Suara Cantik di Bandara Terminal 3 Ultimate Soekarno-Hatta Menakutkan – Bagi seorang traveler, Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, atau bandara lain, adalah termpat istirahat dari segala lelah. Langkah yang diayun langsung lega seketika dalam ruangan dingin ini dengan berbagai keindahan yang ada. Di Terminal 3 Ultimate, Pesona Indonesia, meliuk-liuk di segala sisi. Terminal maskapai ekslusif ini memang dibangun dengan cita rasa Indonesia sehingga pelancong bisa menikmati pemandangan meski dari lukisan atau gambar ukuran besar.
Suara Cantik di Bandara
Meski sudah beberapa kali saya singgah di Terminal 3 – Kedatangan dan Keberangkatan – saya tetap saja terpesona dalam diam. Traveler yang berjalan sendirian, bisa membunuh rindu bertalu-talu kepada rumah yang masih jauh di mata. Rindu saya kepada rumah dalam 3 jam perjalanan udara seakan benar terlewati saat melihat keindahan demi keindahan di terminal ini.
Di setiap lekuk tubuhnya adalah keseksian yang tiada tara. Di setiap sudut bersemi troli dan orang mendorong koper yang terasa berat di atas permadani bercorak indah. Namun, semua berpacu dalam waktu, semua mengejar yang tidak mau ditinggal, semua seirama dalam diam meski berjalan beriringan dengan kerabat.
“Gate berapa?”
“Di mana Gate yang tertulis di boarding pass?”
“Masih jauhkah untuk sampai ke Gate 14?”
Tanya itu akan muncul tiba-tiba, meski saya telah berpengalaman mendorong langkah ke Gate 14, untuk Pintu Keberangkatan pulang ke Aceh dan beberapa kota lain misalnya Bali. Turun eskalator setelah melewati X-Ray masih harus memutar beberapa langkah ke depan dengan terus memperhatikan Gate berapa yang baru saja dilewati.
Detik menghitung maju di dalam hati untuk segera mencapai ke Gate 14 karena di beberapa Gate yang dilewati petugas bandara tampak sedang menyobek boarding pass passenger yang akan segera berlabuh dalam mimpi di dalam pesawat.
Petugas memeriksa penumpang dengan jeli, di sini tali pinggang, alat elektronik maupun jam harus melewati X-Ray maka jangan tidak melakukannya karena peringatan akan berbunyi keras. |
Tempat pengambilan bagasi yang rapi untuk penumpang baru saja tiba. |
Benar kemudian tepat pada jam yang telah ditentukan pintu pesawat dibuka dan kami segera berbaris di depan pintu masuk, di lorong yang sempit, yang lantas membawa kami ke bawah untuk diberangkatkan dengan bis menuju pintu pesawat yang sebenarnya.
Namun, sepanjang waktu yang menggebu tersebut, sepanjang diam sebagai seorang traveler di bandara, saya tetap aktif di media sosial. Sekadar berbasa-basi akan pulang ke Aceh. Kirim foto untuk menampakkan keindahan bandara ini. Dan berinteraksi dengan teman-teman di grup WhatsApp dengan segala keculuan yang menggoda.
Internet tentu menjadi bagian terpenting untuk traveler. Jangkauan cerita ini dan itu adalah bagian terpenting dalam setiap perjalanan. Share ke media sosial atau berkabar ke kerabat melalui layanan chatting menjadi keasyikan tersendiri. Belum lagi saat membunuh jenuh sebelum pintu pesawat dibuka.
Kebiasaan saya adalah membuka aplikasi berita yang telah tersimpan di smartphone untuk membaca update terbaru. Terlintas tweet berjajar dari akun Twitter yang saya follow. Wall Facebook yang penuh amarah dan pongah akan hidup tak seimbang. Wall Instagram dengan foto-foto terbaik dari akun yang saya ikuti.
Dan sekelumit kisah lain dari smartphone dengan jari saya bolak-balik membuka beberapa aplikasi. Maka, saya butuh jaringan XL untuk memanjakan mata dan menyegarkan pikiran saat di bandara.
Petugas bandara mondar-mandir dengan seragam khas, tanyakan ke mereka jika ada keraguan jangan ke sesama penumpang. |
Antrean panjang di konter check-in, ada bagasi atau tanpa bagasi harus jeli ya jangan sampai salah antre. |
Saya menanti dengan sabar. Saya akan terpukau dengan suaranya. Saya akan terlena sejenak. Saya akan terkesima. Saya penasaran. Saya ingin tahu siapa dibalik suara cantik tersebut!
Ting tong ting tiong – mungkin demikian intro dari pengeras suara yang akan diperdengarkan kepada seluruh penumpang di terminal luas tersebut. Suara cantik pengeras suara itu menjadi pusat perhatian bagi seluruh penumpang.
Karena apa? Tentu untuk jaga-jaga pesawat dengan nomor penerbangan yang tertera di boarding pass akan segera berangkat, pintu masuk pesawat telah dibuka, atau pemberitahuan passenger yang sudah check-in namun belum masuk ke dalam pesawat. Tentu juga, takut nama kita dipanggil untuk segera masuk pintu pesawat.
Bagian terakhir in rasanya malu sekali, makanya saya selalu bergegas untuk duduk manis di ruang tunggu agar nama indah tidak dipanggil oleh suara cantik itu. Saya pun bebas mau update ini itu ke media sosial. Saya juga lebih leluasa membaca banyak informasi tanpa harap-harap cemas akan ditinggal pesawat.
Papan pengumuman yang besar wajib ditengok untuk cek nomor penerbangan berada pada garis apa, siap berangkat atau boarding. |
Kurang lebih, suara cantik itu menyeru, “Perhatian, panggilan terakhir kepada penumpang pesawat GA dengan nomor penerbangan GA000 tujuan Palembang, dipersilakan segera menuju pesawat udara melalui pintu 13!” lalu diartikan kembali dalam bahasa Inggris.
Penumpang mendorong koper dengan aman dan dikelilingi oleh toko beragam barang jajanan. |
Rasanya, kerinduan terhadap suara cantik itu begitu membuncah. Seperti, ingin berkenalan dengannya. Rasa ingin tahu rupanya yang cantik seperti suaranya.
Dan pancaran lain yang sulit dijabarkan. Singgah saja ke Terminal 3 di Tangerang, Banten. Kamu akan terpesona dengan banyak hal, tidak hanya dengan suara cantik yang mungkin akan memanggil namamu karena sibuk berfoto di segala sudut dan lupa menuju Gate yang tertera di boarding pass.
Begitu mudah melihat pilot atau pramugari di terminal 3 ini. |
Leave a Reply