salah jurusan tidak dapat kerja

Salah Jurusan Tidak Dapat Kerja Begini Cara Siasatinya

Salah Jurusan Tidak Dapat Kerja Begini Cara Siasatinya – Sulit sekali menebak apa keinginan ketika duduk di kelas tiga sekolah menengah atas. Kontradiksi antara angan-angan dan masa depan. Kegalauan panjang itu soal Apa yang akan dikerjakan nanti usai kuliah? bukan Bakat dan minat apa yang sebenarnya dimiliki!

Salah Jurusan Tidak Dapat Kerja

Saat berbondong-bondong mereka menuju kampus dengan reputasi rendah, tetapi karena tren masa kini merujuk demikian. Saat itu pula biaya pendidikan disebut begitu mahal padahal di sisi lain, jika masuk berhasil masuk ke universitas negeri dengan jurusan yang sama – bahkan – tidak perlu mengeluarkan biaya persemester berjuta-juta

Ikut-ikutan menjadi guru misalnya, karena gaji guru setelah sertifikasi begitu menggugah selera. Maka, jurusan ilmu pendidikan menjadi primadona dan siapapun layak untuk menjadi bagian ini. Ikut-ikutan masuk ke Kedokteran karena disebut sebagai profesi yang mudah kaya raya atau balik modal jika selesai menyandang status dokter.

Begitu juga ketatnya persaingan masuk ke Fakultas Teknik karena jurusan ini dipercaya sangat elit dan gagah dalam kuliah dan mendapatkan pekerjaan nantinya.

Jangan Ikut-ikutan Ambil Jurusan Kuliah

Efek ikut-ikutan ini pula yang membuat calon mahasiswa salah alamat. Salah jurusan waktu kuliah memang sah-sah saja asalkan lepas dari atribut pendidikan, pemilik titel sarjana ini mampu bersaing secara kreatif dan aktif.

Banyak kisah yang merujuk soal ini. Misalnya saja Taufik Ismail yang lebih dikenal sebagai sastrawan daripada seorang Dokter Hewan.

Pria Aceh, Dokter Tompi, telah malang melintang sebagai musisi kenamaan dan terus dicintai lagu-lagunya. Najwa Shihab lebih dikenal sebagai presenter televisi daripada ahli hukum.

Di dunia teknologi sendiri, ada seorang sosok yang sangat melenceng dari keilmuannya. Ia lulusan Fakultas Hukum dari National University of Singapore pada tahun 2001. Namun karena hukum bukan bagian dari jati dirinya, pria ini melepas status sarjana hukum lalu menciptakan Razer.

Ia adalah Min Liang Tan, pendiri sekaligus CEO Razer, sebuah perusahaan video game terkemuka di dunia. Perusahaan ini telah memproduksi tetikus, keyboard, laptop sampai smartphone gaming; Razer Phone. Perusahaan Razer didirikan pada 27 Juni 2005 bersama Robert Krakoff dan kini kekayaan Tan diprediksi mencapai USD 700 juta.

Pilih Kuliah Sesuai Kemampuan

Sebuah kutipan dari Min Liang Tan yang saya sukai adalah “Saya selalu (menempatkan posisi sebagai seorang) gamer di urutan pertama dan (sebagai seorang) pengacara di urutan kedua. Ketika saya menikmati menjadi seorang pengacara, ada sesuatu dari dalam diri yang ingin keluar untuk melakukan sesuatu yang berbeda!

Kehidupan mereka yang kreatif memang berbeda dengan kita yang terbiasa dengan menu lezat di atas meja. Mereka yang kreatif bisa ‘kaya raya’ dengan jerih payah setiap waktu. Tan misalnya lebih terkenal sebagai seorang gamer daripada pengacara. Taufik Ismail sangat sedikit sekali yang tahu bahwa dirinya seorang dokter. Mungkin juga, Nygta ‘Jeng Kellin ‘ Gina lebih terkenal sebagai presenter dan komedian daripada seorang dokter.

Salah Jurusan Tidak Dapat Kerja?

Apakah bisa disebut mereka salah jurusan kuliah? Tentu saja ini adalah pilihan. Najwa Shihab sedikit tidaknya mengimplementasi keilmuannya saat membawa acara Mata Najwa yang fenomenal. Dokter Tompi telah membuka klinik ternama di Jakarta dan fokus melakukan operasi meskipun kerapkali bernyanyi secara offair dan onair.

Bakat dan minat telah menjawab keinginan mereka untuk menjadi sesuatu yang berharga. Apabila membalik keadaan, belum tentu Najwa bisa menjadi pengacara papan atas dengan persaingan begitu sengit di Jakarta. Tidak ada pula yang bisa memprediksi Tompi menjadi ahli bedah terkenal sebelum menjadi penyanyi terlebih dahulu.

Namun, berkat bakat dan minat yang terus diasah, antara jurusan kuliah dan pekerjaan akan berjalan beriringan. Kedua sosok yang telah saya sebutkan memiliki pengaruh yang sangat besar sekali. Mereka tidak hanya terkenal, mereka tidak hanya tokoh, tetapi mereka membawa perubahan pada pola pikir tentang jurusan kuliah itu sendiri.

Jurusan kuliah tidak berdampak kepada pekerjaan apapun jika kamu terlahir sebagai seorang kreatif. Namun jurusan kuliah bisa menjadi petaka jika kamu tidak kreatif sama sekali.

Bayangkan jika kamu kuliah dengan benar, lulus cumlaude dari universitas ternama, tetapi kamu pulang ke kampung halaman dengan harapan suatu saat dapat menjadi pegawai negeri, maka kamu tetap saja termasuk ke dalam golongan noncumlaude. Meski kamu telah lulusan terbaik, ilmu akan terbuang begitu saja tanpa berpikir kreatif atau mencari pekerjaan sesuai keilmuan.

Lulus kuliah di jurusan yang disukai memang membuat bahagia. Tetapi, asal kamu tahu bahwa persaingan di dunia kerja lebih rumit daripada lulus terbaik. Kamu lulus terbaik di jurusan pilihan sesuai keinginan tetapi belum mampu mengoperasikan komputer atau nilai tes Bahasa Inggris di bawah standar, maka kamu belum tentu bisa mendapatkan pekerjaan.

Salah jurusan kuliah bahkan lebih baik untuk kamu yang memiliki jiwa pesaing dan kreatif. Salah jurusan kuliah belum tentu membawa petaka asalkan kamu mau mengubah pola pikir, mau bergadang, mau membuka diri pada hal baru, mau berbenah, mau menjabarkan soal bakat dan minat, maka kamu akan menjadi bagian dari mereka yang sukses.

Salah Jurusan Juga Bisa Sukses

Siapa yang ragukan kesuksesan Najwa Shihab sebagai presenter? Siapa yang tidak kenal Taufik Ismail? Siapa yang tidak kesal terhadap Nygta Gina sebagai Jeng Kellin?

Lepas dari atribut ‘terkenal’ mereka adalah tokoh penting negeri ini yang salah jurusan. Ilmu komunikasi adalah paling tepat untuk menjadi presenter terkenal, tetapi rata-rata presenter terkenal bukan berasal dari keilmuan ini.

Jurusan seni atau teater adalah terbaik untuk menjadi komedian atau pemain film, tetapi rata-rata yang menjadi komedian dan artis sukses bukan berasal dari jurusan tersebut.

Sastrawan sejati adalah mereka yang kuliah di jurusan sastra, tetapi sastrawan maupun penulis hebat di Indonesia bahkan dunia berasal dari jurusan eksakta dan juga ibu rumah tangga.

Salah jurusan ya sudah salah saja. Asalkan jangan, ketika salah langsung mengangkat senjata bahwa telah gagal berperang. Pesan saya, lebih baik salah jurusan daripada kamu tidak menjadi pribadi yang kreatif. Kreatiflah untuk kamu dapatkan hasil memuaskan dalam hidup.

Di akhir, sebagai guru saya selalu waspada terhadap siswa yang duduk di kelas tiga SMA. Mereka khawatir. Mereka bimbang. Mereka juga frustasi terhadap jurusan-jurusan. Mereka bertanya kepada saya, “Jurusan apa yang baik, Pak?”

Tentu, ini bukan untuk saya. Baik untuk saya belum tentu untuk mereka. Dia yang tertinggi di pelajaran Matematika, tidak mungkin saya paksa masuk jurusan Sastra.

Mereka yang pintar menghapal tidak mudah bergaul dengan aktivitas lapangan di jurusan Teknik. Semua ada porsi masing-masing. Maka, untuk kamu yang saat ini sedang bimbang memilih jurusan, pikirkan kembali bakat dan minat jika benar kamu tidak mau salah jurusan!

Bagaimana jika salah? Kembali ke poin di atas, kreatiflah! Bagaimana jika benar? Kamu harus lebih kreatif!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *