Safrida melotot.
“Kau membentak tiap hari, aku malah baru hari ini. Bukan jaman yang kau salahkan! Dari dulu sampai sekrang suami tidak berhak membentak istri, tidak berhak memperlakukan istri sebagai pembantu dalam hidupmu! Apa salah aku melawan watak kau yang tak berubah!”
“Berubah katamu? Kau sudah tahu aku pengangguran kenapa kau mau aku nikahi?”
Safrida kehabisan kata-kata.
“Kau puas setelah menikah denganku kan? Kau puas setelah aku tiduri tiap malam kan? Bukankah kau ingin memiliki suami tampan agar kau tidak malu kenalkan aku pada teman-teman kau itu?”
Safrida duduk lemas.
“Heh! Jangan kau kira aku tidak bisa mendapatkan yang lebih baik darimu!”
Amarah Safrida kembali menguap. Ke ubun-ubun.
“Ya. Carilah jika kau mau! Aku telah melayanimu dengan baik. Agamaku tidak pernah menganjurkan pernikahan seperti ini!”
“Agamaku juga!”
“Agamamu? Kau masih ingat agama? Kapan kau terakhir shalat?”
Suami Selalu Ajak Debat Panjang
Leave a Reply