Kehidupan Pecandu Judi Bola Menang Puluhan Juta dalam Satu Malam – Candu adalah candu termasuk saat menonton bola. Sebagian orang rela main taruhan atau judi bola karena kesenangan atau untuk mendapatkan keuntungan. Begini pula kisah itu terjalin begitu saja.
Aku sudah mengenalnya dengan baik. Wajar jika tahu AC Milan adalah jagoan kandang yang dielu-elukannya. Ke mana pun pergi, AC Milan selalu menjadi dambaannya. Sabtu yang santai, atau Minggu yang seharusnya malas-malasan di rumah, dirinya seolah tak mau mengganti kaos AC Milan yang melekat ditubuh atletisnya.
Jika dilihat dari postur tubuh, dirinya adalah pemain bola. Saat berbicara dengannya, kita tidak bisa berkutik sama sekali karena informasi bola, siapa yang bagus mainnya, siapa yang akan tersenggol dari klub mana, siapa yang dibayar mahal, siapa yang mudah cendera, atau siapa saja yang banyak simpanan wanita, dia tahu segalanya. Yang dirinya tidak tahu adalah bagaimana cara menendang bola!
Baca Juga:
|
Ada orang demikian. Ada. Teori bola jangan pernah berdebat dengannya. Taktik bermain boleh sudah dihapal dengan baik. Siapa yang kira-kira akan menang nanti malam, ia sudah bisa prediksi dengan mudah. Mengapa Ronaldo selalu dibanggakan, ia tahu celah sampai ke bentuk lutut maupun pinggul pemain Portugal itu. Kenapa Messi sangat kecil, ia baca dari gestur tubuh yang lebih kecil – padahal semua orang bisa mengerti – tetapi dirinya punya cara untuk membantah.
Yang tidak boleh disuruh, memintanya ke lapangan bola. Alasan ada pekerjaan. Lelah bekerja. Sedang pacaran padahal tahu dirinya masih jomblo, selalu menjadi tabiat yang begitu-begitu saja. Saat orang lain bertanding di 17 Agustus, ia adalah pengkritik nomor satu. Dalam kelompok bola kampung halamannya, ia memberikan masukan dalam penerawangan panjang. Hebatnya, semua yang dirinya sebut, ia prediksi benar adanya. Orang-orang kampungnya selalu bergantung kepadanya saat akan bertanding bola. Ia tak ada di kampung, segera pulang untuk memberikan dukungan penuh.
Singkat cerita, tentang dirinya yang kusebut saja nama Sandiaga, kerap sekali bersantai di warung kopi di malam-malam berbintang atau mendung. Duduk santai saja tidak mungkin. Duduk berjam-jam sangat mungkin karena dirinya akan menanti AC Milan bertanding atau Barcelona kalah sambil berteriak lebih kuat. Ia tidak memedulikan orang lain kalau Barcelona kalah. Ia akan meloncat-loncat kalau AC Milan menang.
Begitu terus sampai dirinya ingin lebih. Nonton bola ‘biasa’ saja sudah menjadi makanan sehari-hari. Sandiaga mencari cara agar malam-malam yang bergadang panjang tidak sia-sia saja. Ia mengakali diri untuk bermain taruhan kecil-kecilan di warung kopi. Siapa yang kalah, itulah yang akan bayar kopi. Siapa yang menang boleh minta apa saja.
Berawal dari segelas kopi, Sandiaga menawar untuk lanjut ke, “Bagaimana kalau malam ini 50 ribu?” beberapa pemuda lain setuju dalam gairah yang menggelora. Saat pertandingan dimulai, gerak-gerik lawan sudah bisa ditebak, barulah Sandiaga memilih klub mana. Pemuda-pemuda kampung selalu salut dengannya, tebakan Sandiaga selalu benar. Tak pernah sekalipun salah atau meleset.
Piala Eropa, Piala Asia sampai Piala Dunia menjadi torehan menakjubkan untuk Sandiaga. Namun, bosan datang semenjak internet datang. Uang 50 ribu rupiah sudah tidak cukup lagi untuk bersenang-senang sampai pagi datang. Meski ia tetap bermain dengan pemuda-pemuda kampung itu, Sandiaga mencari celah lain agar pemasukannya lebih banyak.
Dari satu situs ke situs lain. Dari satu grup masuk ke grup lain. Kemudian bertemu kawan yang sepadan. Iming-iming dimulai. Dari tebak skor sampai pemain yang akan mencetak gol. Dari ratusan ribu sampai jutaan rupiah. Dari sepeda motor butut sampai naik mobil. Begitu terus kesenangan dari Sandiaga.
Malam-malam yang biasa ia lewati bersama pemuda-pemuda kampung di warung kopi dekat sawah, tidak lagi dijalani. Jam terbangnya sudah tinggi. Warung kopi yang dirinya ‘bersantai’ sudah di pusat kota. Di sana sudah ramai orang bersiteru siapa menang dan kalah. Sandiaga mulai bertaruh, Rp 10 juta, kemudian, Rp 35 juta, dan malam-malam yang panjang lain, ia berani bermain di angka Rp 100 juta.
Uang bukan lagi segala bagi Sandiaga. Ia terus mencari yang lebih. Bagaimanapun, dari senang-senang sebagai pengamat bola ia telah mendapatkan banyak sekali keuntungan. Mobil sudah dibeli. Rumah sudah dibangun. Tabungan cukup banyak sudah. Keluarga tak kurang suatu apapun.
Judi bola sangat menghipnotis Sandiaga. Bekal yang dimiliki sangat bagus dan badannya tak pernah kurus meskipun hampir tiap malam bergadang. Ia terus di atas awan dengan pasang harga lebih tinggi. Main angka Rp 100 juta dengan 10 orang, ia bisa dapat Rp 1 miliar saat menang. Malam lain, ia main Rp 500 juta dengan 3 orang saja, ia dapat Rp 1,5 miliar.
Sandiaga sangat senang dengan gemilang harga. Tiba di malam yang nekad, ambisi yang sangat kuat di dalam dirinya, Sandiaga mengiyakan saat ajakan Rp 1 miliar dari orang yang tidak begitu dirinya kenal baik. Nama juga judi bola online, siapa saja bisa masuk dan memainkan peran dengan baik. Permainan dimulai. Televisi menampakkan siluet yang tidak baik sebagai pertanda. Sandiaga tetap ingin main karena dengan 10 orang saja ia bisa dapat kaya raya yang selama ini diimpikan olehnya.
Permainan 30 menit berlangsung aman. Sepuluh menit setelah itu, Sandiaga mulai harap-harap cemas karena lawan kian gesit. Di menit ke-65 lawan mencetak gol pertama. Disusul pada menit ke-75 dan 80. Sandiaga mulai kalut. Meremas kepala yang tak gatal. Gol 3 kalah bertahan sampai di menit 93 setelah perpanjangan waktu.
Tabungan Rp 1 miliar raib dalam semalam. Malam berikutnya, ambisi dan tak terima kekalahan menjadi-jadi. Sandiaga memasang Rp 1,5 miliar. Kalah lagi. Besoknya, Rp 2 miliar, juga kalah lagi. Sampai, cuma mobil yang tertinggal harus dirinya jual untuk ikut permainan lain. Di babak akhir, Sandiaga hanya bisa kembali bermain dengan pemuda-pemuda kampung di warung kopi semula kisah ini dimulai dengan secangkir kopi siapa yang kalah.
Sandiaga adalah kisah yang banyak dari sekitar kita. Makin tinggi pohon dipanjat, makin banyak buah yang dipetik. Hanya saja, petik sesanggup saja. Makin banyak dipetik, kantong plastik yang dibawa naik akan penuh, berat jadinya dan jika tidak pecah maka akan jatuh.
Sebelum itu terjadi, bersenang-senang saja tidak cukup dalam hidup ini. Rezeki yang diberi adalah penuh keberkahan bagaimanapun bentuknya. Bekerja adalah suka dan duka. Sandiaga mungkin lupa beberapa hal termasuk rasa syukur dan juga telah senang bergelimang harta. Banyak kisah demikian yang dirangkum dalam banyak kisah. Tinggal kita untuk mengambil hikmahnya saja.
Leave a Reply