Lelaki itu gusar.
“Agamaku tidak menghalalkan kekerasan dalam perkawinan, dari jaman nabi sampai masa kini. Kau seharusnya mengerti, agamaku dan agamamu masih tetap sama!”
Safrida melangkah meninggalkan suaminya. Lelaki yang ditinggal itu diam terpengkur. Rambutnya acak-acakan. Hatinya tak kurang acak dari itu.
“Aku tidak wajib menafkahi keluargaku, itu tugasmu sebagai suami!”
Safrida mengambil tas. Helm. Menarik pintu depan. Kembali ke tempat kerja. Jas yang ia kenakan sudah basah keringat. Begitu juga kerudungnya sudah miring kiri kanan. Suara televisi masih terdengar kencang. Piring di dapur pecah, mengalahkan suara televisi dengan berita seorang suami membunuh istrinya. Pecahkan saja semua!
Istri Kerja di Kantor Juga Melayani Suami karena Suami Pemalas Tampar Istri
Leave a Reply