Pandemi Berakhir Jangan Cairkan Dulu Asuransi Kesehatan Kamu di Astra Life

Asuransi Kesehatan

Pandemi Berakhir Jangan Cairkan Dulu Asuransi Kesehatan Kamu di Astra Life – Hari ini, saya baru saja mengantarkan orang tua ke kantor asuransi kesehatan milik pemerintah. Ceritanya begini, Ayah saya membutuhkan rujukan untuk ke rumah sakit lebih besar karena Puskesmas tidak bisa memberikan solusi atas sakitnya.

Pengalaman Nonaktif-nya Asuransi Kesehatan

Jumat lalu, adik saya ke Puskesmas kecamatan. Nggak pernah terpikirkan sama sekali bahwa akan begini keadaannya, karena beberapa waktu lalu pernah rawat inap di salah satu rumah sakit swasta dan masih menerima kartu asuransi kesehatan serupa.

Sehabis magrib, adik saya mengabari, “Bang, nomor **JS Ayah nggak terdaftar!” ujarnya dalam panik. Saya tentu ikutan khawatir. Sudah jauh-jauh hari kami berencana untuk cek kesehatan Ayah yang sering sulit membuang air kecil, tensi darah tidak stabil dan juga batuk-batuk yang belum sembuh-sembuh.

“Apa kata orang Puskesmas?”

“Mereka bilang suruh cek ke kantor **JS untuk memastikan aktif nggaknya,”

“Senin kita ke kantor **JS,”

Dari pagi tadi saya sudah sibuk menjemput kedua orang tua. Kebetulan, saya sudah tinggal bersama istri dengan jarak tempuh 30 menit ke kampung. Kemacetan di kota kecil kami Senin pagi tidak bisa saya nikmati. Meski anak-anak sekolah sedang libur, kemacetan ada di mana-mana. Lampu merah yang biasanya tidak mengular, tadi pagi malah menjadi-jadi.

Saya sampai di rumah orang tua dengan lewat beberapa menit sesuai perjanjian kami. Saya memeriksa berkas yang harus dibawa ke kantor layanan asuransi terdekat. KTP, KK, dan tentu saja kartu **JS yang tidak boleh tertinggal.

“Nanti kita kopikan di depan sana,” ujar saja yang ingin buru-buru. Tentu, selain kemacetan di jalan menuju tujuan, kota kami yang tiba-tiba berubah suasana karena sedang ada pekan olahraga daerah dan juga antrean panjang di kantor layanan asuransi nanti.

Saya menyetir sedikit kencang dari biasanya. Jalanan yang padat dengan kendaraan pribadi, dan sesekali truk besar membuat saya lebih berhati-hati. Kami tiba di kantor tujuan dengan ramai orang di sana.

Sebentar kami bercakap-cakap.

“Kartu saya sudah tidak aktif,” ujar seorang Ibu dengan penuh kesal. Usianya mungkin sudah 55 tahun lebih. “Padahal, saya mau berobat, itupun dibuat susah!”

“Apa kata orang di dalam, Bu?” tanya saya.

“Apalagi? Katanya kartu saya sudah nggak aktif. Kartu itu sudah dicabut, saya tak ada kartu apa-apa buat berobat. Dia bilang,” tunjuk Ibu itu ke dalam, “Saya pakai handphone buat cek kartu. Apa anak muda itu tak paham orang tua. Dia bilang cukup perlihatkan KK saat mau berobat. Apa sama KK dengan kartu yang sudah dia ambil itu?”

“Ibu tidak pakai handphone?” saya mengutuk pertanyaan itu kemudian. Sudah tahu kesalnya Ibu itu malah mengeluarkan pertanyaan yang payah.

“Saya tak mengerti handphone-handphone itu,” maksud petugas kantor ini, pasang aplikasi mobile untuk memudahkan layanan konsumen mereka. Wajar kalau Ibu ini marah karena orang tua kok dibuat begitu sama anak mudah yang mahir teknologi, “Saya itu cuma tahu selembar kertas, bawa ke rumah sakit terus dapat obat!”

Saya mengangguk-angguk. Ibu itu pamit dalam kesalnya. Di sudut lain sekelompok anak mudah sedang berdebat email mana tadi yang didaftarkan untuk aplikasi online layanan asuransi ini. Lelah berdebat mereka meminta pertolongan satpam untuk menanyakan perkara tersebut ke customer service di dalam sana.

Di satu sisi merepotkan memang. Di sisi lain, untuk anak muda yang kekinian sangat mudah mengakses semua hal yang berbau internet. Saya tidak mau ambil pusing soal itu. Nomor antrean memanggil.

Saya berdiri di depan pintu masuk. Satpam itu memberhentikan langkah saya, “Bapak ingin mengubah data siapa?”

“Kartu **JS Ayah saya tidak aktif lagi,”

“Kalau begitu, Ayah Bapak yang boleh masuk dengan membawa KK,”

“Saya tidak boleh menemani?” kening saya berkerut.

“Mohon maaf, Bapak, orang yang bersangkutan saja boleh masuk,”

“Bagaimana ini?”

“Mohon maaf, Bapak, sudah demikian kebijakan dari kami!”

Saya sedikit kurang suka tetapi mau tidak mau mengikuti peraturan mereka agar cepat. Ayah masuk ke dalam kantor itu dengan tatapan meminta pertolongan. Saya menguatkan kalau tidak ada masalah apa-apa.

Dalam penantian di teras kantor itu, saya berkali-kali melirik ke dalam. Lima menit lewat terasa sangatlah lama. Sepuluh menit belum ada tanda Ayah saya keluar ruangan. Belum genap lima belas menit barulah Ayah keluar dengan sedikit berkeringat.

“Bagaimana, Ayah?” tanya saya dalam bahasa daerah kami yang khas.

“Kartunya tak dikasih lagi,”

“Tapi sudah aktif, kan?”

“Sudah boleh berobat lagi pakai KK,”

“Ya sudah, tadi kan sempat foto kopi banyak kartu **JS, bisa diandalkan untuk kebutuhan berobat nanti,”

Ayah saya mengangguk.

Kami meninggalkan kantor layanan asuransi kesehatan itu dengan tergesa. Tapi kemudian kami terlambat balik ke Puskesmas untuk mendapatkan surat rujukan.

Pandemi Usai, Asuransi Kesehatan Tetap Jalan Terus

Pengalaman kami tadi, ‘saat hujan disitulah mencari payung’ saya harap tidak terulang kembali. Memang, agak susah mengecek aktif atau tidaknya kartu asuransi kesehatan ini. Cara ceknya pun sedikit rumit dengan wajib menghubungi nomor pusat layanan, atau cek melalui aplikasi mobile yang tidak semua orang paham penggunaannya.

Di kasus kami, Ayah saya tidak terdesak sekali karena cuma untuk mengambil rujukan agar bisa melakukan cek kesehatan di rumah sakit tujuan. Tentu berbeda dengan orang yang tiba-tiba masuk ke rumah sakit, di situ harus mengurus administrasi kesehatan, di sana pula harus mengurus keaktifan kembali kartu asuransi kesehatan.

Tadi pagi, kami bertemu dengan seorang ibu hamil yang sudah genap usia kehamilannya. Ibu hamil ini mengeluh kartu asuransi kesehatannya sudah tidak aktif, padahal besok ia harus operasi caesar untuk anak kedua mereka. Rumitnya layanan asuransi kesehatan ini membuat ibu hamil yang sebenarnya lebih tenang di masa ini malah dibuat makin terbeban pikirannya.

Semasa pandemi beberapa waktu lalu, asuransi kesehatan barangkali diabaikan begitu saja karena semua dipermudah saat masuk ke rumah sakit. Padahal tidak demikian adanya. Asuransi kesehatan tetap jalan terus meskipun pandemi, bahkan sudah selesai seperti saat ini. Soal sakit atau tidak bukan kita yang mengaturnya.

Saya mencatat, inilah kesalahan kita soal asuransi kesehatan yang diabaikan begitu saja.

  1. Pemegang kartu asuransi kesehatan tidak pernah mengecek apakah kartunya masuk aktif atau sudah nonaktif. Pengecekan tentu saja kembali kepada penyedia layanan asuransi kesehatan yang memiliki sistem terstruktur dengan baik.

  2. Pemegang kartu asuransi kesehatan percaya sepenuhnya kepada premi yang diberikan tanpa menelaah apakah sesuai dengan kondisi saat itu atau di masa mendatang, beberapa asuransi kesehatan memiliki layanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna.

  3. Pemegang kartu asuransi kesehatan baru mengecek kapan berakhirnya kartu saat masuk ke rumah sakit atau saat membutuhkan layanan kesehatan.

  4. Kartu asuransi kesehatan di simpan oleh orang tua, istri atau orang lain bukan di dompet masing-masing pribadi yang bersangkutan.

  5. Pemegang kartu asuransi kesehatan lupa membayar iuran bulanan yang berakibat kartu asuransi kesehatan menjadi nonaktif.

Selagi sehat kita memang sering mengabaikan premi terjangkau dari sebuah asuransi kesehatan. Ah, nanti saja urus asuransi yang sudah nonaktif. Ah, nanti saja upgrade ke polis yang lebih tinggi agar layanan kesehatan lebih baik. Ah, nanti saja. Ah, biar saja dulu. Semua ‘ah’ yang membuat kita sebagai orang yang akan sakit merasakan dampaknya di hari membutuhkan selembar kartu atau sederet nomor asuransi kesehatan itu.

Dalam hal memilih aman sebaiknya kita memilih layanan asuransi yang benar-benar memberikan dampak terhadap masa depan. Layanan dan iuran murah belum tentu ‘mau’ memberikan pelayanan terbaik, bahkan bisa memberikan pengobatan lebih bagus dari layanan dengan sistem lebih terstruktur dan iuran sedikit lebih mahal.

Astra Life Jawaban dari Layanan Asuransi Kesehatan Sesuai Tagihan

Pulang mengantar orang tua ke rumah setelah mengklaim kembali keaktifan asuransi kesehatan mereka, saya mencari soal asuransi di mesin pencari Google. Saya mendapati Astra Life yang menarik perhatian. Salah satu keunggulan dari asuransi kesehatan ini adalah kita bisa mengecek terlebih dahulu keuntungan yang akan didapatkan setelah menjadi anggota.

Astra Life mengepankan #TagihanRSjadiRingan #LoveLife #AstraLife di mana memberikan keringanan terhadap nasabah dengan penuh perhatian tanpa membebani sama sekali. Astra Life baru saja mengenalkan produk terbaru yaitu Flexi Hospital & Surgical Protection. Kamu bisa mencoba kalkulator premi dan merasakan manfaat dari Flexi dengan mengunjungi ilovelife.co.id.

asuransi-kesehatan

Saya coba memasukkan angka paling rendah, pada pilihan Saya ingin ambil harga kamar rawat inap sebesar dengan pilihan Rp300.000, dengan limit tahunan Rp50.000.000, sebelumnya jangan lupa untuk mengisi keterangan jenis kelamin dan usia. Saya langsung diberikan hasil yang akurat mengenai kalkulasi premi asuransi. Kamu bisa melihat dalam tabel ini atau bisa mengecek sendiri melalui situs yang sudah saya sebut tadi di atas.

asuransi-kesehatan

asuransi-kesehatan

Flexi Hospital & Surgical Premi per bulan Rp 142.200

Kamar & Akomodasi Rp 300.000
Kamar Perawatan Intensif Rp 600.000
Biaya Pembedahan Sesuai Tagihan
Kunjungan Dokter (Umum & Spesialis) Sesuai Tagihan
Aneka Perawatan Rumah Sakit Sesuai Tagihan
Santunan Tunai Harian (BPJS Kesehatan) Rp 150.000
Biaya Ambulans (Darat) Sesuai Tagihan
Perawatan Sebelum Rawat Inap Sesuai Tagihan
Perawatan Sesudah Rawat Inap Sesuai Tagihan
Fisioterapi Rp 300.000
Rawat Jalan Darurat Rp 900.000
Rawat Jalan Gigi Darurat Rp 600.000
Perawatan Kanker Rawat Jalan (radioterapi dan kemoterapi) Sesuai Tagihan
Perawatan Cuci Darah/Dialisis Rawat Jalan Sesuai Tagihan
Limit Tahunan Rp 50.000.000

Fasilitas Medical Checkup setiap 2 tahun

Saya yang belum menjadi anggota dari USP Flexi Hospital & Surgical Protection sudah merasakan bagaimana maksimalnya asuransi kesehatan ini dalam menjaga orang sakit. USP Flexi Hospital & Surgical Protection memberikan catatan kepada jenis asuransi Sesuai Tagihan yang memang akan berubah suatu waktu. Cashless dari USP Flexi Hospital & Surgical Protection juga sangat lengkap dan mudah didapatkan.

Yang pasti adalah USP Flexi Hospital & Surgical Protection hadir dengan premi terjangkau. Jenis asuransi terbaru dari Astra Life ini juga soal manfaat kamar & akomodasi untuk rawat inap hingga Rp2 juta perhari. Tak lupa, USP Flexi Hospital & Surgical Protection memberikan gratis Medical Check-up setiap 2 tahun sekali. Lengkapnya kamu bisa cek kembali pada tabel di atas ya, atau mengalkulasikan jumlah premi sesuai kebutuhan, apakah kamar seharga Rp300.000, Rp600.000, atau Rp1.000.000, dengan limit tahunan pada pilihan Rp50.000.000, Rp150.000.000, atau Rp200.000.000.

Flexi Hospital & Surgical sangat berbeda dengan asuransi lain karena memberikan asuransi kesehatan di rumah sakit yang ada di Indonesia. Keunggulan dari asuransi ini selain mendapatkan perawatan lengkap di seluruh Indonesia juga pembayaran dengan e-card di rumah sakit rekanan di Indonesia.

Masih merasa kurang lengkap informasi yang saya berikan? Kamu bisa mengikuti akun Instagram dari @ilovelife.co.id @astralifeid dan mention mereka secara jelas untuk informasi lebih lanjut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *