Perkara yang rumit. Mungkin saja tidak jika melihat kemesraan mereka setelah itu. Dia sering membawa pulang makanan ringan begitu malam. Dia pun sudah ada uang jajan dari pacarnya yang rupawan. Entah bahagia apa yang kemudian merengkut kepercayaan mereka sampai akhirnya putus.
Lalu dia mulai menjalin kasih dengan si itu dan si itu. Saya tak mudah mengabadikan semua kenangan dalam kata-kata. Saya mengiyakan. Saya melupakan. Pacar-pacarnya pun saya tidak tahu bagaimana wujudnya, dia hanya menyebut gagah, tampan, perkasa dan lain-lain, dari segala definisi seorang pria.
Di awal 2008, barangkali karena kesibukan saya yang padat mengejar ketertinggalan kuliah dan pekerjaan di radio serta tentor bimbingan belajar, kami sulit sekali komunikasi.
Tiba-tiba, dia datang dengan kebahagiaan yang merebak, menggebu-gebu sampai benar-benar syahdu untuknya namun bukan untuk saya. Dia berubah, sama sekali telah mengubah penampilannya menjadi ‘baik-baik’ saja dengan kondisi yang saya lihat begitu seketika.
“Kamu baik-baik saja?”
“Aku nyaman dengan keadaan kayak begini, Bang!”
“Apa ini pelampiasan?” maksud saya karena nggak mungkin menemukan pekerjaan lain.
“Aku baik-baik saja dengan begini!”
“Kamu nggak cari pekerjaan lain?”
Senjakala mendengus. “Ini pekerjaan aku!”
Leave a Reply