Suami Pemalas Tampar Istri yang Bekerja dari Pagi ke Pagi Tanpa Lelah

“Bahagia sekali Nana, dapat suami yang sangat perhatian,” Asri memulai percakapan di pagi hari. Mungkin pengganti sarapan paginya.

“Katanya, kemarin baru dibeli mutiara dari luar negeri,” timpal Ina. “Saya sudah pernah lihat lho, jadi ingin punya juga,”

“Coba kalau suami kita seperti itu ya?” khayal Asri.

“Iya. Rumah saya pasti banyak perabotan mewah, mobil bagus, baju trend saat ini, uang belanja tiap hari…”

“Benar. Dengar-dengar, suami Nana juga sering masak. Suami saya? Jangankan disuruh makan, belanja saja nggak mau!”

Safrida tidak ikut menimpali. Asri dan Ina masih memuji-muji suami Nana, rekan kerja yang selalu datang terlambat tiap hari. Sesekali Asri dan Ina juga saling mengagumi suami masing-masing. Suami Asri yang sering membantu cuci baju di hari minggu, sampai bersihkan halaman rumah. Suami Ina yang rajin ngepel lantai tiga hari sekali. Suami mereka, punya keistimewaan yang bisa dibanggakan. Suami Safrida?

“Suamimu bagaimana, Saf?” tanya Asri mendadak. Safrida terhenyak. Menelan ludah. Pahit. Apa yang bisa dibanggakan dari suaminya? Melihat suami yang hanya duduk tak melakukan apa-apa tiap hari sudah membuat Safrida muak. Bangun siang hari. Tidak mandi. Marah-marah. Minta uang jajan. Nonton televisi sampai larut malam. Atau menghabiskan banyak waktu di warung kopi ujung gang masuk rumah mereka. Besoknya, rutinitas yang sama. Lusa sama saja. Lusa lagi tetap sama. Sampai sekarang.

Safrida tersenyum pada Asri dan Ina. Jawabnya cukup dalam hati saja. Suamiku masih tidur pagi ini!

Pulang ke Rumah Suami Minta ‘Makan’

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *