Segenap Papua untuk Kita Nikmati Rasa dan Asa

Segenap Papua untuk Kita

Segenap Papua untuk Kita Nikmati Rasa dan Asa – Bicara Papua, bicara soal keindahan yang tak pernah usai. Dalam suatu ketika, pernah terbersit untuk ke Papua suatu ketika. Namun, untuk sampai ke sana bukanlah cerita pendek atau sebuah puisi penuh kenangan manis. Saya harus mendayuh lebih kencang agar bisa menghalau segala asa.

Bagaimana Papua menjadi sebuah keharusan yang menjadi-jadi dalam diam namun tidak pernah memungkiri diri untuk terus berbenah. Papua tidak saja soal jauh tetapi seperti apa rupa untuk ke sana suatu waktu. Papua lahir karena memang untuk kita dan tidak ingin menjadi yang lain. Dalam Papua adalah keindahan yang tak pernah pudar sama sekali.

Soal Papua itu pula, Blogger Perempuan bersama EcoNusa Foundation membagi kisah mengenai alasan-alasan ke Papua – jika beruntung menginjakkan langkah di sana. Wonderful Papua Online Gathering adalah acara yang keren dengan konsep temu ramah blogger nusantara melalui aplikasi video conference, Zoom. Blogger yang mendapat undangan gathering ini mendengar kisah yang menyentuh dan menarik seputar Papua adalah kita Bustar Maitar (EcoNusa Foundation), Kristian Sauyai (Ketua Asosiasi Homestay Raja Ampat), dan Alfa Ahoren(Perwakilan Pemuda Papua).

Baca Juga:

Bincang yang seru dari Sabang sampai Merauke dalam durasi kurang lebih 1 jam dimulai pada pukul 15.00 WIB. Begitu Papua disebut, terbayang beberapa kisah yang tak kunjung usai dari segenap sisi kehidupan. Kita lupakan soal perih luka di sana, ada harapan yang senantiasa memberi kesegaran seperti ujung Papua yang terindah, maupun negeri di atas awan yang menjadi mahakarya dari lukasi alam tak tertandingi.

Bicara Papua Adalah Kita

Jadi, beberapa waktu lalu, Blogger Perempuan dan EcoNusa Foundation mengadakan lomba blog tentang keindahan Papua. Antusia blogger yang mengikuti lomba ini cukup banyak dan mendapatkan tempat tersendiri di hati panitia, dengan itu, dipilih 30 blogger terbaik untuk mengikuti gathering secara online – sebelumnya diagendakan secara offline tetapi dibatalkan karena situasi yang tidak membaik di Indonesia.

Saya termasuk yang antusias mengikuti gathering menggunakan Zoom ini – bisa juga ditonton secara live pada waktu yang sama di Channel YouTube EcoNusa. Seperti, ada kedekatan tersendiri antara Aceh dan Papua di mana seluk-beluk, ragam budaya, maupun ‘konflik’ yang selalu menjadi perhatian dunia adalah di dua daerah ini. Di saya, bicara Papua adalah bicara Aceh itu sendiri. Hanya jarak saja yang memisahkan kedua tempat ini.

Selepas Jumat, sedikit bersantai menunggu waktu, saya ikut berpartisipasi untuk memposting Instagram Story sebagai apresiasi terhadap gathering ini. Di setengah 3 sore itu, saya menyiapkan beberapa kebutuhan dan tak lama ikut bergabung ke dalam ruang meeting. Beberapa blogger sudah saya kenal namun di ruang ini kami cuma bisa mendengarkan orasi narasumber, tanya jawab, dan tidak bisa saling berdiskusi satu sama lain untuk bertanya kabar karena trafik Zoom bisa terganggu.

Tentang Papua dan Keindahan Alam

Di awal sesi, host memberikan beberapa pertanyaan yang mendapatkan hadiah tentunya. Saya yang cenderung pendiam di dalam ruang meeting, tidak kebagian menjawab pertanyaan secara cepat. Akhirnya, jawaban diberikan oleh blogger lain dan mendapatkan hadiah menarik dari panitia.

Alfa Ahoren, salah seorang narasumber yang merupakan pemuda Papua yang giat mempromosikan destinasi terbaik di daerahnya. Tak terbendung, banyak sekali tempat yang disarankan untuk kita kunjungi suatu saat jika ke sana.

Pengunungan Arfak adalah satu satu destinasi wisata Papua yang direkomendasikan oleh Ahoren. Dalam video yang diputar, tampak jelas sekali keindahan Papua dari berbagai sisi, dengan rasa dan asa yang berbeda, dengan panorama yang benar-benar tak bisa diabaikan sama sekali, dan dengan kerinduan untuk kembali apabila telah menjelajah ke sana nanti.

Surga dunia adalah Papua, sebut Ahoren berkali-kali. Dalam beberapa video yang diputar, kalau kita mencari foto di internet, bahkan mendapati foto di lini masa, memang benar sekali bahwa Papua adalah surga keindahan yang masih perawan. Jauh di sana, banyak sekali tempat yang harus dikunjungi untuk menggenapkan ‘cuci mata’ soal keindahan alam Indonesia.

Ada keinginan ke Papua – tetapi jarak benar-benar memisahkan dengan tidak adanya tiket pesawat murah ke sana. Barangkali, dengan dipromosikan destinasi terindah di pengunungan dan lautan, ke Papua bisa lebih murah suatu saat nanti.

Sampai di sini, saya cuma tahu transportasi yang sulit di Papua dengan rakit atau jalanan terjal bahkan pesawat komersial ukuran kecil untuk menembus batas. Tak hanya itu, pangan dan pakan yang mahal cukup membuat kening berkerut untuk menikmati suasana alam yang benar-benar luar biasa.

Jenny Karay, host meeting memandu dengan baik dan rapi, tetapi sangat seru. Host ini juga Papua Social Media Influencer dan Community Ambassador untuk Papua dan Papua Barat. Jadi, wajar saja kalau diskusi ini menjadi sangat seru sekali.

Tentang Papua dan Kelestarian Alam

Bustar Maitar dari EcoNusa memberikan penekanan terhadap pelestarian alam di Papua. Tepat di hari gathering itu, 07 Agustus 2020 bertepatan dengan Hari Hutan Indonesia. Sebut Maitar, hutan Papua masih sangat hijau, meskipun sudah ada penebangan di beberapa tempat tetapi tidak tandus seperti di Sumatera, Kalimatan maupun Sulawesi. Sebutnya, bila hutan Papua gundul, maka habislah hutan di Indonesia yang masih lestari.

Lahir di Papua, Maitar adalah tokoh yang sangat mengerti soal tanah lahirnya. Budaya yang mengakar apapun. Keindahan yang tak terbantahkan. Juga bahasa yang beragam yaitu sekitar 250 bahasa di Papua. Dalam radius tertentu, masyarakat bisa memiliki bahasa yang berbeda. Istimewanya tentu saja masyarakat Papua bisa mempelajari dan berbicara banyak bahasa sekaligus.

Burung Kasuari masih ada di Papua yang menjadi habitat yang cuma ada di daerah ini saja. Burung ini terkenal indah di seluruh dunia dan menjadi warisan yang harus dilestarikan sampai kapanpun. Kekhawatiran yang muncul adalah makin minim dan sulitnya mendapatkan Burung Kasuari di hutan Papua.

Segenap Papua untuk Kita

Burung Cendrawasih sisi lain dari Papua yang benar-benar elok. Titisan dari surga adalah gelar yang diemban oleh Burung Cendrawasih. Cendrawasih adalah Papua itu sendiri, demikian sebaliknya. Maitar terus berpesan untuk menjaga kelestarian alam Papua, tidak saja hutan, tanah, air dan juga panorama serta flora dan fauna yang unik dari Papua.

Segenap Papua untuk Kita

Papua sisi yang berbeda. Keindahan yang hakiki dari Papua masih bisa dijaga dengan baik agar tidak tergadaikan dengan egois manusia semata. Dalam beberapa tahun ke depan, Papua tetap lestari sebagaimana mestinya.

Tentang Homestay dan Penginapan Murah Papua

Kristian Sauyai memberikan catatan untuk ke Papua tak perlu khawatir penginapan murah. Ketua Asosiasi Homestay Raja Ampat memastikan bahwa penginapan di Papua tetap terbaik untuk daerah yang masih perawan. Papua menggenapkan diri sebagai daerah yang komplit sebagaimana keinginan traveler begitu tahu suatu tempat indah untuk dikunjungi.

Homestay menjadi daya tarik untuk saat ini. Selain murah, homastay bisa digunakan untuk banyak orang. Sauyai mengapresiasi homestay yang ada di Papua, khususnya Raja Ampat yang berani memberikan ruang kepada traveler dalam dan luar negeri.

Meskipun berat, selama masa sulit ini, homestay di Papua – termasuk Raja Ampat – masih menerima kunjungi wisatawan dengan mematuhi protokol kesehatan. Papua dan juga keindahan yang tak terbatas jangan sampai ada batasan untuk sampai ke sana.

Tentang Kopi Papua dan Segenap Rasa

Cendera mata gathering bersama Blogger Perempuan dan EcoNusa Foundation adalah Papua Wamena Arabica. Saya sudah singgung di atas, kalau Papua dan Aceh tak bisa dipisahkan sama sekali. Aceh ada kopi yang kentara. Papua juga demikian.

Papua Wamena Arabica menusuk indera penciuman dengan benar-benar sulit dilupakan. Dengan menggosok kemasan saja, aroma kopi ini memberikan stimulus terlalu kencang untuk segera mencicipinya. Pahit di ujung tak bisa dilupakan begitu saja.

Kopi Papua ini boleh menjadi oleh-oleh terbaik bila sudah ke sana. Jangan samakan rasa kopi satu daerah dengan yang lain. Kenapa wajib bawa pulang kopi ini, karena rasa Papua, asa Papua, ada di dalam seduhan yang sedang dan akan dihirup sekali teguk.

Tentang Papua, bicara Papua, juga segala keinginan kita untuk ke sana. Kepada Blogger Perempuan dan EcoNusa Foundation, terima kasih sudah mewadahi blogger seluruh nusantara untuk menikmati kopi Papua, keindahan alam dan mimpi untuk segera ke sana!

Penasaran dengan gathering ini? Yuk tonton ulang di sini.

3 Comments

  1. Papua dan Aceh sama-sama indah dan punya nilai historis panjang…

    1. Benar sekali Mbak Dew

  2. Hai Kak Indra, semoga mimpi penerbangan murah ke Papua bisa terwujud ya. Jadi kita bisa menggenapkan cuci mata keindahan alam Indonesia^^

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *