Sebuah cita-cita semestinya digantung setinggi-tingginya, karena itu adalah alasan untuk menjadi sukses suatu hari nanti!
Saya adalah guru, operator, dan konselor bagi anak-anak dari MAN 2 Aceh Barat. Jauh dari pusat kota. Tak ada kata ‘favorit’ untuk madrasah kami. Orang-orang hanya menilai bahwa ‘madrasah di kampung adalah citra terpuruk dalam sejarah’ maka saya ingin mengubah sejarah itu menjadi berbeda.
Dua tahun lalu, saya berhasil mengantarkan Rahmad Kurnia Phonna duduk dengan gagahnya di kursi empuk Pendidikan Dokter. Tahun 2023 saya juga berhasil membawa Nurfaizah untuk masuk ke gerbang kebanggaan dunia pendidikan, Fakultas Kedokteran, melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP), serta mendapatkan beasiswa KIP Kuliah.
Sebelum saya menceritakan tentang Faizah, terima kasih tak terhingga kepada IndiHome yang melampaui Aktivitas Tanpa Batas dengan internet kencang di madrasah kami. Dengan hasil akhir, kedua anak didik saya bisa lulus di jurusan prestisius tingkat dunia; tentu tidak mengabaikan anak-anak lain yang lulus di berbagai jurusan berbeda.
Daftar Isi
Awal Tahun 2023 yang Meresahkan
Saya duduk termenung, menanti dan berharap pekerjaan berat di awal tahun 2023 tidak berbuah sia-sia. Saya mengerutkan kening. Saya mendesah. Saya menarik napas panjang. Lantas, jari-jemari saya mengumpulkan foto kopian raport anak-anak kelas XII dari semester 1 sampai semester 5, dan mengetiknya perlahan.
Layar Excel seperti membawa mata saya kian perih. Setidaknya saya harus mengisi lebih kurang 18 nilai mata pelajaran (Pengetahuan dan Keterampilan) di format Excel untuk nantinya dibuat perangkingan.
Saya tidak boleh gegabah. Satu saja angka salah, rangking bisa berubah. Meskipun, saya sudah bisa menebak siapa saja yang akan berada di peringkat 1 sampai ke 5, tetapi sekali lagi, nilai yang salah bisa mengubah peringkat. Saya tidak tahu, siapa yang mengalami peningkatan nilai di semester 3 atau mengalami penurunan nilai di semester 4 atau 5.
Saya perhatikan lagi lebih teliti. Nilai-nilai sudah beres saya kerjakan dalam 2 minggu terakhir. Waktunya untuk membuat perangkingan. Waktu yang mendebarkan tentu saja. Di 2023 ini, siswa kelas XII tidak sebanyak tahun sebelumnya. 59 adalah data sedikit tetapi bisa berefek besar saat kelulusan jalur undangan nanti.
MAN 2 Aceh Barat adalah sebuah madrasah di bawah lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Aceh Barat yang baru saja mendapatkan akreditasi A dari BAN-PT. Maka, madrasah kami berhak untuk mendapatkan 40% kuota SNPMB atau SNBP.
Tugas saya tentu berat. 40% untuk peminatan IPA maupun IPS telah terkalkulasikan sendiri oleh sistem di akun madrasah pada SNPMB, tempat saya mengisi PDSS atau data sekolah dan siswa termasuk nilai nantinya.
Siswa kelas IPA mendapatkan kuota 16 orang, sedangkan kelas IPS adalah 8 orang. Perangkingan sudah saya cetak dengan warna yang menarik. Langkah menuju ke kelas begitu kelimpungan. Anak-anak menunggu dengan harap cemas. Siapa di antara mereka yang akan masuk ke siswa eligible. Tentu, semua berharap adalah dirinya yang mendapat kuota SNBP karena tingkat kelulusan begitu tinggi!
Saya termenung di depan pintu kelas XII IPA. Di mana anak-anak sudah berkumpul dari IPA 1 dan IPA 2. Mereka menanti suara lantang saya yang terkadang halus dan kasar untuk diserap dengan mudah. Saya memegang kertas yang tertulis jelas rangking 1 sampai 16 kelas IPA. Saya pikir, mengakhirinya lebih cepat sangatlah bagus untuk penetrasi jaringan di otak saya yang hampir beku.
“Baik. Kita mulai dari peringkat pertama sampai seterusnya ya,” ujar saya setelah menjabarkan bagaimana sistem perangkingan untuk menentukan siswa eligible di madrasah kami. “Nurfaizah, Faiz Aksar, Auliana Putri.…,”
Saya menyebut satu persatu nama anak-anak yang masuk siswa eligible dan berujar di akhir peringkat, “Siapa yang tidak bersedia boleh melapor besok, silakan diskusi bersama orang tua untuk mengambil SNBP atau tidak, mungkin mau pergi mengaji atau menikah muda,”
Kata terakhir membuat suasana mencair. Di kelas IPA untuk tahun 2023 ada beberapa yang mengundurkan diri sehingga saya menurunkan kuota ke peringkat berikutnya. Demikian dengan siswa kelas IPS di mana dari 8 orang peringkat awal, 4 di antaranya mengundurkan diri untuk pergi mengaji ke pesantren!
Diskusi panjang saya bersama anak-anak langsung dimulai lebih sengit dari sebelumnya. Jika sebulan lalu mereka hanya bertanya satu kata, setelah saya mengumumkan siswa eligible, mereka menyerbu dengan beragam pertanyaan yang membutuhkan solusi lebih tepat. Saya harus mempertimbangkan kondisi anak itu sendiri (kesiapan mental, psikis, dan kognitif), serta kemampuan orang tua mereka.
Satu persatu – dalam bimbang – anak-anak mendapatkan arahan jurusan apa yang sesuai kriteria tadi. Satu dua anak datang silih berganti, soal jurusan yang tepat, sistem penilaian di SNBP, biaya kuliah, dan lain-lain yang membingungkan mereka dalam awam.
Saya merasa lelah di suatu waktu tetapi tidak boleh mengeluh. Saya berpikir, di zaman yang serba instan begini, kenapa tidak saya membuat konten yang kira-kira bisa menjawab semua pertanyaan dari anak-anak tersebut.
Semula, saya tidak berharap banyak. Saya murni membuat konten yang kontroversi berjudul “Ingat! Penghasilan Orang Tua Menentukan Kelulusan SNPMB,” sebagai jawaban dari pertanyaan anak-anak yang datang dan pergi tiap ada waktu senggang ke ruangan saya bekerja.
Berkonten Ria Bersama IndiHome
Konten di YouTube itu rupanya menjadi sangat viral bagi saya sendiri. Sampai tulisan ini saya tulis, setidaknya 66 ribu lebih tayangan sudah menerima manfaat dari konten berisi motivasi, saran, masukan, dan wawasan soal masuk perguruan tinggi.
Saya tidak mencari pembenaran atas pendapat. Saya membuat konten hanya untuk memberikan pandangan bahwa, “Lulus SNBP saja tidak cukup sebelum merasakan perkuliahan di jurusan prestisius dengan biaya tinggi,” artinya, proses panjang yang memakan banyak biaya itu adalah sewaktu duduk di bangku kuliah. Maka, ‘saran’ saya jangan memilih jurusan yang ‘mahal’ sedangkan kemampuan ekonomi orang tua pas-pasan di mana untuk lulus KIP Kuliah tidak semudah membalik telapak tangan!
Saya bagikan ke anak-anak mengenai konten yang saya buat ‘sealakadarnya’ itu. Benar. Saya membuat konten berisi slide yang standar di Canva. Putih saja. Saya coret-coret sedikit. Cuma beberapa slide. Lalu, saya rekam suara melalui perekaman di smartphone.
Saya menjelaskan isi slide dalam terbata, kadang bergumam tak jelas, dan kadang pelafalan yang kurang bagus. Jujur saja. Tidak sekali saya merekam suara karena suara jengkrik yang mengganggu, maupun sepeda motor dengan knalpot bocor di depan rumah; meraung-raung mencari mangsa!
Suara sudah selesai saya rekam, slide dari Canva juga sudah diunduh. Saya membuka Adobe Premier yang lumayan butuh kesabaran lalu mulai mengedit video. Video yang terdiri dari slide dan suara rekaman itu selesai sudah diedit dengan durasi 18.05 menit.
Saatnya saya meng-upload konten ini ke YouTube. Jaringan internet kencang dari IndiHome membuat konten ini cepat tersimpan di awan. Saya menuliskan deskripsi singkat, foto untuk thumbnail, tagar dan memilih beberapa pengaturan lain sesuai hukum yang berlaku di YouTube. Begitu selesai proses bagian akhir, publikasi dengan mengucapkan ‘Bismillah’ semoga konten ini bermanfaat untuk orang banyak.
Saya bagikan ke anak-anak melalui grup kelas. Mereka menonton, menerima masukan, dan (lagi-lagi) mereka tetap datang untuk bertanya secara langsung karena jawaban dari saya dalam ‘bentakan’ lebih mengena dibandingkan konsep di YouTube yang mungkin butuh pedalaman materi lagi.
Saya menyerah. Berkonten di YouTube bukanlah bidang saya, pikir hati terdalam. Saya kembali ke rutinitas dengan urusan nilai raport anak-anak yang nanti akan saya upload ke sistem SNPMB/SNBP. Saya bekerja dengan Internetnya Indonesia dalam penuh ikhlas. Konten yang saya hadirkan seolah-olah telah tenggelam dan terlupakan begitu saja.
Keajaiban datang di malam itu. Istri saya pertama tahu. “Bang, video ini kok banyak komentarnya ya?”
Saya tentu penasaran. “Video yang mana?” seolah-olah lupa padahal saya tahu tujuannya karena belum ada video terbaru yang saya upload ke YouTube.
“Video trik masuk kuliah. Coba cek komentarnya aneh-aneh,”
Saya mengaktifkan paket data seluler yang kerap saya nonaktifkan manakala smartphone tidak dipakai. Saya tunggu sejenak, lalu puluhan email masuk yang memberitahukan adanya komentar di konten ‘masuk’ kuliah itu.
Saya masuk ke YouTube Studio untuk memastikan bahwa komentar itu ada. Video yang saya upload tanggal 13 Februari 2023 melalui IndiHome dari Telkom Indonesia di MAN 2 Aceh Barat sudahlah menjadi viral!
Konten YouTube Sekali Viral Penuh Semangat
Konten viral itu sudah 3 bulan jika saya digenapkan tayangnya. Sebanyak 564 orang suka, dan 682 komentar dengan komentar terakhir adalah tanggal 07 Mei 2023. Saya mengambil kesimpulan bahwa konten yang diupload melalui Internet Provider IndiHome ini masih akan bertahan sampai tahun depan.
Ini konten penting. Bagi saya. Tentu saja.
Calon mahasiswa? Orang tua? Mungkin juga penting. Ditandai dengan bertambahnya penonton, dan juga komentar di video yang meminta masukan, saran, motivasi dan lain-lain (sampai berlanjut ke pesan instan di Instagram).
Assalamu’alaikum kak, selamat malam maaf menganggu waktunya. Izin bertanya
Saya tau kakak dari konten yt ini
Maaf kak izin bertanya, kalau data jumlah tanggungan orang tua di akun snbp boleh berbeda tidak kak dengan jumlah tanggungan orang tua di akun snbt
Saya tidak lulus seleksi snbp, nah di data snbp ini jumlah tanggungan orang tua saya jumlahnya 1 orang
Harusnya 2 karna saya tidak tahu ibu yang tidak bekerja termasuk tanggungan
Saya memberikan jawaban sesuai dengan pemahaman. Saya pikir, sekali jawab sudah usai. Namun beberapa akun Instagram masih membutuhkan solusi bahkan sampai tes SNBT-UTBK seperti pemilik akun Miaa ini yang terakhir mengirim pesan pada tanggal 02 Mei 2023, sedangkan mulai tes UTBK di tanggal 08 Mei 2023.
Hallo kak
Kak punya ku jurusannya tetap masuk kosong tapi tanggal masuknya sudah ada gimana ya kak sudah coba simpan permanen tapi gak bisa karena masih kosong
Permisi kak mau nnya saya salah isi data bagian penghasilan ortu sudah saya klik benar, tapi belum saya lanjutkan. Jadi gimana ya solusinya kak, soalnya tadi itu ga sengaja kepencet.
Kalau dipikir memang lucu-lucu pertanyaan di Instagram, mirip seperti anak-anak yang sedang mencari jati diri. Itulah hal yang menarik di era konten digital ini. Meskipun saya tidak mengenal secara personal, karena satu konten viral itu saya tetap harus melayani walaupun bukan di konten utama (YouTube) tetapi sudah beralih ke media sosial pribadi lain (Instagram) secara lebih personal.
Sekali viral tentu tidak baik-baik saja. Hati saya berbunga-bunga begitu mendapatkan komentar yang meminta pendapat, saran maupun masukan untuk masa depan mereka sendiri maupun orang tua untuk anaknya. Saya menjawab dengan senang hati. Saya bersuka cita bahwa inilah konten yang sangat dinanti-nantikan oleh pemburu kampus negeri maupun beasiswa KIP Kuliah dari pemerintah.
Konten yang dibuat itu setidaknya memberi manfaat untuk orang lain!
Saya bangga dengan itu!
Ditambah dengan komentar positif dari mereka di konten viral ini…
Kak, kl arsitektur UI kuliahnya butuh biaya besar ga ka?
Anak saya pilih arsitektur UI, nilai rata2 86,8, tdk punya sertifikat lomba
Alumni sdh banyak di UI, tp blm ada yg jurusan arsitektur
Kira2 peluangnya gimana kak?
Konten yang saya hadirkan – sekali lagi – dengan tujuan memberikan pemahaman kepada anak-anak, saya mempunyai kewajiban untuk menjawabnya. Di awal-awal, saya tentu menjawab hampir semua pertanyaan dari calon mahasiswa, bahkan orang tua mereka, saya memberi arahan serta bimbingan. Dengan masukan yang saya berikan ini, berharap mereka bisa mendapatkan bayangan dari segi kriteria penerimaan perguruan tinggi maupun biaya kuliah nanti – tidak saja menilai SPP atau UKT semata.
Kak mau tanya dong kalau udah lolos SNBP, dan keluarga masuk di DTKS, apa otomatis bisa mendapatkan KIP, karena waktu SD sampai SMK tdak pernah mendapat KIP, terima kasih.
Kak, kalau penghasilan ayah 5-7,5 jt. Ibu 5-7,5 jt. Jumlah tanggungan anak 3. Untuk jurusan Ekonomi pembangunan aman gak ya kak???
Perkuliahan yang akan mereka jalani tentu saja tidak sebatas bayar UKT, lalu duduk manis di bangku kuliah. Lepas dari itu, banyak sekali biaya yang dibebankan kepada orang tua (dengan mengecualikan beasiswa KIP Kuliah).
Kesanggupan ini yang saya kasih masukan di konten viral tersebut meskipun sukses seseorang tidak semata-mata dinilai dari materi saja. Namun itulah pentingnya edukasi pendidikan sejak dini karena imbasnya bisa kalang kabut ketika anak-anak kuliah namun harus bekerja part time.
kak penghasilan orang tua ku 3-4jt seharusnya, tapi waktu itu aku ngisi 2,5-3jt, ayahku punya 2 tanggungan ada aku sama adekku, aku juga ikut KIP kuliah, aku takut berpengaruh krna kan buat gaji 3jt kurang masuk akal buat biayain 2 anak apalagi adekku juga udh kelas 1 SMA berpengaruh ga kak?
Pertanyaan ini tentu butuh jawaban bukan? Saya yang punya sedikit pengetahuan tentang itu mestinya memberikan masukan yang berarti. Cita-cita mereka jauh lebih tinggi dibandingkan keegoisan saya sendiri setelah membuat konten, viral, lalu dilupakan komentar demi komentar yang butuh jawaban.
Kenapa anak-anak ‘galau’ dengan penghasilan orang tua mereka yang harus diisi pada akun SNBP? Kembali lagi ke anak-anak di MAN 2 Aceh Barat, maka dari itu saya berpatokan galaunya anak-anak di konten viral tersebut karena mereka sadar seperti apa kondisi orang tua mereka sendiri.
Bagaimana keadaan ekonomi orang tua mereka, bagaimana mereka makan sehari-hari, bagaimana kebutuhan lain bisa terpenuhi dengan pemasukan pas-pasan dari orang tua mereka. Maka, ketika mereka memilih jurusan yang ‘mahal’ tadi, ada sedikit ketakutan bahwa suatu saat nanti bisa berhenti di tengah jalan.
Sekali lagi, rezeki itu ada yang mengatur. Konten yang saya buat bukan untuk menakut-nakuti melainkan membuka pemahaman; bahwa cita-cita tinggi harus dibantu dengan usaha lebih giat juga!
Terima kasih channelnya tentang mengisi penghasilan ortu, bagaimana jika penghasilan ortu jumlahnya tidak menentu brp semestinya diisi agar lulu?
Kalo penghasilan ayah 5-1jt petani karet dan ibu tidak bekerja dan tanggungan 4 orang, mempunyai kartu kip, pkh, surat keterangan kurang mampu, surat keterangan gaji ortu, bpjs dan segala macam persyratan lengakp
Rencana mau ambil prodi teknik mesin di unri apakah cocok kak?
Di sinilah posisi saya sebagai seorang guru yang memahami kondisi anak-anak; tidak saja MAN 2 Aceh Barat. Tanggung jawab saya sebagai seorang konselor bagi anak-anak yang butuh pencerahan untuk masuk kuliah. Maupun operator yang menjembatani anak-anak agar bisa mendaftar dengan mudah dan lulus di jurusan favorit sesuai mimpinya.
Di saat internet membantu konten-konten saya sampai ke anak-anak negeri yang sedang galau, bingung mau kuliah ke mana, kesusahan dari segi ekonomi, maupun tidak ada biaya membayar konselor pendidikan, bahkan tidak ada arahan dari guru di sekolah masing-masing. Saya senantiasa berbagi melalui media yang mudah diakses tanpa batasan apapun selama masih adanya internet.
Saya sangat berterima kasih kepada mereka yang datang ke konten ini, mau menonton, dan menyerap informasi sebaik-baiknya sehingga mereka bisa memutuskan sendiri ke jurusan apa yang cocok sesuai kemampuan dirinya dan ekonomi keluarganya.
Selain anak-anak yang menonton konten ini, IndiHome adalah terima kasih saya tak hingga karena memfasilitasi atau menjembatani saya agar terhubung dengan anak-anak di seluruh Indonesia sehingga terbuka cakrawala yang tabu. Konten yang saya hadirkan ini disampaikan dengan baik oleh IndiHome ke anak-anak yang bermodalkan YouTube sebagai wahada ilmu gratis itu.
Saya terharu dengan itu. Terima kasih. Sekali lagi!
Di sisi lain. Saya ingin meringis dengan komentar negatif di video ini….
Seharusnya kalau anda buat video harus ada rujukan dan narasumber dari ptn, jangan buat analisa sendiri dan jawab sendiri, nggak ada rumusnya penghasilan orang tua menentukan kelulusan snpmb. Sampai saat ini pun semua ketentuan pengenaan ukt dari setiap ptn berbeda, lihat saja penggolongan ukt setiap ptn tidak ada yang sama. Jadi tolong kasih info yg berimbang saja om.
JUJUR, AKU SETUJU BANGET SAMA PENDAPAT DAN PERSPEKTIF KAKAK!!!
kayak, pls… kapan negara ini mau maju kalau cuma mementingkan anak-anak yang orang tuanya memiliki penghasilan lebih. bagaimana jika anak-anak yang kurang dalam segi ekonomi, kemampuan akademiknya jauh lebih baik dari anak-anak yang ortunya memiliki uang lebih.
kapan keadilan ditemukan?
Netizen (sebutan pengguna media sosial aktif) berhak dan layak memberikan komentar berlebih-lebihan. Pendapat mereka adalah cara untuk mengekspresikan diri tetapi kadangkala sebagian dari kita hanya melihat jumlah tayangan, viral, maupun judul lalu berkomentar pedas tanpa menonton sampai habis apalagi menerima manfaat dari sebuah konten.
Di awal-awal saya terpancing emosi dengan ‘membenarkan’ konten ini karena saya pembuatnya. Ketika begitu banyak komentar negatif datang, saya bertanya ke beberapa orang apakah konten bermanfaat ini akan di takedown oleh YouTube? Kawan saya memberi pandangan tidak, selagi belum ada laporan yang bisa meyakinkan YouTube untuk menghapus sebuah konten.
Saya lantas membiarkan komentar-komentar negatif yang rupanya makin panjang. Sahut-menyahut seperti burung malam. Saling membenarkan pendapat. Bahkan, menghujat dengan bahasa kasar.
Saya dilatih sabar karena sebuah konten yang sedang naik daun!
Terlapas dari benar dan tidak. Yang jelas saya meragukan “Kredibilitas” informasi yang diberikan dalam video ini, hal itu dipengaruhi oleh dua point:
Kesalahan penyebutan nama lembaga test dengan jalur/jenis test (pada awal video) yang dimana hal tersebut merupakan pemahaman dasar, tetapi sang pembuat video kurang mengetahui/paham akan hal tersebut sehingga menyebabkan kekeliruan informasi yang disampaikan kepada khalayak umum.
Tidak ada informasi resmi dari pihak snpmb mengenai pengaruh gaji orang tua dengan persentase kelulusan atau diterimanya seroang calon mahasiswa di suatu universitas. Dan dari pandangan saya “jelas tidak mungkin” besaran gaji orang tua mempengaruhi skor IRT (hasil test) calon mahasiswa.
Hipotesa saya mengenai “mengapa kita mengisi data gaji orngtua?” karan itu sebagai acuan PTN nantinya untuk menentukan besaran UKT yg kita terima (ketika sudah dinyatakan lulus menjadi mahasiswa baru).
DISCLAIMER ini pendapat saya pribadi boleh setuju boleh tidak, makhluk sosial bebas berpendapat mari berdiskusi untuk menemukan informasi PASTI
JIKA SALAH SAYA MOHON MAAF & MOHON UNTUK DIKOREKSI. TERIMAKASIH.
Istri saya begitu emosional ketika membaca komentar-komentar negatif ini. Dirinya sengaja membuka kembali konten tersebut hanya untuk melihat ada tidaknya komentar miring, bahkan ia sering bertanya, “Ada komentar yang jahat lagi nggak?”
“Masih komentar minta masukan dan saran,” jawab saya. Padahal, beberapa komentar negatif masih muncul.
Benar seperti kata kawan saya. Saat pemilik konten tidak meladeni komentar negatif ini, maka pemberi komentar negatif (dalam bahasa keartisan adalah haters) tenggelam dengan komentar positif. Makin hari, makin banyak penonton, dan makin banyak komentar meminta masukan serta saran, komentar-komentar jahat itu benar-benar tenggelam entah ke mana.
Pada sebuah konten viral, ada sebagian orang memang menumpang tenar atau sengaja memancing keributan. Nah, karena saya tidak mengubris – mengingat komentar baik masih butuh jawaban dan solusi – komentar itu tidak bersambung menjadi jilid tak bermakna.
Pro kontra adalah hal biasa. Kalau tidak, seorang selebriti YouTube tidak akan merajalela sampai sejauh ini. Saya tentu tidak memiliki tujuan ‘terkenal’ seperti mereka. Tekad saya bulat yaitu mencerdaskan anak-anak bangsa melalui konten yang hadirkan ini. Terlebih, Berkonten Ria Bersama IndiHome adalah kesenangan saya sendiri.
Begitulah yang viral akan dihujat habis-habisan karena orang-orang mencari pembenaran dalam pendapatnya. Saya tidak menyalahkan siapapun, hanya menyesalkan mereka yang terlanjur membaca judul, tidak menonton konten sampai habis lalu mengeluarkan pendapat dengan menyalahkan pembuat konten.
Sekali lagi. Konten viral tentu pro dan kontra. Saya kembalikan lagi kepada penonton yang menerima manfaat lebih dari konten ini dengan membalas komentar yang meminta saran, pendapat, maupun masukan, dengan mengabaikan komentar negatif. Dengan begitu, mereka yang datang ke konten ini dengan harapan dapat balasan tidak tenggelam dengan komentar negatif dari mereka yang selalu membenarkan diri sendiri padahal cuma mengeklik karena lagi viral saja.
Inspirasi untuk Berbagi Bersama IndiHome
Saya memulai semangat baru. Di antara waktu mengisi nilai anak-anak di PDSS, mendampingi mereka yang sedang galau, serta membantu pendaftaran SNBP. Saya membuat konten masuk kuliah berseri, seperti trik memilih jurusan, tips mengisi KIP Kuliah, maupun lain-lain yang merupakan bagian terpenting dari keseharian anak-anak yang akan lulus dari kelas XII.
Inilah seri masuk kuliah yang saya buat di sela-sela membimbing anak-anak memilih jurusan.
Apa yang saya kerjakan ini tak bisa lepas dari peran IndiHome. Buka laptop di pagi hari, IndiHome sudah terkoneksi. Mau mengedit ini dan itu, IndiHome membantu dengan jaringan kuat. Mau memverifikasi data anak-anak di EMIS (sistem data dari Kementerian Agama), IndiHome adalah pemberi bantuan terbaik. Anak-anak belajar, mengikut ujian, maupun mengikuti lomba seperti olimpiade, IndiHome memfasilitasi dengan sebaik mungkin.
Aktivitas Tanpa Batas yang menjangkau segala urusan di madrasah kami. Saya berbagi banyak hal kepada anak-anak, orang banyak di luar sana karena IndiHome tidak membatasi apa yang mungkin mereka butuhkan.
Aktivitas di MAN 2 Aceh Barat yang berkenaan dengan internet adalah IndiHome sebagai sarana utama. Di madrasah kami, terdapat 2 jaringan IndiHome yaitu MAN 2 Aceh Barat yang diperuntukkan demi kelancaran di kantor guru dan tata usaha, serta LAB MAN 2 Aceh Barat yang menjangkau area kelas serta laboratorium komputer.
Internet IndiHome aktif sepanjang waktu di MAN 2 Aceh Barat. Guru-guru mendapatkan manfaat tidak saja untuk pembelajaran tetapi untuk absensi online melalui aplikasi PUSAKA by Kementerian Agama di pagi dan sore hari. Pembelajaran juga lebih efektif berkat internet kencangnya IndiHome. Guru-guru yang semula gagap teknologi makin terbantu dengan jaringan IndiHome tanpa batas.
Bagi saya? Inilah hasil nyata dari bantuan IndiHome di tahun 2023.
Pendidikan Dokter dari madrasah ‘kampung’ yang tidak menawan tetapi saya mengubahnya menjadi nyata dalam angan-angan!
Cerita Faizah untuk Kita
Nurfaizah lahir dari perempuan biasa bernama Namrah di Tanjung Balai, Sumatera Utara pada 12 Februari 2005. Ia bersama seorang kakak laki-laki dan adik perempuan kemudian pindah ke Aceh Barat. Sementara Ibunya bekerja di luar negeri, Faizah tinggal bersama Nenek sebelah Ayah karena kedua orang tuanya sudah berpisah.
Dialog saya dengan Faizah tidak hanya pada saat hujan lebat saja di hari itu. Saya sudah mendiskusikan banyak hal mengenai masa depan anak-anak dimulai saat mereka naik kelas XII. Faizah termasuk siswa yang rajin bertanya dan membangun diskusi penting itu, meskipun sering saya jawab dengan nada kasar dan acuh tak acuh.
Cita-cita Faizah hanya satu, “Pendidikan Dokter,” jawabnya dengan mantap. Diskusi kami menjadi begitu rumit manakala saya mengetahui lebih dalam mengenai keluarga Faizah.
Tentu, pendidikan dokter tidak main-main, sekali tebas bisa hancur berkeping-keping akibat kekurangan biaya. Inilah permulaan yang panjang membangun asa dan cita itu.
“Ibu yang merekomendasikan masuk MAN 2 Aceh Barat,” ujar Faizah dalam ragu. “Saya maunya ke sekolah kejuruan, misalnya menjahit, memasak, maupun jurusan komputer karena ya tahu sendiri Pak, keluarga kurang mampu maunya tamat sekolah bisa langsung ada keahlian dan bisa bekerja!”
“Apakah pernah merasa salah pilih sebelum berada di titik ini?”
“Jujur. Di awal saya nggak ikhlas, Pak. Tetapi belakangan setelah mendapat juara umum dari kelas XI, ikut Olimpiade Sains Nasional (OSN), lalu bisa menjadi finalis di Kompetisi Sains Madrasah (KSM), maupun perlombaan lain yang saya dipilih untuk ikuti. Meskipun tidak menang, saya bersyukur bisa mewakili MAN 2 Aceh Barat ke ajang bergengsi tingkat kabupaten maupun provinsi,”
“Apakah nggak ikhlas itu masih terbersit sejauh ini?”
“Untuk sekarang nggak lagi, Pak. Bahkan, saya ikhlas sekali dan bersyukur dengan pilihan Ibu untuk bersekolah di sini. Saya menjadi yakin dengan ridho dari orang tua, terutama Ibu akan membawa keberhasilan untuk anak-anaknya. Yakinlah saya bahwa tanpa ridho atau restu dari Ibu, saya nggak mungkin bisa sampai ke titik ini, Pak!”
“Artinya, restu Ibu adalah nomor satu bukan begitu?”
“Benar, Pak. Apa yang orang tua bilang itu memang terbaik untuk kita!”
“Maka jangan durhaka kepada orang tua ya,”
Dialog ini bisa ditonton lengkap melalui kanal YouTube di bawah hujan deras pagi itu.
Faizah tak lain jawaban dari konten viral yang telah saya buat sebelumnya. Salah satu faktor saya membuat wawancara singkat dengan Faizah adalah memberikan pandangan kepada anak-anak kita yang lain, dalam keterbatasan akan muncul cahaya tak terduga. Keajaiban ini terjadi pada anak didik kami.
Usaha saya yang kuat dalam meyakinkan Faizah untuk berada di jalur pilihan hatinya berbuah hasil.
“Kalau tidak lulus SNBP, sewaktu tes SNBT-UTBT, Ibu melarang Faizah mengambil kedokteran lagi, Pak!”
Tegas dan ulet. Itulah pesan yang penuh makna dalam dialog kami. Niat yang ikhlas, tulus, dan doa dari orang tua tak lain kesuksesan dari pencapaian seorang anak. Faizah yang patuh kepada ibunya, mau mendengar ‘omelan’ saya beberapa bulan sebelum pengumuman SNBP. Inilah hasil yang maksimal dari seorang anak kampung, mengenyam pendidikan di kampung juga, lantas lulus di Pendidikan Dokter yang kita tahu sendiri begitu sulit menembus gerbang pagarnya.
Di pukul 15.00 WIB pada 28 Maret 2023. jantung saya berdetak sangat kencang. Detik-detik yang dinantikan oleh anak-anak kelas XII MAN 2 Aceh Barat, dan juga anak-anak lain di seluruh Indonesia. Bagaimana usaha anak-anak setelah proses pendaftaran SNBP Tahun 2023. Apakah lulus. Apakah. Tidak lulus. Apakah lulus di pilihan pertama. Apakah lulus di pilihan kedua. Apakah bisa mengubah segalanya. Apakah bisa menaikkan derajat keluarga?
Saya mendapat kabar, Nurfaizah lulus di Pendidikan Dokter Universitas Syiah Kuala.
Alhamdulillah.
Saya bersyukur berulangkali. Sebuah pencapaian yang luar biasa untuk anak kurang mampu dari madrasah kami!
Bagaimana sebuah konten internet bisa mengubah segalanya, Faizah adalah jawaban dari itu. Saya yakin dan percaya bahwa anak-anak lain yang menonton video kanal YouTube saya dengan senang hati di hari itu juga akan mendapatkan kemenangan!
Keluarga Kurang Mampu dan Ibu Single Parent
Tak ada angan-angan orang tua selain anak-anaknya sukses di suatu masa. Di penutup cerita ini, saya ingin menegaskan selain konten viral adalah peran orang tua di atas segalanya. Faizah tidak saja dari keluarga kurang mampu tetapi dari keluarga broken home.
Inspirasi yang Ibu Faizah hadirkan tak lain gubahan masa depan untuk anak-anak negeri. Orang tua selalu ingin anak-anaknya sukses. Apapun caranya itu. Tak jarang, kita mendapati anak-anak sukses dari keluarga kurang mampu dari sebuah konten viral di internet.
Faizah dan tentangnya ingin saya bagikan agar menginspirasi anak-anak negeri di sudut kamar senyap lain. Tak boleh patah semangat. Luruskan tekad. Motivasi kuat untuk sampai tujuan.
Saya bantu. Dengan ikhlas. Suatu masa nanti mereka yang terdhalimi hari ini tak lain jelmaan dari orang-orang sukses!
Bantuan saya kepada anak-anak, termasuk Faizah, tak akan mulus tanpa Aktivitas Tanpa Batas IndiHome. Tidak mudah bekerja dengan internet. Tidak nyaman saat internet melambat sedangkan sistem SNBP ribuan yang akses suatu waktu. Semasa proses itu berlangsung, saya berebut jaringan dengan entah orang mana. Akses SNBP yang putus-nyambung lantas dibuat gesit berkat koneksivitas IndiHome.
Dan, tidak mudah untuk bisa lulus di pendidikan dokter serta menerima beasiswa KIP Kuliah. Tidak mudah pula memotivasi anak-anak agar terus bersenyawa dengan cita dan asa di tengah gempuran konten-konten ‘gosip’ yang memamerkan harta warisan.
Inilah konten berimbang dari saya seorang operator, guru dan konselor dari MAN 2 Aceh Barat. Semoga cita-cita generasi penerus bangsa melampaui profesi kita di hari ini. Aminkan untuk keberkahan sekecil apapun kebaikan yang telah kita perbuat!
Leave a Reply