Rempah lokal obati sakit lambung sudah saya tahu jauh-jauh hari, namun karena penyajian yang sangat tradisional saya enggan meminumnya. Daun inai, kunyit, madu menjadi bagian yang terpenting dari obat herbal ketahanan tubuh. Saya abai karena masih dalam tahap memilih-milih makanan, atau bahkan saya terlalu percaya kepada resep dokter.
Padahal, obat-obatan yang saya konsumsi memiliki efek samping terhadap tubuh saya sendiri. Nggak ada yang salah dengan resep dokter, karena takaran medis sudah sangat maksimal. Kembali ke alam barangkali menjadi gaya hidup sehat setelah mengecap enak obat herbal, dan mudah pula didapatkannya dengan harga terjangkau.
Indonesia tak lain negara tropis dengan rempah pilihan; cuma ada di sini saja. Kekayaan alam yang dilestarikan untuk membantu daya tahan tubuh juga. Dan, obatan-obatan dalam kemasan bagus sebenarnya dikemas dari rempah ini pula.
Baca Juga: |
Mari saya mulai pada sebuah kisah. Mungkin enak dibaca atau malah nggak baik untuk dijadikan pelajaran. Di mana gaya hidup tiap orang tentu berbeda satu sama lain.
Asam lambung naik, tentu hampir semua orang merasakannya. Dalam keseharian, kronis atau tidaknya sakit lambung ini kembali kepada ketahanan tubuh masing-masing orang. Ada yang makan teratur langsung sembuh, ada pula yang butuh pengobatan rutin, ada pula yang setelah diobati malah semakin menjadi-jadi.
Daftar Isi
Cerita Awal Mula Sakit Asam Lambung
Kalau saya sebut awal perkuliahan jadi cikal-bakal sakit lambung, mungkin tidak tepat. Di sekolah menengah atas, saya sudah mulai tidak teratur sarapan pagi dan terbiasa dengan sepotong kue di kantin.
Rutinitas ini berlanjut sampai saya kuliah; karena jauh dari orang tua malah semakin parah. Jika di sekolah bangun lebih pagi, siap-siap ke sekolah lalu bisa sarapan lebih cepat. Di perantauan tidak demikian.
Tahulah kalau jadwal kuliah yang tidak serutin pagi ke sekolah. Jarak dari kosan ke warung kopi yang tersedia kue dan nasi pagi cukup menguras keringat, menjadi urung yang pasti untuk ke sana. Mau masak sendiri, rasa malas sudah tak tertahan. Akhirnya, tentu, ‘tidak’ sarapan sebagaimana mestinya.
Imbas dari semua hal sepele itu memang tidak terasa dalam waktu cepat. Di akhir perkuliahan, rasa lelah mulai terasa karena gaya hidup tidak stabil itu. Perut sudah mulai terasa sakit. Mata sering berkunang-kunang karena kurang sarapan pagi.
Dampak terburuk dari itu semua tepat setelah ijazah sarjana terpajang di lemari rumah. Perih diperut disertai dengan rasa panas berlebihan. Saat perut kosong, pikiran melayang-layang. Begitu ada kejadian tidak mengenakkan di sekitar, ketakutan melanda tanpa sebab. Lantas, perut diisi makanan yang ada adalah muntah berkepanjangan.
Ramadan yang indah menjadi hari yang menegangkan. Awal puasa masih terdapat ‘permisi’ untuk rasa sakit di perut. Pertengahan bulan suci mulai mual yang tidak diada-adakan. Dan, di paruh terakhir dengan keistimewaan tingkat tinggi malah harus berdamai dengan mual, muntah, pusing, perih, panas dan ‘entahlah’ bagaimana saya sebut di bagian perut sampai ke ulu hati.
Saya Butuh Pengobatan, Itu Saja!
Saya berdamai dengan keadaan. Ibu membawa saya berobat ke tabib dekat kampung. Saya berobat cukup rutin dalam waktu satu semester. Saya dianjurkan untuk makan pisang awak secara rutin; pagi, siang, dan malam dengan cara dihaluskan.
Terasa seperti kembali menjadi bayi. Tak hanya makan pisang awak yang sudah dihaluskan dengan nasi, di dalam tas kerja juga harus dibawa satu atau dua pisang awak. Saya akan makan pisang ini disela waktu istirahat, dan mengurangi jajan di kantin.
Di semester pertama, perut saya cukup baik. Tidak dengan di semester kedua setelah itu. Bahkan, perut saya semakin menjadi-jadi. Saya ke dokter. Saya pikir, tidak ada solusi lagi selain itu.
Dan, sudah bisa ditebak. Saya harus mengeluarkan biaya tidak sedikit untuk konsultasi dan obat-obatan. Sengaja tidak ke rumah sakit melalui layanan rujukan karena memikirkan kondisi yang tidak membaik. Ke dokter praktik barangkali lebih cepat penanganannya.
Waktu itu, saya hanya mampu menebus obat senilai Rp1,5 juta dan biaya konsultasi Rp150 ribu. Obat yang ditebus pun ‘hanya’ untuk seminggu saja. Sehari saya minum 3 jenis obat, sejam kemudian rasa kantuk menjadi hiasan hidup tersendiri. Saya benar-benar harus tidur, tanpa permisi lagi!
Saya benar menghabiskan obat selama satu minggu itu. Sembuh perih di perut juga ‘cuma’ seminggu saja. Tak lebih dan kurang yang ada. Tanpa obat perut saya benar-benar panas, mulut mual tanpa bisa dicegah meskipun saya sudah ikuti anjuran dokter untuk makan teratur. Saya juga rutin minum lemon tiap pagi.
Berlalu waktu, saya tambah stres yang berdampak pada sakit asam lambung. Makin stres makin parah sakitnya. Makan ini itu sudah harus dijaga; bahkan untuk makanan pedas sampai hari ini tidak bisa saya sentuh sama sekali.
Orang lain makan enak saya hanya mampu menelan ludah. Orang makan rujak saya mengecap buah hambar saja. Begitu seterusnya sampai saya ketemu dengan orang istimewa yang kini menjadi istri saya.
Cinta, dan Obat Luka
Pertengahan 2019 saya kenal wanita yang istimewa ini. Jadi, lebih kurang 7 tahun – walau perkiraan ini bisa lebih lama lagi masa sakitnya – saya taksir asam lambung kumat dalam konteks sebenarnya. Saya berkenalan dengan Dia karena ‘jodoh datang dengan sendirinya’, katakanlah demikian.
Saya percaya jodoh maka orang yang kita cintai bisa datang dengan berbagai cara. Saya tidak menceritakan di sini karena lembaran itu cukup panjang. Mungkin di lain waktu.
Jodoh saya, sebelum menjadi sah di depan penghulu adalah keturunan Aceh-Jawa. Tahu saya sakit asam lambung, mulainya dirinya rewel dengan ramuan-ramuan tradisional yang sebenarnya ‘enggan’ saya minum.
Saat Dirinya menyebut; daun inai, kunyit, dihaluskan lalu diminum dengan madu, saya langsung merinding. Tidak mungkin saya minum itu, tetapi saya harus minum karena orang yang memberikannya memberikan keyakinan lebih dari apa yang saya pikirkan.
Saya kembali berdamai dengan ‘obat’ yang mana kali ini lebih herbal. Saya harus percaya kepada ramuan yang diberikan tunangan saya itu, seperti saya percaya cintanya untuk saya.
Semua ada jalan. Seminggu, sedikit mendingan. Sebulan, sudah lebih baik. Kecuali, mules dan perasaan tidak tenang itu datang mendekati hari akad nikah kami. Dan, saya yakin itu bukan karena asam lambung saya naik melainkan perasaan bahagia bercampur gemetar untuk mengucapkan janji suci.
Saya melewati masa yang cukup untuk mengobati sakit lambung akut ini. Istri saya bahkan berujar, setelah saya rutin meminum ramuan ini di pagi dan malam hari, bahwa saya sedikit gemukan karena selera makan naik; entah juga karena sudah menikah atau pengaruh ramuan ini.
Yang saya syukuri, meski asam lambung saya cukup parah, dalam berbagai kondisi saya masih bisa mengontrol emosi untuk tidak marah-marah sendiri, meraung karena ketakutan maupun menyakiti diri sendiri seperti kawan lain yang pernah merasakannya.
Ramuan herbal yang dibuat penuh cinta itu membawa kesegaran untuk lambung saya. Maka, izinkan saya untuk membagikan rempah lokal obati sakit lambung secara alami ini untuk pembaca semua. Meski hal ini dianggap sepele, tetapi asam lambung – siapa saja – bisa kumat kapan waktunya mau.
Mungkin, sebagai antisipasi, bookmark terlebih dahulu halaman blog ini, lalu kapan-kapan diracik obatnya jika sudah merasa perih dan panas di perut.
Kenali Rempah untuk Obat Lambung
Nah, sebelum saya mengulas bagaimana meracik komoditas lokal ini agar menjadi obat sakit lambung, kita mesti kenalan terlebih dahulu dengan 3 bahan utama obat herbal ini.
Kunyit
Kunyit tak lain rempah yang dijadikan bumbu dapur dan sangat populer di Indonesia. Kunyit ini bisa saya sebut ramah lingkungan dan ramah sosial dengan alasan tidak banyak ruang yang dibutuhkan untuk tumbuh.
Batang kunyit hanya perlu sepetak tanah saja agar bisa tumbuh. Mengakar ke dalam tanah, kunyit tidak mengganggu komoditas lain di sekitarnya. Lingkungan terjaga dengan baik karena batang kunyit tidak merambat ke mana-mana, sehingga di lokasi lain bisa ditanam tanaman jenis tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan kita.
Cukup menarik dari kunyit adalah warnanya yang kekuningan. Warna alami yang menarik perhatian dan akan lengket di kulit jika bersentuhan dengannya. Selain warna yang mencolok, kunyit mengandung bahan aktif curcumin yang bermanfaat untuk kesehatan, terutama lambung. Curcumin tak lain antioksidan polifenol yang aktif menjadi agen antivirus, antibakteri, dan antikanker.
Penyakit asam lambung naik atau gastroesophageal reflux disease (GERD) disebabkan oleh peradangan dan stress oksidatif. Asam lambung dapat diatasi dengan zat yang mengandung antioksidan dan antiinflamasi. Zat ini terdapat pada kunyit yang merupakan tanaman yang mudah sekali tumbuh di iklim tropis.
Tahun 2011, dilakukan studi laboratorium menunjukkan kunyit yang mengandung zat antiinflamasi curcumin dapat mencegah peradangan esofagus. Kunyit dan ekstrak curcumin ini diyakini dapat dijadikan obat asam lambung alami yang mudah didapatkan.
Kunyit yang dipakai untuk mengobati asam lambung dengan dosis 500 miligram curcumin atau setengah sendok teh bubuk kunyit perhari. Kunyit tidak mudah diserap oleh tubuh manusia karena cepat sekali diekstrak oleh hati dan dinding usus, sehingga harus dicampur dengan bahan lain.
Kunyit tidak dianjurkan untuk konsumsi secara berlebihan. Dosis melebihi 1.500 miligram curcumin atau 1,5 sendok teh bubuk kunyit yang dapat menyebabkan efek samping.
Daun Inai
Daun inai yang memiliki nama lain Lawsonia Inermis L dikenal sebagai perwarna kuku. Biasanya, kuku diwarnai dengan daun inai saat ada hajatan besar, seperti pernikahan. Pemakaian inai sangat populer di India maupun Asia Timur lain. Di Indonesia, Aceh menjadi daerah yang menjadikan inai sebagai bahan alami untuk keindahan wanita.
Nah, daun inai yang kita kenal ini rupanya tidak saja sebagai penghias kuku atau kulit saja. Daun ini dipercaya sebagai obat asam lambung dalam pemakaian yang wajar. Sebelum saya minum herbal yang ditulis di sini, saya pernah dianjurkan dan bahkan menerima anjuran itu dari orang tua kampung. Daun inai dihaluskan kemudian dikeringkan dalam bulatan kecil-kecil.
Bulatan kecil daun inai kering ini diminum untuk obat lambung yang rasanya bisa ditebak sendiri; sedikit pahit. Di beberapa tabib yang saya kenal, pengobatan untuk orang yang air seni tidak lancar juga dianjurkan untuk minum daun inai ini setelah dihaluskan, baik dikeringkan maupun tidak.
Daun inai mengandung minyak atsiri yang sangat baik dalam menetralkan angin di dalam perut karena tingkat penguapan tinggi.
Orang sakit lambung tak lain kondisi di mana terjadi luka di dalam lambungnya. Daun inai mengandung kombinasi anti-inflamasi, anti-bakteri, dan anti-jamur yang dapat menyembuhkan luka tersebut. Daun inai obati lambung dengan riwayat pemakaian sejak turun-temurun.
Madu
Madu dipercaya sebagai obat untuk hampir semua penyakit. Di dalam madu terdapat sejumlah vitamin yang tak lain antioksidan alami yang memacu kesehatan lebih baik. Kita tahu bahwa madu dipercaya dapat meningkatkan imunitas tubuh bahkan menangkal radikal bebas.
Salah satu hal menarik dari madu adalah rempah ini dipercaya sebagai prebiotik. Di mana, akan membantu pertumbuhan bakteri baik di dalam usus manusia. Tentu saja, sifat ini akan sangat bermanfaat bagi sistem pencernaan, sehingga dalam pengobatan sakit lambung madu juga disertakan, bukan sebagai pemanis saja.
Madu juga menjadi komoditas yang mudah didapatkan di iklim tropis. Produksi madu alami maupun buatan meningkat tajam di Indonesia karena kebutuhan madu sangat banyak. Madu dijadikan gaya hidup sehat dengan penambahan sebagai bahan kue, maupun pengobatan tradisional yang dipercaya sejak dulu.
Ketiga rempah ini mudah sekali didapatkan di Indonesia. Kunyit, daun inai, dan madu dijual dengan harga lumayan terjangkau. Kunyit sendiri bisa ditanam di belakang rumah, daun inai juga demikian. Ketiganya dipadu menjadi obat lambung paling mujarab; selain gaya hidup sehat.
Begini Racikan Rempah Lokal Obati Sakit Lambung
Ramuan rempah lokal obati sakit lambung ini diracik dengan sangat mudah sekali. Tentu, pembuatannya sesuai kebutuhan. Saya sarankan dibuat sebotol sedang saja untuk disimpan di dalam kulkas, dan diracik kembali apabila ingin minum lagi kemudian hari.
Kunyit yang dipilih adalah inangnya. Tetapi, jika tidak mendapatkan inang kunyit bisa mengambil kunyit yang biasa dijual di pasar rakyat. Kunyit yang dipilih lalu dibersihkan agar tidak tersisa tanah atau kotoran tertentu di dagingnya. Boleh dipotong kecil-kecil lagi atau cukup dengan ukuran sebenarnya mengingat batang kunyit tidak terlalu besar.
Daun inai yang dipilih juga daun yang masih muda. Kita bisa memilih daun inai ini berdasarkan struktur daunnya, dan juga warna dari daun ini. Untuk obat tentu saja kita bisa memilih-milih agar mudah dihaluskan. Jangan lupa dicuci terlebih dahulu dengan bersih agar tidak ada kotoran ikut saat diracik.
Kunyit dan daun inai yang sudah dibersihkan kemudian di-blender. Tambahkan air secukupnya dengan perkiraan tidak encer dan warna ramuan ini tidak pula kuning ataupun hijau sekali. Blender sampai benar-benar halus lalu simpan di dalam kulkas.
Kenapa tidak langsung ditambahkan madu? Karena madu akan langsung melarutkan kunyit dan daun inai yang sudah di-blender sehingga tidak baik disimpan dalam waktu lama. Ramuan kunyit dan daun inai yang sudah di-blender bisa disimpan beberapa hari di dalam kulkas.
Saran saya, sebelum minum obat ini dikeluarkan terlebih dahulu dari kulkas agar tidak terlalu dingin. Tambahkan sedikit madu sebagai pengecap rasa dan sebagai penetral kunyit dan daun inai. Sekali teguk ramuan ini langsung pas untuk lambung.
Mudah, murah dan praktis, bukan? Di lingkungan kita tanpa disadari banyak sekali rempah yang bisa diandalkan untuk kesehatan dan juga perawatan diri. Sarapan pagi sering diabaikan, sakit lambung dianggap sepele. Padahal, sakit ini bisa berbahaya dan lebih kronis daripada sakit yang diderita lainnya.
Rasa gundah, perih dan panas sampai ke dada, tidak sanggup makan, kepala berkunang-kunang, dan perasaan tidak tenang adalah efek dari asam lambung naik yang awalnya dianggap enteng. Kenali dulu rasa sakit di perut, jika mengarah ke hal-hal ini, ramuan herbal dari komoditas lokal ini sangat bermanfaat sekali.
Sehat badan paling utama. Orang cantik dengan badan indahnya bisa tiba-tiba kurus karena sakit asam lambung. Jangan sepelekan ini selagi bisa diatasi. Rempah lokal obati sakit lambung sejak dulu, hari ini dan sampai nanti!
Leave a Reply