Suami Pengangguran Pukul Istri Karena Makin Banyak Anak

Percuma!

Aku tidak akan pernah menang berdebat dengan suamiku. Laki-laki ini selalu berada di garis batas keinginannya. Aku sangat paham, bahkan sudah kuselami wataknya semenjak kami belum menikah.

“Terserah! Papa ambil Nayla dan antar dia ke sekolah sekarang, biar saja tasnya kosong tak ada makan apa-apa!” putusku. Kularikan badanku ke tempat Raka. Kupungut putra bungsu kami lalu kubawa ke kamar mandi. Biasanya Raka akan mengakhiri tangisannya selesai dimandikan.

Mudah sekali suamiku bicara putusan pensiun. Dia pikir hidup kami akan sejahtera saat aku pensiun? Tidak akan pernah. Karena akulah tulang punggung keluarga ini!

Tak lama suara Nayla pun reda, rayuan suamiku berhasil membuat Nayla berhenti menangis. Dari sudut mata kulihat mereka berlalu. Tak lama suara dengungan sepeda motor keluar dari perkarangan rumah kami.

Aku terpengkur. Kuperhatikan Raka lekat-lekat. Putraku itu sedang memainkan percikan air. Apa jadinya putra kami ini kelak? Beban istrinya juga?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *