Udara Pagi dan Sudut Pandang Menjaga Lingkungan Hidup

menjaga lingkungan hidup

Udara di pagi hari adalah manfaat kecil yang mudah didapatkan. Begitu pintu kamar dibuka, hanyalah suara angin semilir disertai sentuhan dingin darinya. Beruntunglah mereka yang tiap pagi memulai aktivitas di bawah jam 6. Suatu kaidah menjaga lingkungan hidup tanpa perlu mendikte orang lain dengan berbagai macam teori konspirasi.

Di pagi itu. Seperti biasa. Malas-malasan yang dulu ketika masih lajang tinggallah kenangan. Saat mempunyai buah hati, segala yang pernah direncanakan buyar sudah karena sebagai orang tua saya harus menuruti keinginan anak. Jangan berkata tidak soal ini kecuali Anda termasuk golongan childfree yang berteori entah ke mana-mana dengan mengeyampingkan kodrat sebagai manusia.

Baiklah. Itulah nikmat. Ketika punya anak. Dari bayi bahkan harus diajarkan semua hal termasuk menjaga lingkungan hidup di sekitar kita.

Pagi yang bersih; manakala semut mungkin belum bangun. Saya mengambil gendongan bayi yang sudah dibeli semenjak buah hati kami belum bisa duduk dengan diskon besar-besarn di salah satu aplikasi online. Ya, wajarlah nama juga pilihan hidup zaman sekarang.

Fatim. Putri saya tercinta sudah bangun pada hampir tiap subuh. Di bayinya sudah menuntut perhatian terlalu banyak dari kami, kedua orang tua. Lebih lagi kepada Ayahnya yang langsung tahu jika sudah tidak ada lagi di tempat tidur.

Rutinitas pagi yang disepelekan oleh orang lain yang berteori menjaga lingkungan hidup dimulai dari kita sendiri dengan hal-hal kecil, adalah mengajak Fatim keliling kompleks untuk mendapatkan udara yang belum tercemar; kelak ia akan terbiasa untuk bangun pagi dan berjogging sesuka hati ketika dewasanya.

Tindakan Nyata yang Tak Diajarkan Kepada Orang Lain

Matahari belum sepenggalah namun Fatim sudah merengek. Di luar masih gelap, baru terlihat siluet seperti bulan sabit. Awal bergumpal dalam pudarnya menemani bintang-bintang yang masih berkeliaran menjelang pagi.

Di situlah nikmat pagi yang tak terbantahkan. Sebagai orang yang bukan pegiat lingkungan hidup, semangat pagi yang berapi-api begini patut dirasakan karena aktivis lingkungan saja bisa bangun setelah ayam berkokok.

Yang saya dapatkan di pagi hari bukanlah rezeki dipatok ayam melainkan bisikan tetangga masa begitu saat melihat keanehan di sekitarnya. Di usia Fatim belum genap setahun, saya sudah mengajaknya keliling kompleks dengan gendongan erat itu.

menjaga lingkungan hidup

Udara pagi yang bagus untuk kami tentu saja. Saya bergumul dengan sejuknya udara yang tak biasa. Satu dua orang berlari pagi untuk membuang keringat. Tak jarang saya bertemu dengan orang-orang yang membawa sepeda motor kencang dengan tentengan berat di depannya. Mereka tak lain penjual kue atau nasi pagi.

“Fatim, jalan-jalan subuh ya!” tak sekali kami menemui ibu-ibu tetangga yang menyapa dengan ramahnya. Bisikan pertama yang kemudian dikenal berkali-kali setelah itu. Tetangga kami sudah mengenal waktu yang tepat kami keluar rumah.

“Fatim sudah stand by ya pagi-pagi sudah mandi, wangi, jalan-jalan,” di lain kesempatn ibu-ibu yang sedang menyapu juga menyapa. Padahal mereka sudah tahu tiap pagi rutinitas kami adalah mengukur jalan setapak sebelum saya mandi, dan bersiap untuk pergi kerja.

Ketika Fatim sudah mulai berjalan, saya melatih ototnya untuk jalan-jalan pagi (lagi) tanpa bantuan gendongan. Langkahnya yang lucu, imut, dan manja membuat suasana makin riang di pagi buta. Ia seolah-olah tahu benar bahwa setengah enam pagi tak lain waktu bangun, tunggu Ayahnya salat, lalu keluar rumah untuk jalan-jalan.

Aktivitas pagi kami yang biasa saja untuk menjaga lingkungan hidup seadanya. Bundanya dalam gaduh menyiapkan sarapan dan makan siang nanti, kami bersenang-senang di luar dengan sesekali bertemu kupu-kupu mencari bunga untuk dimadu.

menjaga lingkungan hidup

Barangkali, saya tidak tahu manfaat apa di kemudian hari. Saya cuma yakin, bersenang-senang bersama dan menikmati aroma pagi tanpa beban. Lingkungan sekitar yang adem tentu memengaruhi batin dan pikiran kami.

Langkah kecil kakinya kadang terbawa suasana untuk berlari kencang. Di pagi yang belum sepenuhnya bangun, saya khawatir akan sesuatu hal. Manakala itu terjadi, saya menariknya dalam gendongan. Ia meronta. Ingin turun tentu saja.

menjaga lingkungan hidup

Permainan kami memang sederhana, keliling sana dan sini. Lingkungan kami seadanya. Sebagaimana mestinya di manapun berada ketika pagi. Saya tentu mensyukuri masih bisa mengajarkan kebaikan tentang pagi dan lingkungan kepada anak kami sejak dini.

Di saat semua anak masih terlelap, Fatim sudah bangun dan bergerak ke depan. Sesekali ia menemani saya menyapu halaman; digendong maupun tidak. Di lain kesempatan, ia meminta naik sepeda sehingga saya harus mendorongnya lebih jauh dibanding jalan kaki saja.

Kami bercengkerama seindah-indahnya. Dalam menjaga lingkungan hidup agar tanpa beban, saya mengajarkan anak untuk mencintai lingkungan sejak dini. Kebiasaan itu memang belum terasa baginya. Namun dengan kebiasaan yang terus-menerus, ia akan terbiasa mengulanginya. Contohnya saja, sekarang ini ia akan bangun pagi, beres-beres (meskipun tidak selalu saya mandikan di jam 6 dengan dinginnya suhu), dan jalan keluar rumah menjadi sebuah nostalgia di usia balitanya.

menjaga lingkungan hidup

Kelak, saya ingin Fatim tahu bahwa menjaga lingkungan hidup tidak saja cukup dengan bersikap aktif, maupun menjadi aktivitis. Aktivitas ringan seperti kami malah menjadi contoh yang nyata bagi lingkungan sekitar. Tentu, pertama tidak malas-malasan, kedua menghargai lingkungan yang sehat agar tubuh kuat, dan mencintai lingkungan sekitar karena di sinilah tumpah darah.

Lingkungan Kita, Kita yang Ubah Bentuknya

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar),” Q.S. Ar-Rum Ayat 41.

Saya tidak mau menyebut di lingkungan Anda terjadi polusi udara karena asap kendaraan, saya juga enggan menilai suatu kawasan kumuh dengan berbagai teori karena belum tentu pemerintah mau memberikan solusi.

Hal terkecil di sekitar kita sudahkah di perhatikan? Saya selalu teringat dengan ayat Alquran tersebut di atas. Dulu guru Pelajaran Quran Hadits, Bu Rosmala, menyuruh kami memahami ayat tersebut tidak saja menghapalnya. Saya baca berulang-ulang dan benar kerusakan yang terjadi di sekeliling kita adalah ulah kita sendiri.

Di pagi yang sudah saya ceritakan tadi. Coba Anda perhatikan apa yang berbeda di foto-foto terlampir ini. Tentu, jika jeli ada warna yang membuat hati seakan ingin mengkritik tetapi tidak ada hak untuk mengubah segalanya.

Itulah lingkungan saya. Lingkungan Anda pun demikian. Tanpa perlu mengkhayal sampai ke langit ke tujuh saat tempat sampah di depan rumah dideret binatang liar, sedangkan kita enggan menyapunya. Padahal, di tempat sampah dengan sampai-sampai organik maupun anorganik tersebut banyak sekali kuman yang bahkan tercium bau tak sedap di pagi hari.

Saya sering sekali menggendong Fatim saat melewati tempat sampai yang penuh dengan lalat di pagi buta. Kami sedikit berlari karena udara pagi di sekitarnya telah tercemar. Kadangkala, kita yang hidup di perkotaan sangat mengandalkan mobil dinas kebersihan dan pekerjaan umum untuk datang memungut dan mengambil sampah-sampah itu. Sedangkan kita sebagai orang yang tinggal di lingkungan tidak pernah berinisiatif untuk mengurangi penggunaan produk dengan sampah begitu banyak.

Di pagi yang masih banyak embun di rumput itu pula, saya melihat sampah bertumpuk di hampir semua rumah. Menjaga lingkungan hidup yang bagaimana untuk mendefinisikan ini?

Niat saya mengajak Fatim keliling di pagi tak lain untuk menghirup udara pagi tetapi memang bukan emisi yang didapat melainkan kondisi lingkungan dengan sampah di mana-mana yang memperkeruh suasana udara sejuk.

Jalan Pagi Tanpa Emisi

Jalan pagi adalah solusi untuk putri saya. Tanpa ditanya alasan pun kita tahu sendiri bahwa polusi belum ada sehingga pernapasan anak akan lebih bersih.

Apakah saya sudah melakukan tindakan yang tepat?

Tentu. Sekali lagi. Saya bukanlah aktivitas lingkungan hidup, hanya manusia biasa yang butuh lingkungan sehat sepanjang waktu. Mereka yang berpendapat menjaga lingkungan hidup lebih baik mungkin belum bangun manakala saya dan Fatim keliling kompeks.

Namun, itulah saya. Langkah yang tepat untuk kami jalan-jalan pagi dengan upaya mencari udara yang belum tercemar. Pada dasarnya, kita sendiri yang harus mengubah sudut pandang, gaya hidup, dan ke mana tujuan bukanlah aktivitis lingkungan yang datang dan pergi dengan teori tanpa solusi. Ketika kita diberikan pemahaman yang mereka yang mengerti, kita sendiri yang menggerakkan hal kecil itu dari dalam hati.

Kenapa demikian?

Saya dan istri sama-sama bekerja. Waktu yang efektif untuk Fatim mendapatkan udara segar adalah di pagi hari. Sebelum kendaraan lalu-lalang. Sebelum mesin hidup di mana-mana. Dan sebelum asap pembakaran mengepul di udara.

Memang, sesekali saya membawa Fatim jalan-jalan sore. Kehidupan sosial yang harus ia ketahui sejak dini. Kehidupan yang balance semestinya menjadi miliknya. Pagi yang sejuk, sepi, tanpa adanya asap knalpot, tidak ada pembakaran sampai di depan rumah tetangga, adalah waktu untuk dirinya menarik napas sedalam-dalamnya.

Manakala di sore hati. Kendaraan hiruk-pikuk. Satu dua anak muda sengaja membuat knalpot dengan asal mengepul. Belum lagi pembakaran sampai di mana-mana. Pembakaran dari rumah makan, penginapan, maupun lain-lain. Semua itu harus seimbang agar fisik anak juga lebih bagus.

Jika ditanya lebih sering jalan pagi atau sore. Anda sudah tahu jawabannya.

Saya pertegas. Pagi adalah waktu untuk menghirup udara segar, dan pulang kerja kami terkadang hampir di pukul 15.00. Sudah bisa ditebak bahwa sesekali keluar sore adalah weekend saja.

Untuk Anda yang ingin kehidupan lebih balance maka keluar saja pagi hari, hirup udara yang masih segar, dengan menyapu halaman dengan daun dan bunga berguguran. Janganlah bangun pagi ‘kuterus mandi, lalu menggosok gigi, merapikan kamar tidurku, keluar kamar sudah siap dengan seragam sekolah maupun kerja!’

Saya Lakukan Ini untuk Kebaikan Diri Sendiri dan Contoh Orang Lain

Saya sudah sebut, ibu-ibu tetangga selalu menyapa kami setiap pagi. Dan itu, lebih dari cukup untuk menegaskan bahwa ‘jalan-jalan’ pagi kami tak lain contoh nyata yang menjadi kebijakan bagi mereka yang mau berpikir.

Saya bukan tipe orang yang mendikte harus begini maupun begitu. Saya lebih kepada memberi contoh agar orang lain mau mengikuti alur tersebut. Dengan bertemunya tetangga setiap pagi tak lain mengubah sudut pandang mereka bahwa jalan pagi bersama anak tak lain hidup sehat dalam konsep menjaga lingkungan hidup. Karena kebijakan tertulis, biarlah mereka yang punya jabatan untuk mengubahnya menjadi ‘undang-undang’ yang dilanggar oleh orang-orang tertentu juga.

Hampir tiap pagi, saya #BersamaBergerakBerdaya bersama putri kami dalam rangka menyemarakkan #UntukmuBumiku. Kalau bukan kami yang bukan siapa-siapa menggerakkan langkah itu, siapa lagi?

Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *