 yang sangat bisa diandalkan dalam pengiriman data jarak dekat.
Dalam mendukung pembelajaran yang menggunakan audio visual, ASUS membenamkan audio jack di laptop ini. Jadi, kamu bisa mengandalkan headset selama proses belajar mengajar dari rumah. Belajar dari rumah juga akan lebih baik dengan VivoBook 15 (A516) berkat kamera yang menjadi andalan dari pembelajaran jarak jauh. Kamera yang tersemat di laptop ini adalah VGA Web Camera.
Dan yang pasti, Microsoft Office Pre-Installed yang mendukung aktivitas harian. ASUS telah mendapat dukungan dari Microsoft untuk memasang software office di laptop terbaru ini. Aplikasi yang diberikan adalah Microsoft Office Home & Student 2019, terdiri dari tiga aplikasi utama yaitu Word, Excel, dan PowerPoint. Semua ini bebas digunakan dengan update terbaru untuk keamanan dan malware.
Keyboard yang Bisa Diandalkan
Meski belajar menggunakan internet tetapi keyboard tetap harus digunakan. ASUS tidak lupa memberikan sentuhan menarik untuk keyboard VivoBook 15 (A516) ini. Biasanya, kita menemukan keyboard yang standar untuk laptop kelas menengah ke bawah. Berbeda dengan ASUS yang melengkapi keyboard laptop 15 inci mereka dengan backlit.
Dalam kondisi gelap, kita bisa menggunakan papan ketik dengan baik karena menyala indah. Keyboard VivoBook 15 (A516) memiliki desain yang sangat ergonomis dan lebih kokoh. Tombol-tombol di keyboard datang dengan key travel sejauh 1,4mm sehingga sangat idel untuk pengetikan.
Keypad juga sangat menarik dan dibuat kekinian. Di sudut kanan atas keypad ini terdapat sensor fingerprint yang akan menjadi keamanan biometrik. Kamu nggak perlu mengetik password lagi untuk masuk ke Windows, dan juga akan lebih mudah berkat Windows Hello dari Windows 10 Home.
Bekerja dengan MyASUS
Sinkronisasi dengan perangkat kamu dengan MyASUS. Kamu bisa melakukan kontrol mendalam sekaligus melakukan troubleshooting melalui satu aplikasi saja. Fasilitas lain adalah memindai sistem laptop, menemukan masalah, dan juga memperbaiki secara otomatis secara berkala. Di MyASUS juga akan memperlihatkan status garansi laptop ASUS dan layanan konsumen yang mudah dihubungi.
Di MyASUS terdapat Link to MyASUS di mana kamu bisa menghubungkan laptop dengan smartphone ASUS dengan mudah. Link to MyASUS akan menampilkan pesan dan notifikasi dari smartphone ke layar laptop, kamu juga bisa menerima panggilan telepon secara langsung di sini, dan melakukan aktivitas lain yang terhubung antara keduanya. Kamu juga bisa berbagai file secara cepat antara laptop dan smartphone melalui Link to MyASUS.
Bekerja dengan MyASUS tak lain keberuntungan untuk pengguna laptop ASUS dan juga smartphone ASUS. Jadi, jangan sia-siakan kesempatan ini.
Akhir Kata – Sebuah Rekomendasi
ASUS dengan layar 15 inci yang lengkap adalah VivoBook 15 (A516). Dengan prosesor 10th Gen Intel Core, lebih kencang untuk laptop lain di kelasnya. Memori yang lebih luas dan bisa ditambah lagi sesuai kebutuhan. Media penyimpanan yang bisa dikonfigurasi antara SSD dan HDD. Serta layar FHD 15 inci yang anti-silau membuat aktivitas harian tidak terbatas.
Kesempatan ini nggak boleh disia-siakan, terlebih untuk pelajar yang sedang mencari paket laptop mumpuni. Dengan harga mulai dari Rp5.299.000 untuk tipe Celeron N4020/HD/Intel UHD Graphics/4GB/256GB SSD, dan tertinggi Rp11.099.000 untuk tipe Core i5/FHD/GeForce MX330/8GB/256GB SSD + 1TB HDD. Kamu akan mendapatkan juga 2 tahun garansi global.
Pastikan kamu mencatat toko offline dan online untuk pembelian VivoBook 15 (A516). Jangan sampai terlambat untuk persiapan masuk sekolah pertengahan Juli nanti. Selamat meraih cita-cita untuk kamu bersama laptop pilihan ASUS!
Artikel ini diikutsertakan dalam ASUS – 15 Inch Modern PC. Bigger Dream, Wider Screen Writing Competition bersama dewirieka.com
Main Spec. | VivoBook 15 (A516) |
CPU | Intel® Core™ i5-1035G1 Processor 1.0 GHz (6M Cache, up to 3.6 GHz)
Intel® Core™ i3-1005G1 Processor 1.2 GHz (4M Cache, up to 3.4 GHz) Intel® Celeron N4020 Processor 1.1GHz (4M Cache, up to 2.8GHz) |
Operating System | Windows 10 |
Memory | Up to 8GB DDR4 RAM |
Storage | 256GB PCIe® Gen3 x2 SSD
512GB PCIe® Gen3 x2 SSD 1TB HDD + 256GB PCIe® Gen3 x2 SSD |
Display | 15.6”, FHD (1920 x 1080) 16:9, Anti-glare
15.6”, HD (1366 x 768) 16:9, Anti-glare |
Graphics | NVIDIA GeForce MX330 (optional)
Intel UHD Graphics |
Input/Output | 1x USB 3.2 Gen 1 Type-A, 1x USB 3.2 Gen 1 Type-C, 2x USB 2.0 Type-A, 1x HDMI 1.4, 1x 3.5mm Combo Audio Jack, Micro SD card reader |
Camera | VGA Web Camera |
Connectivity | Wi-Fi 5 (802.11ac), Bluetooth 4.1 |
Audio | SonicMaster, Audio by ICEpower®, Built-in speaker, Built-in microphone |
Battery | 37WHrs, 2S1P, 2-cell Li-ion |
Dimension | 36.02 x 23.49 x 1.99 ~ 1.99 cm |
Weight | 1,8 Kg |
Colors | Transparent Silver, Slate Grey |
Price | Rp5.299.000 (Celeron N4020/HD/Intel UHD Graphics/4GB/256GB SSD)
Rp5.399.000 (Celeron N4020/FHD/Intel UHD Graphics/4GB/256GB SSD) Rp7.599.000 (Core i3/HD/Intel UHD Graphics/4GB/256GB SSD + 1TB HDD) Rp7.899.000 (Core i3/FHD/Intel UHD Graphics/4GB/256GB SSD + 1TB HDD) Rp7.799.000 (Core i3/FHD/GeForce MX330/4GB/256GB SSD) Rp8.199.000 (Core i3/FHD/GeForce MX330/4GB/512GB SSD) Rp10.999.000 (Core i5/FHD/GeForce MX330/4+4GB/256GB SSD + 1TB HDD) Rp11.099.000 (Core i5/FHD/GeForce MX330/8GB/256GB SSD + 1TB HDD) |
Warranty | 2 tahun garansi global |
Leave a Reply