Internet Cepat Dedikasi untuk Sumpah Pemuda dari Pekerja Lepas

Internet Cepat

28 Oktober selalu diingat sebagai Hari Sumpah Pemuda. Sejarah biarlah berlalu begitu saja dan dikenang sepanjang masa. Namun, sumpah darah, tanah air, bangsa dan juga bahasa tak mungkin lekang dari kita sebagai generasi yang terlahir di Indonesia, salah satunya dengan internet cepat. 

Biarpun terbang tinggi, Indonesia tetaplah jiwa dan raga.

Sumpah Pemuda di Masa Krisis

2022 masih bertahan dengan isu yang ‘keren’ menurut sebagian orang. Di mana kita harus menjaga jarak, kurang percaya dan mudah curiga terhadap orang lain karena corona sebabnya. Kita seolah-olah dibatasi untuk terbang bebas dan tidak tahu harus ke mana dalam krisis ini.

Benar saja. Krisis akibat perang dingin yang entah kapan berakhir tersebut membawa pengaruh besar terhadap mereka yang disebut sebagai ‘pekerja lepas’ seperti blogger. Tak sedikit, bahkan makin menipis, sponsor yang mau menempatkan kerjasama dengan blogger karena perusahaan mereka sendiri tidak tahu berada di jurang mana.

Krisis kepercayaan kita alami karena batasan demi batasan yang dibentuk karena itu tersebut. Sebagai pekerja lepas, untuk bertemu dengan klien, dalam rangka mempresentasikan karya, sangatlah sulit di mana orang yang belum dikenal ini belum tentu menempatkan kepercayaan kepada kita.

Alasan ‘kepercayaan’ telah memudar ini karena saling curiga, ‘baru ketemu sama siapa’ atau ‘ada riwayat sakit apa’ atau ‘sudah vaksin ketiga’ atau ‘apakah hidup bersih sesuai anjuran’ dan lain-lain yang menyertai benak kita.

Kepercayaan itu juga menjadi krisis manakala orang yang ingin ditemui masih mempertanyakan eksistensi kita sebagai pekerja lepas. Apakah bisa diandalkan. Berapa banyak pengikut yang akan menyerap informasi tersebut. Mungkin juga soal eksistensi pekerja lepas yang perlahan-lahan diganti dengan yang baru. Bagaimana posisi kita saat krisis kepercayaan ini muncul? Tak lain adalah dengan mempertimbangkan baik-baik ‘posisi’ dan ‘kemampuan’ diri kita sendiri agar bisa bangkit kembali.

Tak elak, krisis finansial adalah hal yang benar-benar mencekik di masa ini. Saya tidak bisa menyebut kapan berakhir karena ketika isu yang masih segar itu digoreng kembali sampai gosong, pekerja lepas yang sehari gali lobang tutup lobang tentu tidak mudah untuk mendapatkan pemasukan lebih tinggi.

Ke supermarket beli minyak goreng, harga masih melambung tinggi. Minggu depan harus beli belas, harganya yang tak turun. Tak mungkin juga makan nasi cuma ‘nasi putih’ saja sedangkan sayur dan ikan wajib dibeli.

Serba mahal ditengah gempuran krisis kepercayaan membuat krisis finansial pekerja lepas makin menjadi-jadi. Kita tidak tahu harus melangkah ke mana karena pemasukan tak mudah ditarik begitu saja.

Nah, tiba di saat kita mesti percaya diri lebih tinggi, di sinilah krisis untuk survive tak bisa dihindari. Kenapa kita tidak bisa survive dengan masalah-masalah yang muncul tersebut? Salah satu sebab karena kita tidak tahu apa yang mesti dikerjakan atau selalu berpikir memang sudah begini kondisinya sedang orang lain terus bangkit dari keterpurukan.

Survive itu kita yang ambil dari alam antah-berantah. Kita sendiri yang bisa mengubah sedih menjadi senang. Kita sendiri yang bisa membuat uang masuk atau tidak. Bagaimana dan apa yang harus dilakukan itulah kunci yang sama-sama berada di pola pikir, serta keinginan untuk sukses.

Pernahkah gagal tetapi sudah bangkit?

Semangat Sumpah Pemuda di Ambang Krisis

Jika kamu pernah merasa gagal, dan telah bangkit untuk saat ini berarti di satu sisi kamu telah menemukan survive di dalam hidup.

Semangat apa yang kurang dari dalam diri kita? Coba kembali ke semangat Sumpah Pemuda. Di mana para pemuda di suatu masa memperjuangkan hak-hak mereka agar bangkti dari keterpurukan. Mereka pula yang menelurkan ide-ide segar agar bangsa ini bermartabat; di tengah genderang ‘perang’ yang belum tahu akan bermuara ke mana.

Kita sendiri? Patah hati dan patah arah bukanlah kreativitas pemuda karena banyak sekali kegiatan yang bisa dibanggakan. Saat orang melecehkan harga diri, kamu harus berani menyebut bangga jadi blogger karena tidak semua orang mampu dan mau melakukan hal serupa.

Ketika internet cepat masuk kamar yang sempit, orang lain mungkin enak-enak jadi ‘kaum rebahan’ dengan tontonan yang kurang bermanfaat. Kita yang lahir sebagai seorang blogger, meskipun cuma rebahan saja tetap menuangkan ide-ide segar dalam sebuah tulisan blog; dan bahkan YouTube dan TikTok yang kini juga menjadi media andalan blogger.

Orang-orang yang sejatinya bermain dengan ‘kelelahan’ dalam dirinya adalah mereka yang berada di ambang krisis. Ke sana tidak sampai. Ke sini apalagi. Begitulah mereka yang menyebut diri pekerja lepas namun tidak mengamalkan semangat Sumpah Pemuda sampai ke akar-akarnya.

Pemuda yang berkarya adalah mereka yang tepat mengandalkan internet cepat dari pelosok sekalipun. Tak ayal, kita mengenal beberapa blogger dari daerah yang bisa survive ke tingkat nasional. Karena apa? Mereka berkarya lebih nyata dengan semangat juang Sumpah Pemuda, mengandalkan internet cepat sebagaimana mestinya agar hidup lebih layak.

Internet Cepat dan Kreativitas Tanpa Batas

Pekerja lepas itu banyak. Blogger salah satunya. Apakah aktivitas blog akan berkurang atau bahkan ‘mati suri’? Sumpah Pemuda yang kita tahu sekarang karena ditulis pada lembaran kertas, meksipun lusuh tetap bisa dibaca. Ayat-ayat Alquran tulis di dinding, di daun-daun, pelepah kayu maupun di media lain sebelum disatukan dalam mushaf.

Jika kita berkaca dari sana, belum lagi bacaan lain, sebuah tulisan itu akan abadi dan dikenang. Dunia blogging yang sekarang bergeser ke video juga demikian. Sebuah tayangan video, dalam 24 jam mungkin akan berkurang peminatnya. Namun, tulisan yang tertanam di internet, makin lama makin bagus penetrasinya apalagi jika tulisan dengan selengkap-lengkapnya.

Di mana kita saat internet cepat ini mengubah kreativitas blogger menjadi sebuah keharusan? Kita terlena dengan menunda-nunda atau ‘tidak ada waktu’ padahal justru kita sendiri yang terbiasa menonton video sampai berjam-jam, tertawa sambil jari naik-turun di layar TikTok, Reels maupun Shorts. Kapan kita berada di posisi sebagai pembuat konten itu sendiri?

Internet cepat yang ada saat ini kita jadikan sebagai sarana untuk; terkenal dan dapat uang. Tak salah jika kamu memiliki visi dan misi ke arah itu. Pergeseran ini sudah dimaklumi dan menjadi rahasia umum ditengah gempuran konten, dan pekerja lepas yang mendapatkan keuntungan puluhan juta, sampai miliaran rupiah dari konten-konten mereka.

Kita dibutuhkan untuk bergerak lebih cepat, secepat internet cepat yang penetrasi jaringannya lebih baik, tanggap, dan mau mengubah tiada menjadi ada. Mengapa saya katakan demikian? Salah satu contoh yang ringan adalah blogger ini, kamu bisa baca Portofolio Bai Ruindra untuk tahu gebrakan yang bisa dilakukan oleh blogger melalui internet cepat.

Salah satu internet cepat yang saat ini ramai dipakai adalah IndiHome dari Telkom Grup. Kamu bisa memilih paket sesuai selera, kebutuhan dan juga keinginan untuk sukses bersama internet cepat. Ayo bergerak maju bersama internet cepat IndiHome!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *