Menu Sahur Kali Ini Bersama KRAFT Crolette – Saya sangat kesulitan menentukan menu sarapan sejak sakit lambung. Rasanya, apapun yang saya makin di pagi hari langsung dimuntahkan.
Ini adalah hari-hari biasa.
Daftar Isi
Cerita Saya Tentang Sahur Orang Sakit Lambung
Sungguh ‘menderita’ ketika Ramadan tiba. Orang dengan sakit lambung membutuhkan obat lambung paling cepat agar tidak mual, dan muntah sehabis sahur. Salah makan sesuap saja bisa berakibat fatal. Saya sudah mengalami pengalaman ini bertahun-tahun. Minum obat tidak mengobati tetapi membawa ketergantungan. Tiap sahur, saya harus konsumsi obat yang biasa kita lihat di iklan televisi.
Menu sahur orang sakit lambung memang sangat sensitif. Ibu pernah memasak kuah santan saat berbuka, disimpan untuk sahur agar berhemat dan tidak kerepotan jika terlambat bangun nanti. Saya yang perutnya belum membaik, makan sahur dengan kuah santan ikan sungai itu, belum setengah piring nasi langsung mual.
Yang terjadi adalah saya muntah sehabis-habisnya sampai liur berubah warna menjadi merah. Air putih yang saya minum sebelum imsak beberapa tahun lalu itu dimuntahkan kembali. Perut langsung panas, dan tentu saja saya tidak puasa hari itu.
Saya mencoba menahan ego dan sabar menjalani rasa sakit. Di siang hari, saya makan ‘cuma’ dengan ikan goreng tanpa sambal. Dan lagi-lagi, saya muntah!
Ramadan tahun itu saya cukup menyesali gaya hidup yang tidak sempurna. Sejak awal puasa sampai akhir saya tidak menikmati masa-masa penuh nikmat, keindahan mendapatkan pahala dan semua hal yang berbau bulan penuh berkah.
Tidak berhenti di sahur, saat berbuka saya juga muntah-muntah. Apapun makanan yang saya konsumsi, baik manis, apalagi asam semua dimuntahkan. Penyakit lambung yang tidak boleh main-main.
Saya mengubah gaya hidup setelah puasa itu. Bukan obat yang mesti saya perbanyak minum tetapi bagaimana makan teratur dengan menu sehat!
Bagaimana Saya Menyiasati Sarapan di Pagi Hari?
Baiklah. Saat makin lajang, saya tidak mau kerepotan menyiapkan sarapan pagi. Saya membuat telur mata sapi dan kentang goreng. Cukup praktis, simpel dan mudah untuk seorang pria; yang tidak mau menyusahkan Ibu tentunya.
Menu sarapan pagi ini kemudian menjadi menu sahur saya sebelum menikah. Sesekali jika Ibu cepat bangun untuk sahur, Ibu menyiapkan menu sesuai yang saya buat biasanya. Namun, lebih sering saya buat sendiri karena alarm dari smartphone di pukul 4 pagi belum dua detik sudah membuat saya terkejut.
Ibu akan bangun saat bunyi kentang saya goreng, atau saya bangunkan setelah semua menu sahur siap. Saya makan sahur sesuai ‘kaidah’ hidup sehat tersebut sedangkan Ibu dan Ayah makan sahur dengan lauk yang disimpan dari berbuka.
Cerita ini berlanjut ketika saya menikah. Istri cukup repot menyiapkan sarapan pagi. Saya yang menyukai sayur, maka dibuatlah sarapan nasi goreng dengan campuran sayur. Jagung, buncis, dan wortel menjadi pemanis menu sarapan itu. Namun saya tidak leluasa karena dari awal begitu ‘alergi’ terhadap nasi di pagi hari.
Istri kembali ke menu semula yaitu telur dan kentang goreng, sesekali ada kacang di sana. Memang tidak banyak. Sarapan saya itu bukan untuk mengenyangkan tetapi untuk mengisi perut agar tidak kosong. Perut kosong di pagi hari sangat berbahaya bagi lambung yang bisa membuat penyakit ini kambuh lagi.
Seminggu berlalu saya makin santai menyantap menu sarapan yang sama. Istri saya rupanya kasihan kepada suaminya yang sarapan itu-itu saja tiap pagi.
“Apa kenyang?” tanya dia.
“Nggak perlu kenyang yang penting perut terisi,” jawab saya.
“Apa dimasak yang lain saja?”
“Masak apa? Kita buru-buru kalau pagi,”
“Bagaimana kalau kita coba yang ini,” ujar istri sambil memperlihatkan telur yang dicampur sayur ala menu sarapan di drama Korea.
“Kalau nggak merepotkan, boleh saja,”
“Gampang. Kan nggak lama,”
Akhirnya ‘menu Korea’ itu berlaku untuk beberapa pagi. Saya cukup menikmati menu sarapan yang dibuat istri. Meskipun bangun lebih pagi, potong sayur, kocok telur, dan menggorengnya dengan api yang pas. Butuh kesabaran yang pasti.
“Apa kita coba menu lain?” tanya istri suatu pagi. Kami sedang siap-siap untuk berangkat kerja.
“Ada menu baru lagi?” saya balik bertanya dalam antusias dan penasaran.
“Ada. Kalau mau,”
“Apa?”
“Roti sandwich!”
“Apa nggak lama bikinnya?”
“Cepat kok,”
Mulai pagi itu saya sarapan roti sandwich. Nah, yang menarik dari cerita roti sandwich ala istri saya itu adalah membeli bahan ke kedai depan rumah. Memang seadanya dengan telut, daun selada, tomat, timun, roti, dan istri meminta saya belikan mayones serta keju KRAFT Cheddar.
“Keju lain kan banyak dan lebih murah,”
“KRAFT Cheddar saja,”
“Kenapa KRAFT Cheddar?”
“KRAFT Cheddar lebih gurih, komposisinya pas, nggak cepat meleleh juga, kalau jadi roti sandwich terasa kejunya!”
Keju KRAFT Cheddar sudah menjadi andalan istri dan keluarganya. Saya perhatikan, tiap istri buat bolu selalu saya disodorkan selembar Rp20ribuan, “Belikan KRAFT Cheddar!”
Bisa saya sebut keluarga ini, keluarga KRAFT Cheddar!
Istri memilih KRAFT Cheddar karena kualitas yang pas untuk semua menu makanan yang dibuatnya. Pernah saya mengganti keju merek lain, istri langsung berujar, “Jangan protes roti sandwich ini nggak enak!”
Saya jawab, “Iya nggak enak, kejunya nggak terasa dan lebih asin,”
“Makanya kalau istri bilang itu didengar, beli KRAFT Cheddar!”
Saya terkekeh.
“Tanggung sendiri kalau tensi darah naik makan makanan lebih asin!” sambung istri yang membuat saya berubah manyum.
Dan benar, saya merasa berbeda hari itu dengan kepala sedikit berat. Emosi agak kurang stabil. Kondisi yang memungkinkan tekanan darah saya sedang naik. Saya makan timun yang berukuran kecil untuk menstabilkan kondisi. Istri tahu saya sedang keadaan yang kurang baik, dia diam saja dan sesekali mencibir keju yang belum habis di kulkas.
Sejak hari itu, tak perlu disebut merek apa kalau diminta beli keju saya langsung mengambil KRAFT Cheddar. Mahal sedikit nggak masalah yang penting ada kualitas, dan tentu saja tidak membawa pengaruh terhadap kesehatan saya.
Kebiasaan makan pagi dengan menu roti sandwich dengan keju KRAFT Cheddar sebagai penikmatnya, puasa kali ini tampaknya istri saya sedikit kebingungan.
“Makan roti sandwich saat sahur bosan ya?” tanyanya pada diri sendiri.
“Nggak masalah kok,” saya menjawab dengan memikirkan juga suatu menu yang nggak terlintas sama sekali.
Istri saya tak meletakkan smartphone sambil mengayun putri kami tercinta yang baru berusia 5 bulan. Tidurnya dalam cantik yang membuat saya ingin mencium tapi urung dengan lirikan mata melotot istri di samping.
Tiba-tiba istri histeris. “Ini saja menu sahur, Ayah!”
Putri kami meringis. Mungkin akan terbangun, tetapi tidak jadi setelah diayun kembali.
“Menu apa?” bisik saya.
Istri memperlihatkan timeline video dari Instagram @kraft_id. “Hitung-hitung ikut challenge masak Kraft Crolette, Yah. Menunya sehat, aman untuk lambung, puasanya juga lancar nanti!
Di hari meugang, sebuah tradisi sebelum puasa di Aceh menjadi waktu yang tepat untuk istri mencatat resep menu sahur untuk suaminya nanti.
Menu Sahur Kali Ini Bersama KRAFT Crolette
“Keju KRAFT Cheddar di rumah sudah habis, Yah. Belikan yang 160 gram ya biar nggak beli berkali-kali,” pesan istri ketika memasukkan uang lembaran Rp50ribuan ke kantong celana saya.
Saya ke kedai depan membeli keju KRAFT Cheddar untuk membuat KRAFT Crolette, sebuah omelet yang akan lezat sesuai selera saya. Saya boleh sebut kalau KRAFT Crolette ini tak lain menu yang selama ini ‘sudah’ kami terapkan dalam sehari-hari. Beda pengemasan saja karena belum mendapatkan resep nikmat dari KRAFT.
Saya beli telur yang sudah lama naik harga, minyak goreng yang lagi viral karena harganya melambung tinggi, dan keju KRAFT Cheddar 160gram, serta mayones. Kebiasaan laki-laki memang demikian, bawa pulang barang tentu ada yang lupa.
“Daun seladanya mana, Yah? Buah ceri kok nggak ada?”
Saya balik lagi ke kedai. Saya bawa pulang daun selada saja karena buah ceri tidak ada di kedai depan rumah. Bukan depan sekali sebenarnya. Kedai itu ada di jarak kurang lebih 300 meter. Kedai yang selalu ramai karena tidak saja menjual sayur pagi tetapi semua kebutuhan pokok rumah tangga.
“Buah ceri nggak ada, Bun,” sebagai suami yang baik tentu saya tenang sekali mengabari itu.
“Terus?” kejar istri.
“Cuma beli daun selada,”
“Kenapa nggak beli yang lain, paprika mungkin?”
“Paprika ada,”
“Nah, beli lagi!”
“Untuk apa?”
“Sebagai pengganti buah ceri, kan, biar bagus lho hidangannya,”
“Oh, begitu…,” saya menarik gas sepeda motor matic dengan pelan sambil memikirkan kedai mana tadi yang menjual paprika.
Paprika merah sudah ada di tangan. Bayar. Pulang.
“Berapa kak paprika ini?” saya ambil yang paling kecil.
“Timbang dulu,” pemilik kedai itu meletakkan paprika di atas timbangan. “10ribu saja,” ujarnya sambil menyerahkan paprika sebesar tinju anak remaja.
Mahal juga. Ujar saya dalam hati. Daripada balik lagi, lebih baik langsung bayar.
Sampai di rumah, “Mahal juga ya paprika?”
“Lho, kan Ayah sering beli buat sayur,”
“Biasanya kan beli sama yang lain,”
“Makanya kalau belanja itu tawar dulu satu-satu barang sebelum dibeli, nggak ditawar sekaligus satu tumbukan!”
“Baiklah,”
Malam Ramadan pertama kami ikut pemerintah yaitu pada Minggu, 03 April 2022. Saya dan istri memilih ini karena tidak ada amalan untuk kami menelaah apalagi berdebat soal hilal dan rukyah.
Alarm berbunyi di sahur pertama. Istri sudah tidak sabar menyiapkan menu sahur KRAFT Crolette yang pasti akan digemari suami.
Tentu. Sarapan pagi saya memang telur sejak awal, setelah menikah barulah telur itu mendapatkan ‘modifikasi’ lebih!
Omelet Nikmat KRAFT Crolette
Istri saya benar-benar men-challenge dirinya untuk ikut masak dengan resep KRAFT Crolette. Imsak yang sebentar lagi tiba rupanya sangat praktis jika menyiapkan sahur dengan keju dan telur ini. Cepat dan langsung bisa disantap saat masih panas.
Telur yang dikocok terdengar seperti bunyi alarm di sahur pertama itu. Kompor yang dihidupkan menjadi sebuah hal yang ditunggu-tunggu saat Ramadan. Begitulah nikmat menyiapkan sahur untuk suami bagi seorang istri, apalagi jika ditemani.
Teflon yang sudah diberikan sedikit minyak sudah panas sejak tadi. Telur yang sudah dikocok dan sedikit diberi garam langsung dituangkan ke dalam teflon. Dengan api yang kecil saja telur itu cepat sekali matangnya.
Tangan istri saya sangat cekatan membalik telur. Lalu membentuk persegi panjang sebelum dibalik sekali lagi dan diangkat. Saatnya ‘menggoreng’ keju.
Itulah yang saya nantikan. Keju Kraft Cheddar dibuka dan diparut di atas teflon yang sedang panas. Saya menikmati proses itu dalam diam dan tidak memindahkan kamera dari sana. Ini momen yang berharga untuk menu sahur sehat dan nikmat.
Tahu nggak apa yang membedakan keju Kraft Cheddar dengan keju lain? Saat digoreng ini kelihatan sekali perbedaannya. Keju Kraft Cheddar yang digoreng tidak meleleh seperti keju lain pada umumnya, hal ini karena berbahan baku keju Cheddar yang mengandung nutrisi Calcimilk (kalsium, protein dan vitamin D). Meskipun dipanaskan tidak meleleh dan mudah dibentuk dengan sempurna serta tidak mudah patah.
Saat membuat KRAFT Crolette yaitu omelet dengan hiasan crown yang sedang happening dan viral itu, keju asli dari New Zealand pas posisinya. Pastikan ya kalau 1 KRAFT Crolette sama dengan 50% kalsium dan 40% protein harian yang dibutuhkan oleh tubuh. Tentu ini sangat baik dikonsumsi saat sedang berpuasa Ramadan.
Bagaimana hasil KRAFT Crolette buatan istri saya? Dalam mengantuk di sahur pertama kami, saya mengacungi jempol untuk usahanya. Omelet kebanggaan saya ini masak, putri kami pun terbangun minta ASI. Benar-benar perjuangan seorang ibu!
Terima kasih, Cinta!
Recook resep KRAFT Crolette berhasil kami buat dengan sempurna. Resep omelet yang enak dimakan saat panas ini hanya berhasil jika kamu menggunakan Keju KRAFT Cheddar. Alasan kenapa sudah saya sebutkan di atas tadi. Jangan pernah berpaling ke keju merek lain ya kalau mau membuat crown lebih sempurna, gurih, dan lezat untuk santapan sahur!
View this post on Instagram
Kalau bicara keju KRAFT Cheddar #KejuAsliCheck, keluarga istri yang hobi membuat kue ini sudah tidak asing lagi. Saya bisa bilang, di kulkas selalu tersimpan keju ini. Buat bolu, tambahkan toping keju KRAFT Cheddar. Buat donat nggak sah sebelum ada toping keju KRAFT Cheddar karena keponakan yang sering main ke rumah suka manis gurihnya.
Keju KRAFT Cheddar sendiri telah memiliki label aman untuk dikonsumsi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) secara kualitas dan bahan baku yang tepat. Label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga mendapat perhatian dari kami sekeluarga. Sehat secara batiniah dan lahiriah barulah sebuah produk boleh kami konsumsi.
Keju KRAFT Cheddar tak lain sebuah produk yang memastikan bahwa komposisi paling utama adalah keju asli, bukan air atau tepung. Hal ini berdasarkan praktik resep yang kami kerjakan tadi. Jika lebih banyak air atau tepung, keju yang digoreng akan mencair dan tidak mudah dibentuk menjadi crown yang indah.
Di kemasasan keju KRAFT Cheddar juga terdapat klaim nutrisi seperti yang saya sebutkan tadi. Keju asli dari New Zealand dilengkapi nutrisi Calcimilk yang kaya kalsium, merupakan sumber protein dan terdapat vitamin D.
Selama bulan Ramadan, kita membutuhkan nutrisi harian yang lebih besar dibandingkan hari biasa. Keju KRAFT Cheddar yang dikonsumsi secara rutin akan membantu pemenuhan nutrisi harian ini. Setelah mengonsumsi keju ini setidaknya 30% kalsium harian telah terpenuhi selain vitamin D maupun protein yang menjadi komponen esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Selama puasa ini, ada baiknya untuk menyiapkan KRAFT Crolette untuk anak-anak juga agar terpenuhi kebutuhan nutrisi mereka.
KRAFT Crolette Menu Sahur yang Simpel
Jika ditanya ke saya, “Ribet sih,”
Tapi tidak untuk istri – atau kaum perempuan yang dengan ikhlas menyiapkan sahur untuk keluarganya. Saya yakin, apapun akan dilakukan untuk menghidangkan menu terbaik setiap hari.
Sahur pertama bersama KRAFT Crolette mungkin sedikit lama proses pembuatannya karena saya ikut menemani dengan protes sana-sini. Di hari kedua dan ketiga, tiba-tiba istri sudah meminta saya segera sahur. Nggak lama setelah alarm berbunyi, dan putri kami tercinta masih terlelap dengan cantik.
Telur mata sapi saja bisa menggugah selera saya untuk sahur apalagi dengan KRAFT Crolette? Tentu saya tidak akan menolaknya. Sajian praktis, hemat waktu dan mengenyangkan ini menjadi menu sahur saya dan keluarga.
Nutrisi saya dapat, waktu masak tidak lama, dan selera makan makin menjadi-jadi. Semalam bahkan habis 4 butir telur untuk membuat KRAFT Crolette!
Berani Coba KRAFT Crolette?
Anak kurang berselera makan nasi saat sahur, atau suami ingin makan yang simpel saja, KRAFT Crolette adalah solusinya. Bagaimana cara menghidangkan omelet lezat ini?
Resep yang mudah ini bisa dikerjakan sendiri atau bersama pasangan. Bahan baku yang mudah didapat, cara masak yang praktis, dan hemat waktu adalah keunggulan dari KRAFT Crolette.
Makanan sehat dan bernutrisi selama sahur memang pilihan masing-masing. Namun selama masih ada yang praktis, simpel dan kaya nutrisi kenapa nggak dicoba saja. Saya yakin sekali kalau KRAFT Crolette akan menjadi menu andalan selama sahur Ramadan 1443 Hijriah, dan pastinya sarapan lepas puasa nanti!
***
Leave a Reply