Larangan Suami Istri Selama Bulan Puasa

14 Larangan Suami Istri Selama Bulan Puasa Bisa Kena Denda 2 Bulan Puasa Berturut-turut

16 Larangan Suami Istri Selama Bulan Puasa Bisa Kena Denda 2 Bulan Puasa Berturut-turut – Bulan Puasa selalu menyisakan kemenangan setelah kita salat idulfitri di 1 Syawal. Puasa bagi umat Islam tak lain untuk menyempurnakan rukun Islam; terlepas dari teori medis masa kini yang menyebut puasa menyehatkan. Islam telah memiliki sejarah puasa; mulai dari puasa Nabi Adam, puasa Nabi Ibrahim, dan kemudian puasa di bulan Ramadhan yang diturunkan kepada umat Nabi Muhammad SAW., sebagai penutup agama samawi.

Baca Juga:

Keistimewaan puasa di bulan Ramadhan memang sudah tidak diragukan lagi. Malam-malam panjang dengan tiap malam memiliki keutamaan masing-masing. 10 malam pertama, pahalanya berbeda dengan 10 malam berikutnya, dan beda lagi di 10 malam terakhir.

Dalam puasa Ramadhan, tidak sama dengan puasa di bulan-bulan lain. Puasa di bulan ini adalah sebulan penuh dengan ketentuan yang baku. Tarawih di malam hari menjadi keistimewaan yang pasti berlaku di mana-mana. Makan sahur juga menjadi hal yang sangat dinantikan. Buka puasa dengan hidangan lezat, bersama orang-orang tercinta adalah untuk membentuk keharmonisan hakiki.

Kewajiban Puasa Ramadhan

Puasa adalah melatih kesabaran, dan ketabahan kepada Allah SWT. Orang yang berpuasa telah sanggup secara fisik maupun mental untuk menahan haus, lapar dan juga hawa napsu dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

Orang-orang mukmin – orang Islam – dianjurkan untuk berpuasa. Namun, ada golongan-golongan tertentu yang memiliki kewajiban untuk berpuasa. Anak kecil tidak ada hukum wajib puasa, tetapi dalam rangka melatih puasa sangat dianjurkan agar terbiasa.

Orang-orang yang wajib puasa di bulan Ramadhan adalah orang mukmin, orang yang berakal, baligh, menetap di suatu tempat (tidak dalam perjalanan jauh), dan mampu untuk berpuasa (bukan orang sakit maupun orang yang sudah tua).

Dengan demikian, mereka yang masuk ke dalam golongan ini adalah wajib untuk puasa selama bulan suci Ramadhan. Apabila tidak menunaikan ibadah puasa selama 30 hari atau sebulan penuh di bulan Ramadhan, maka baginya jatuh qadha atau puasa nanti di bulan-bulan lainnya.

Dalil Puasa Ramadhan

Puasa pada bulan Ramadhan adalah kewajiban bagi seluruh umat Islam – mukmin. Sama dengan anjuran lainnya, puasa Ramadhan memiliki dalil yang kuat, dari ayat al-Quran maupun hadits. Kekuatan dari dalil ini sangatlah kuat dan diamalkan sebagaimana mestinya.

Dalam QS. Al-Baqarah ayat 183, Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Dengan begitu, ayat tersebut di atas memberikan perintah yang kuat bagi seluruh umat Islam yang beriman. Puasa tak lain melatih banyak hal dan tidak semua orang mampu untuk menjalankan ibadah puasa.

Sahabat bertanya, “Kabarkan kepada saya apa yang diwajibkan bagi saya untuk puasa? Nabi SAW., menjawab, “Puasa bulan Ramadhan, kecuali jika engkau berpuasa sunnah,” (HR. Bukhari).

Dalam hadist lain disebutkan, dari Ibnu Umar ra., ia berkata, “Rasulullah SAW., bersabda, “Islam itu dibangun di atas lima (pondasi), yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan,” (HR. Bukhari).

Dari dalil ini jelaslah sudah bahwa puasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban bagi umat Islam. Selama menjalankan ibadah puasa, kita memiliki aturan tersendiri agar puasa sah dan tidak batal meskipun dari hal-hal kecil saja.

Larangan Suami Istri Selama Bulan Puasa

Suami istri memiliki aturan lebih ketat selama menjalankan ibadah puasa. Apabila melanggar dari aturan tersebut, kafarat atau denda yang harus dibayar sangatlah berat. Di antara larangan suami istri selama bulan puasa dapat dibaca sampai habis.

Bersetubuh di Siang Hari

Kebutuhan seks memang ‘dapur’ masing-masing. Semua kembali kepada orang yang memiliki beban yang ingin, kuat maupun memang selalu ingin berhubungan badan. Dalam bulan selain Ramadhan, tiap pasangan bebas melakukan hubungan suami istri tanpa kenal waktu. Tetapi, selama bulan Ramadhan, hanyalah di malam hari saja yang diperbolehkan.

Suami dan istri yang bersetubuh di siang hari pada bulan Ramadhan, akan diwajibkan untuk membayar denda. Kafarat yang harus dibayarkan ini tidak bisa diganti dengan alternatif lain dengan berbagai alasan.

Dalil yang menguatkan seseorang tidak dibenarkan bersetubuh dengan suami atau istri, yaitu dari Abu Hurairah ra, “Suatu hari kami duduk-duduk di dekat Nabi SAW., kemudian datanglah seorang pria menghadap Beliau, lalu pria tersebut mengatakan, “Wahai Rasulullah, celaka aku,” Nabi SAW., berkata, “Apa yang terjadi padamu?” Pria tadi lantas menjawab, “Aku telah menyetubuhi istri, padahal aku sedang puasa,” Kemudian Rasulullah bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau merdekakan?” pria tadi menjawab, “Tidak,” lantas Nabi SAW bertanya lagi, “Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” pria tadi menjawab, “Tidak,” lantas Nabi SAW bertanya lagi, “Apakah engkau dapat memberi makan kepada 60 orang miskin?” pria tadi juga menjawab, “Tidak,

Abu Hurairah berkata, “Nabi SAW., lantas diam. Tatkala kami dalam kondisi demikian, ada yang memberi hadiah atau wadah kurma kepada Nabi SAW., kemudian Beliau berkata, “Di mana orang yang bertanya tadi?” pria tersebut lantas menjawab, “Ya aku,” kemudian Nabi SAW., mengatakan, “Ambilllah dan bersedekahlah dengannya,” kemudian pria tadi mengatakan, “Apakah akan aku berikan kepada orang yang lebih miskin dariku, Wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak ada yang lebih miskin di ujung timur hingga barat kota Madinah dari keluargaku,” Nabi SAW., lalu tertawa sampai terlihat gigi taringnya. Kemudian Beliau berkata, “Berilah makanan tersebut pada keluargamu,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hukum Islam yang berat bagi suami istri yang melakukan hubungan badan di siang hari selama bulan puasa. Apabila tidak ada budak (hamba sahaya) yang bisa dimerdekakan – saat ini tentu saja sulit bahkan cenderung tidak ada lagi, maka wajib puasa 2 bulan berturut-turut, namun apabila tidak mampu maka harus memberi makan 60 orang orang miskin – sesuai definisi miskin dalam Islam. Kafarat puasa ini wajib dilunasi sebelum meninggal, jika tidak dilunasi maka disebut dengan hutang.

Kafarat puasa suami istri yang bersetubuh di bulan puasa tidak berlaku atas puasa qadha maupun puasa sunnah seperti puasa 6 hari di bulan Syawal. Kejadian tadi di atas mencerminkan contoh nyata di masa Rasulullah agar umat manusia memiliki pegangan di masa sekarang.

Tak bisa dipungkiri bahwa banyak kisah yang terjadi di masa Rasulullah adalah cerminan untuk masa depan. Dari kisah tersebut biasanya akan turun perintah untuk menyelesaikan masalah agar tidak terhutang dengan Allah maupun dengan sesama manusia.

Saling Memaki karena Masalah Ringan

Dalam sebuah rumah tangga, pasti akan ada masalah yang terjadi. Dengan begitu, perdebatan juga akan terjadi tanpa bisa dihindari. Di bulan lain, jadi hal biasa saling memaki dan mempertahankan ego masing-masing karena lepas dari itu akan baikan kembali.

Selama bulan puasa, memaki suami atau sebaliknya, sebaiknya jangan dilakukan. Tujuan puasa tak lain menjaga amarah kita agar selalu terkontrol lebih baik sampai berbuka. Tiap pasangan memang berbeda kemauan dan cara menilai pasangannya masing-masing. Ada pasangan yang cemburu buta, yang tak enak hidupnya tanpa ada pertengkaran. Bagi mereka, kemesraan adalah pertengkaran itu sendiri.

Dengan memaki pasangan selama bulan puasa, telah jatuhlah pahala puasa itu sendiri. Kita dianjurkan untuk menahan diri terhadap amarah yang memuncak. Orang dalam kondisi perut kosong memang cepat marah, tetapi dengan menahan diri dan sadar sedang puasa, amarah itu tidak akan lagi memuncak dan membuat pertengkaran yang tak terbendung. Maka, segeralah minta maaf kepada pasangan jika baru memulai makian seringan apapun itu.

Ciuman Sudah Pasti Tahan Dulu

Pasangan suami istri memang tidak dibenarkan untuk bersetubuh. Namun, bukan berarti ciuman di siang hari lantas dibenarkan. Hal-hal yang demikian tidak menjadi sebuah pembenaran karena akan membawa kepada pengaruh lain.

Ciuman tak lain memulai sesuatu yang lain. Sebuah tanda kalau pasangan suami istri akan melanjutkan ke persetubuhan yang lebih serus, sampai membawa kenikmatan. Dari segi orang yang saling kasih sayang, ciuman saja nggak jadi masalah karena akan sanggup tahan untuk lanjut ke hal-hal lain.

Tahukah kamu dari hal ringan begini bisa langsung menjerumuskan ke hal berat? Napsu saat dibuka maka akan makin terkuak. Makin diajak langsung berperang. Makin dirasa, makin nikmat. Sampai lupa diri dan terus melanjutkan kenikmatan itu sampai keblablasan. Saat terjadi persetubuhan maka akan menyesal untuk membayar denda yang telah ditetapkan.

Mesra-mesraan Sampai Keluar Mani

Ada pasangan yang tidak tahan selama 30 hari puasa. Sudah disebutkan bahwa tahan saja di siang hari tetapi di malam hari tak ada yang melarang. Selama puasa dari terbit fajar sampai terbenam matahari, pelatihan untuk menjaga syahwat adalah hal yang mungkin sangat berat bagi sebagian orang.

Saat di rumah berduaan dengan pasangan, ada saja yang ingin dilakukan. Duduk sambil berpelukan, berbaring sampai berpelukan. Namun kontrol sedang berpuasa tidak dilakukan sehingga saat satu orang saja keluar air mani, maka puasanya telah batal.

Bermesraan dengan pasangan sejatinya tidak mudah dikontrol dengan baik. Dalam kondisi tertentu – saat melakukan apa – bisa saja pasangan tidak sanggup menahan diri dan langsung keluar air mani. Maka, dengan segala alasan, bermesraan selama bulan puasa di siang hari sangatlah tidak dianjurkan. Ada banyak cara untuk menghindari diri dari bermesraan, seperti sibuk bekerja, main bersama anak atau melakukan hal lain yang memiliki pahala berlipat selama puasa.

Berhubungan Badan Setelah Sahur dan Tidak Berhenti setelah Imsak

Malam hari memang dibenarkan untuk bersetubuh. Dari sehabis berbuka sampai batas waktu imsak. Namun jangan lepas kontrol dengan berhubungan badan sampai lepas subuh. Maka, jika itu terjadi maka pasangan ini akan batal puasanya dan wajib membayar denda.

Dalam suatu kesempatan, Imam An-Nawawi meriwayatkan, “Jika telah terbit fajar (masuk waktu subuh) sedang ia dalam keadaan berjima’ kemudian ia langsung mencabutnya seketika, maka puasanya sah,”

Dari sini kita bisa memahami dengan baik dan bisa juga mengontrol keinginan untuk bermesraan. Bukankah sudah cukup semalam suntuk bersetubuh? Lalu di pagi harinya langsung berpuasa kembali seperti sediakala.

Orang yang lepas kontrol tak lain mereka yang tidak bersyukur. Semua dilakukan untuk memuaskan hawa napsu. Orang yang paham agama pun bisa melakukan hal serupa selama di rumah; misalnya suami atau istri berpakaian minim yang memunculkan keinginan untuk bersetubuh. Sehingga, selama bulan puasa ini sebaiknya suami atau istri menutup aurat mereka di siang hari agar tidak mengundang keinginan berhubungan badan.

Berpelukan Jangan Sampai Terbawa Emosi

Peluk suami atau istri sah-sah saja untuk saling menguatkan di bulan puasa. Tak ada yang tahu, misalnya, terjadi suatu masalah yang membuat pasangan harus dikuatkan. Memberi pelukan hangat adalah cara terbaik untuk itu.

Dalam berpeluk sangat sampai terbawa emosi yang membuat pasangan lepas kontrol. Emosi yang tidak stabil kemudian bisa menjurus ke hubungan suami istri di ranjang. Tiap pasangan biasanya akan mendapatkan ketenangan setelah bersetubuh. Ada kekuatan yang keluar lepas dari merasakan kenikmatan itu.

Cuek Juga Tidak Boleh

Anjuran yang tidak membenarkan berhubungan badan di siang hari selama bulan puasa, bukan berarti harus saling cuek. Mungkin ada yang demikian, karena takut melakukan kesalahan makan lebih baik menghindar atau cuek, atau acuh tak acuh terhadap pasangan.

Dengan begitu, kita akan menyakiti hati pasangan kita sendiri. Yang tidak dibenarkan adalah berhubungan badan, sedangkan membangun komunikasi dengan penuh kemesraan tak ada salahnya. Ada pasangan yang butuh hal demikian, jika tidak diberikan makan akan terjadi pertengkaran. Namun, sekali lagi, hal ini bisa terjadi pada pasangan yang baru menikah atau belum memiliki anak.

Pasangan yang sudah memiliki satu atau beberapa anak sulit sekali menerka hal ini. Cuek terhadap istri atau suami bisa jadi karena sibuk mengurus anak, atau sedang bermain bersama anak. Yang tidak boleh cuek ini dengan alasan tidak mau terjadi hubungan badan di siang hari selama bulan puasa.

Marah-marah

Tuhan melahiran amarah atau membuat manusia marah-marah, agar emosi terlampiaskan. Hidup dalam keadaan datar saja tidaklah cukup tanpa memerankan emosi dengan baik. Kecuali para nabi dan rasul, umat manusia lain tak pernah luput dari yang namanya ‘marah-marah’ sepanjang usianya.

Suami istri yang marah-marah adalah bumbu pernikahan yang tak pernah habis. Dengan marah kepada suami, atau suami marah kepada istri, lumrah manusia menginginkannya. Suami atau istri yang suka marah-marah bukan berarti musuhan atau terjadi pertengkaran hebat, hanya saja itulah cara mereka mengekspresikan diri kepada pasangan, dan pasangan memahami hal demikian.

Selama bulan puasa, tahan dulu kebiasaan marah-marah itu. Meskipun hal yang wajar bagi suami istri yang memiliki tabiat demikian, namun selama puasa marah-marah makan akan menghilangkan pahala puasa. Sudah lelah menahan diri dari lapar, haus dan hawa napsu, dari pagi ke malam tetapi tidak mendapatkan apa-apa.

Tidak Menyiapkan Sahur

Sahur tak lain momen istimewa bagi orang yang berpuasa. Bangun di pagi hari sebelum subuh (imsak) adalah kewajiban yang memiliki makna tersendiri. Dengan makan sahur, dan berkah yang terkandung di dalamnya, tak lain akan memberikan kekuatan untuk berpuasa seharian penuh.

Tidak menyiapkan makan sahur untuk pasangan tak lain kebiasaan yang buruk. Tiap pasangan memiliki kebiasaan masing-masing. Selama sehat, istri yang menyiapkan sahur tetapi apabila istri sakit, suami bisa menyiapkan sahur untuk dirinya dan untuk istri dan juga anak-anaknya.

Orang yang menyiapkan sahur, bukan saja pahala yang didapatkan tetapi keberkahan puasa itu sendiri. Satu keluarga senang menyantap sahur, maka tidak ada lagi nikmat yang dapat didustakan.

Tidak Menyiapkan Menu Berbuka

Momen yang paling ditunggu selama bulan puasa Ramadhan adalah berbuka puasa. Buka puasa menjadi sarana dalam menguatkan silaturahmi, saling memberi dan menerima, saling menguatkan dan menyantap menu lezat meskipun alakadarnya.

Pahala orang yang menyiapkan menu berbuka puasa itu sangatlah besar. Dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh Tarmizi, Ibnu Madjah, dan Ahmad, menyebutlkan, “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga,

Jadi, nggak ada salahnya untuk menyiapkan menu terbaik selama bulan puasa ini. Dengan begitu, pahala orang yang berpuasa juga akan mengalir untuk kita.

Jatuh Talak

Perceraian adalah perkara yang mudah dan tidak akan menjadi masalah besar karena tidak nyaman lagi. Tetapi, soal ringan ini bisa menjadi masalah besar di kemudian hari misalnya telah putus hubungan silaturahmi antar dua keluarga, saling bermusuhan dan menjelekkan dan juga tidak percaya satu sama lain.

Talak selama bulan puasa juga bukan masalah yang dianggap enteng saja. Karena tidak nyaman lalu menodai bulan Ramadhan dengan putus hubungan dengan pasangan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Madjah dan Al-Baihaqi, disebutkan bahwa, “Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah cerai,

Sebaik-baiknya manusia, jikapun sudah tidak merasa nyaman atau butuh lagi terhadap pasangan, maka lebih baik menunda jatuh talak setelah lebaran idulfitri saja.

Mandi Bersama untuk Senang-senang

Ada sebuah kesenangan yang mungkin menjadi kebiasaan bagi beberapa orang, yaitu mandi bersama pasangan. Memang tidak ada yang salah jika melakukan hal itu. Namun ada kalanya kita menunggu sampai malam hari saja jika ingin merasakan sensasi ini.

Dalam artian mandi bersama pasangan, suami istri tentu akan melihat lekuk tubuh bukan? Jika dilakukan pada siang hari, hal ini akan membawa pengaruh pada lepas kontrol yang membuat terjadinya senggama antara suami dan istri.

Maka, sebaiknya, mandi bersama selama bulan Ramadhan di siang hari tidak dilakukan. Dan, bahkan untuk mempertimbangkan rasa malu, mandi bersama hanyalah jadi keinginan semata.

Istri Gugat Cerai Suami

Suami yang digugat cerai istri juga makin marak saat ini. Masalah yang muncul karena ketidak puasa atau alasan lain yang membuat orang tidak mau lagi bersama pasangannya. Sama halnya dengan suami yang talak istri, istri yang menggugat cerai suami selama bulan puasa, juga menjadi perbuatan yang sangat dibenci Allah.

Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Tarmizi dan Ibnu Madjah, menyebutkan, “Wanita mana saja yang meminta talak (cerai) tanpa ada alasan yang jelas, maka haram baginya mencium wangi surga,

Dengan demikian, tinggal suami atau istri yang memutuskan untuk memilih posisi yang bagaimana selama bulan Ramadhan.

Sentuh Kemaluan Istri

Beberapa orang tidak bisa mengontrol diri di depan pasangan mereka. Adakalanya mereka menyentuh kemaluan pasangan, yaitu istri karena untuk mendapatkan puncak kenikmatan itu sendiri. Hal ini bisa mudah terjadi di bulan lain, tidak di bulan Ramadhan.

Dalam sebuah riwayat, dari Hakim ibn Iqal, “Saya bertanya kepada Aisyah, ‘Apa yang haram saya lakukan terhadap istri saya saat saya sedang berpuasa?’ Dia menjawab, ‘Kemaluannya,’”

Alasannya jelas bahwa dengan menyentuh kemaluan istri maka akan terjadi masalah lain yaitu berhubungan badan di siang hari. Larangan Suami Istri Selama Bulan Puasa jelas sudah,

Bulan puasa adalah bulan untuk mendapatkan keberkahan dunia dan akhirat. Pahala yang didapat selama bulan Ramadhan tak terbendung, hanya saja kembali kepada siapa dan bagaimana mendapatkan pahala berlimpah tersebut. Larangan Suami Istri Selama Bulan Puasa menjadi pelajaran penting bagi semua orang. Semoga kita bisa memetik hikmahnya.

2 responses to “14 Larangan Suami Istri Selama Bulan Puasa Bisa Kena Denda 2 Bulan Puasa Berturut-turut”

  1. Bang Day Avatar
    1. bairuindra Avatar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *