7 Alasan Blackberry Bangkrut Karena Hina Android – Kabar dari BlackBerry yang Tamak dan Rendahkan Android sebelum Hancur Berkeping-keping. Kehancuran BlackBerry memang tidak diprediksi. BlackBerry hancur karena terlalu egois dan merendahkan lawan.
Daftar Isi
Blackberry Bangkrut Hina Android
Nokia akan kembali menghadirkan smartphone di tengah-tengah kita, sebentar lagi. Ini akan menjadi nostalgia paling mengasyikkan seperti penantian Cinta sampai 14 tahun lamanya, ratusan purnama bagi Rangga untuk kembali menyatakan cinta. Seindah akhir cerita Cinta dan Rangga atau hanya seremoni di gagap gempita raja dan ratu smartphone masa kini.
Tak Belajar dari Nokia, BlackBerry Ikut Bangkrut
Nokia punya alasan kuat untuk kembali. Nokia basecamp yang sangat kuat. Fanspage – istilah beken media sosial populer – Nokia di alam nyata itu benar adanya. Lantas, bagaimana dengan BlackBerry yang di awal kemunculannya langsung menggebrak dunia.
BlackBerry hadir dengan gagah kala itu dan cukup pongah melihat keadaan karena mereka yakin bahwa ponsel pintar itu tak akan pernah tenggelam. BlackBerry menawarkan keunggulan tingkat kalangan kelas atas, mereka nggak mau menyentuh kelas bawah karena bukan level untuk menaikkan market maupun nama besar. BlackBerry terlena tak sampai satu dekade, sebelum benar-benar jatuh digilas Android dan iOS.
BlackBerry yang Tamak dan Rendahkan Android
Apa kabar BlackBerry saat kini? Masihkah manja. Masih sombong dan angkuh. Masih baik-baik saja atau malah bingung mau memutuskan arah. Kiri dan kanan adalah tikungan tajam. Salah nyetir langsung nyemplung.
Jalan berliku BlackBerry akan segera putus di tengah jalan dan jatuh ke jurang terendah karena sebuah keegoisan. Mereka yakin bisa mempertahankan sistem operasi “hitam putih” dan keyboard fisik dalam meraih lebih banyak user.
Pembaharuan sistem operasi pun seperti sedang main layangan, putus saat terbang tak bisa mencapai awan. Perbaikan sistem yang sama sekali bukan memperbarui yang lama namun menambah beban berat bagi smartphone dengan memori kecil.
Pada akhirnya ponsel BlackBerry cuma ngandalin pesan instan, BlackBerry Messenger. Aplikasi yang dijual oleh produsen Kanada ini bukan tanpa cacat, pada ponsel bawaannya saja ia sangat berat. Pada akhinya, ponsel BlackBerry ngelag sesering mungkin yang memunculkan kejenuhan pada user.
Semakin lama sebuah produk BlackBerry digunakan semakin rentan pula mati mendadak, kayak orang kecelakaan seketika. BlackBerry sama sekali nggak peduli. Tak ada solusi untuk hal-hal ini bahkan mereka mengeluarkan produk-produk premium lain dengan harapan kena di hati konsumen. BlackBerry memberikan harapan-harapan palsu demi menyukseskan ikon keamanan konsumen.
BlackBerry Kehilangan Pengguna Di mana-mana
User di Indonesia sempat stagnan dan gagal move on dari BlackBerry. Saat negara lain telah ramai menggunakan produk Android yang lebih user friendly, di sini malah masih membanggakan BlackBerry dengan segala keterbatasan.
Pihak BlackBerry tentu mendapat angin segar karena pasar mereka belum “mati” seutuhnya. Sayangnya, kesetiaan Indonesia dibalas dengan tidak membangun pabrik ataupun pusat pelayanan – katakanlah demikian – yang diagung-agungkan oleh user agar berdiri di Indonesia. BlackBerry malah memilih negara tetangga yang penjualan ponselnya jalan di tepi pantas nan indah.
Android Lahirkan Banyak Produk Terbaik Gagalkan Langkah BlackBerry
Gempuran produk Android yang semakin mewah membuat user berpaling. Interface yang ada di Android kian hari kian menarik dan membaik, belum lagi Google, selaku pemilik sistem operasi ini terus-menerus melakukan update.
Tak hanya Google, produsen smartphone Android tak ketinggalan untuk update tatap muka ponsel mereka agar lebih ringan dan menghilangkan bug. Kita mengenal Froyo, Gingerbread, Ice Cream Sandwich, Jelly Bean, Kitkat, Lollipop sampai Marshmallow.
Semua jenis makanan ini adalah pembaharuan yang dihadirkan oleh Google untuk peningkatan versi Android agar lebih sempurna. Ke mana BlackBerry pada saat Google menaikkan versi sistem operasi mereka dalam jangka waktu berdekatan itu? BlackBerry masih berdalih bahwa kaum korporat masih membutuhkan keamanan yang mereka sediakan dari ponsel BlackBerry.
Kacamata mereka sepertinya hanya tertuju kepada selebriti dengan nama besar maupun Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, yang setia mengoperasikan BlackBerry. Keputusan yang fatal bagi mereka dan disesali begitu ponsel BlackBerry tidak laku lagi di pasaran.
BlackBerry Terlalu Percaya Diri dengan Sistem Keamanan
Kenapa saya berani mengatakan tidak laku? BlackBerry yang mempertahankan model ponsel begitu saja dan sistem operasi yang nggak bisa disusupi mallware, tidak bisa bangkit sekalipun kemudian mengalah dengan merilis ponsel BlackBerry Android.
Ponsel BlackBerry Android yang dijual dengan harga mahal tak kunjung menarik kembali user yang telah berpaling kepada Android maupun iOS. Di jajaran Android pasukan ini dipimpin oleh Samsung, disusul LG, Xiaomi, Asus dan brand lain.
Kekuatan iOS tak diragukan lagi dengan iPhone walaupun belakangan penjualannya tidak sebagus dulu. Kesalahan BlackBerry dalam melawan musuh adalah tak sadar diri kalau mereka telah lama jadi produk “murahan” dengan berbagai keterbatasan. Android dan iOS digempur tak cuma dengan smartphone saja, jajaran tablet juga menggiurkan user untuk berpaling.
Apakah kabar BlackBerry baik-baik saja?
Kekuasaan seumur jagung hancur lebur akibat terlalu angkuh. BlackBerry kemudian beranggapan bahwa mereka akan lebih serius ke lini lain seperti keamanan dan software.
Sampai sejauh ini, pandangan BlackBerry terbukti dengan BlackBerry Messenger masih bertengger sebagai aplikasi pesan instan bestseller di PlayStore maupun AppStore. Namun jangan lupa bahwa pesan instan lain yang lebih ringan semakin hari semakin sering di tingkatkan versi oleh pengembangnya.
BlackBerry Smartphone Tangguh Sayang Tak Ada Inovasi
Smartphone BlackBerry bukan selalu jelek. Catatan saya, BlackBerry hadir dengan hardware yang cukup tangguh. Secepat kilat melesat dan mengubur impian Nokia yang masa itu masih berjaya.
Hanya saja, BlackBerry lupa bahwa abad Nokia cukup lama bertahan dengan melahirkan produk inovatif untuk semua kalangan. BlackBerry begitu yakin dengan kelas atas yang sebenarnya bukan apa-apa dibandingkan dengan kalangan menengah ke bawah.
BlackBerry punya ciri khas yang tidak mungkin orang lupa. Sejauh ini masih mempertahankan ciri khas ini namun masih nggak peduli soal software. BlackBerry hadir “seadanya” dengan harga relatif mahal padahal tetangga sebelah melahirkan spesifikasi lebih tinggi dengan harga jauh lebih murah, dan laku di pasaran.
Memang, nggak ada dapat meramal nasib tetapi pengalaman mengajarkan lebih dari nasib. BlackBerry belum cukup kuat untuk berkuasa karena tidak semua kalangan mereka kuasai.
Nasib BlackBerry kemungkinan tidak akan jauh berbeda dengan Seimen, Ericson maupun brand lain yang kini tinggal kenangan. Apakah BlackBerry mau tinggal nama saja? Jika tidak, buatkan smartphone yang mumpuni dan harga masuk akal!
Leave a Reply