Benarkah Bill Gates Buat Vaksin Covid-19 Jauh Sebelum Tahun 2020? – Pernah dengar kalau antivirus diciptakan terlebih dahulu baru kemudian virusnya? Mungkin teori ini sedikit tidak masuk akal karena belum ‘ada’ yang membenarkan. Tetapi, konsep ini sebenarnya nyata dan kita pura-pura tidak tahu saja. Antivirus diciptakan untuk menghalau virus. Nah, begitu virus mati barulah antivirus itu dijual.
Jadi, teori konspirasinya, orang yang menciptakan virus mencoba terlebih dahulu dalam penelitian panjang dan habiskan banyak uang. Virus ini kemudian disuntik antivirus. Berkali-kali sampai berhasil mati. Jika belum berhasil, dicoba lagi percobaan lain agar virus ini ada obatnya. Sebelum antivirus ditemukan, sebuah virus tidak akan ‘diluncurkan’ ke permukaan. Saat virus sudah ada antivirus maka virus tersebut langsung disebar.
Baca Juga:
|
Daftar Isi
Covid-19 Virus yang Dibuat Manusia?
Bagaimana ini terjadi? Mudah saja. Virus yang sudah ada antivirus itu disebar ke mana-mana, didiamkan terlebih dahulu sampai terjangkit bahkan membunuh massal. Jika sudah berhasil membunuh, merugikan dan ‘menggoyang’ perekonomian suatu negara, maka antivirus perlahan-lahan akan diluncurkan. Kenapa perlahan-lahan? Kenapa nggak sekalian saja demi kemanusiaan?
Tidak ada ‘kemanusiaan’ dalam bisnis. Uang tetap uang. Bisnis tetap nomor satu. Antivirus yang dijual dalam jumlah sedikit tentu dengan harga mahal, karena persediaan terbatas. Banyak orang memburu, membeli, sampai membunuh agar bisa mendapatkannya. Setahun dua tahun dengan siklus yang sama, balik modal, atau mendapatkan keuntungan berkali lipat. Barulah dijual seperti kita membeli Paracetamol; dengan mudahnya.
Virus Corona Covid-19 yang dimulai dari Wuhan, China, akhir 2019, juga mengundang teori konspirasi yang cukup panjang sekali. Sebutan teori konspirasi karena tidak ada yang benar dan salah dalam hal ini. Semua orang mengambil keuntungan dengan menyalahkan orang lain dan membenarkan orang lain.
Covid-19 yang menyerang pernapasan membuat banyak orang ketakutan. Di mana-mana orang mulai menerapkan gaya hidup sehat. Masker menjadi gaya hidup orang yang ingin terhindar dari penyakit ini. Jarak dengan orang-orang dari 1 meter sampai 4 meter. Silaturahmi hancur berkeping-keping karena virus ini.
Seruan untuk lockdown atau karantina wilayah dari pihak-pihak yang berkepentingan. Perekonomian berantakan dengan ditandai PHK di mana-mana. Orang-orang kemudian ‘mati’ kelaparan bukan karena virus datang akibat pemerintah mementingkan politik dibandingkan rakyat sendiri. Mungkin juga penguasa memiliki kepentingan agar kaya raya dan lupa sama Tuhan.
Pengakuan Siti Fadilah, Mantan Menkes RI
Bill Gates ikut dibawa-bawa dalam teori konspirasi ini. Dalam rekaman video di YouTube, Deddy Corbuzier, ‘Siti Fadilah, Sebuah Konspirasi – Saya Dikorbankan’ yang tayang 21 Mei 2020. Presenter yang terkenal lewat Hitam Putih ini mewawancari Siti Fadilah, mantan menteri kesehatan.
Dalam wawancara dengan durasi 25:46 menit tersebut, ada kesimpulan yang menarik yaitu ‘Saya Tidak Salah, Tapi Saya Kalah’ atau ‘Konspirasi Bill Gates Soal Pandemi 2020’ di mana Siti Fadilah secara jelas memberikan gambaran mengenai ramalan pemilik Microsoft itu beberapa tahun lalu.
Siti Fadilah mengaku berhasil menghalau flu burung yang hampir membuat seluruh dunia lockdown bertahun-tahun lalu. Namun, WHO tampaknya tidak senang dengan keputusan yang diambil oleh seorang menteri dari Indonesia. WHO yang kalah banding dengan teori vaksin, bisnis dan lain-lain tampaknya harus membungkam Siti Fadilah. Tak lama, Siti Fadilah divonis megakorupsi yang tidak pernah dilakukannya. Untuk lengkap, bisa menonton di kanal YouTube Deddy Corbuzier.
Di menit ketiga, Deddy bertanya, “Di mana-mana Ibu mengatakan, jangan menggunakan vaksin dari Bill Gates, menurut pengalaman Ibu kenapa?” Jelas sekali kalau diskusi ini tidak ringan tetapi masyarakat harus tahu. Kembali lagi, ini soal konspirasi, entah benar entah salah.
Siti Fadilah mencoba memberikan pandangan sesuai keberatan hatinya. Dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos (Swiss) awal tahun 2017, Bill Gates berdiri sebagai pembicara utama namun menganalisa soal pandemi yang akan terjadi di tahun 2020. Siti Fadilah merasa keberatan karena Bill Gates adalah ahli virus komputer bukan virus manusia (soal kesehatan).
Kejanggalan demi kejanggalan dalam analisa Siti Fadilah berbuah manis dalam hidupnya. Siti Fadilah kemudian ‘dibungkam’ dalam penjara sedangkan mereka yang akan kaya raya, termasuk buzzer di internet, terus menyuarakan kepentingan vaksin dan vaksin.
Masih dalam wawancara dengan Deddy Corbuzier, Siti Fadilah dengan tegas memberikan pendapat bahwa untuk membuat vaksin Covid-19, para ahli dan tenaga medis Indonesia sangatlah sanggup. Indonesia tidak perlu membeli vaksin, bahkan alat untuk tes virus ini (suhu tubuh) dari luar negeri, apalagi dari Amerika Serikat.
Alasan yang masuk akal kalau kita memahami dengan baik – bagi yang mau, tentu bukan bagi buzzer. Secara logika, iklim tubuh orang Asia Tenggara (Indonesia) sangat jauh berbeda dengan Wuhan (China) apalagi Amerika Serikat. Jadi, kalau vaksin yang telah dibuat untuk warga Amerika dan cocok di sana, sampelnya akan berbeda dengan suhu tubuh di masyarakat Indonesia. Satu atau dua mungkin berlaku, tetapi persen yang besar lain tidak akan mungkin.
Siti Fadilah tentu memiliki pengetahuan yang lebih banyak dari kita. Tetapi yang pasti, besar dana yang dikeluarkan oleh Bill Gates (sejak dulu jika benar perkiraan Siti Fadilah) untuk menemukan vaksin Covid-19 ini, sangatlah besar. Bill Bates memiliki lembaga sosial dan pendidikan. Semua orang tahu. Tetapi orang kaya di dunia ini memiliki ambisi yang sebenarnya bukan jalannya; yaitu soal vaksin virus manusia bukan vaksin virus komputer.
Kenapa tidak masuk akal keterlibatan Bill Gates dalam penelitian dan pembuatan vaksin Covid-19 ini? Bill and Melinda Gates Foundation mendanai pengembangan vaksin Covid-19 dengan angka yang fantasis, yaitu US$ 300 juta (setara Rp 4 Triliun lebih).
Wajar orang berpendapat aneh karena Bill Gates selama ini dikenal sebagai otak utama ‘virus’ komputer dengan kehebatan Microsoft. Memang, kalau bicara kekayaan Bill Gates (US$ 98 Miliar) tidak ada yang mustahil untuk dilakukan, apalagi untuk kemanusiaan. Namun, sekali lagi ini adalah konspirasi yang tidak mungkin atau mungkin murni kemanusiaan semata sebab kepentingan lain bisa terlintas.
Teori Konspirasi Bill Gates
Teori konspirasi pertama, bisa jadi Bill Gates ingin meraih popularitas lebih tinggi dalam kepentingan kemanusiaan ini. Dalam tujuan pemilihan presiden Amerika Sekitat beberapa waktu ke depan. Jika vaksin Bill Gates berhasil dibuat, Amerika dan bahkan dunia tergantung kepadanya, maka kepemimpinan negeri adidaya akan diraihnya, apakah Bill Gates sendiri atau Melinda Gates.
Ini waktu yang akan menjawab. Jika vaksin Bill Gates gagal, maka tutup mulut yang pasti seperti dalam drama, “US$ 300 murni kemanusiaan” atau “Bill Gates tidak benar mengeluarkan dana sebesar itu,” maka orang akan lupa.
Teori konspirasi kedua, sama seperti tujuan awal kemunculan Bill and Melinda Gates Foundation, semua kepentingan politik tidak ada di sini, cuma kemanusiaan saja. Artinya, dana pengembangan US$ 300 itu adalah murni untuk membantu kesembuhan umat manusia di dunia. Ini akan mirip dengan bagi-bagi beasiswa atau pengadaan obat-obatan di negara-negara berkembang oleh organisasi sosial mereka.
Namun, sekali lagi, inilah teori konspirasi yang semua orang butuh kepentingan. Bill Gates disebut mengembangkan vaksin Covid-19 berbasis teknologi digital. Di mana, Bill Gates akan ‘memantau’ aktivitas warga dunia untuk kepentingannya, kepentingan perusahaan, bahkan kepentingan bisnis.
Vaksin yang dikembangkan Bill Gates berupa microchip yang akan ditanam sebagai alat pelacak. Dengan begitu, tidak akan ada lagi kehidupan penuh privasi ke depannya jika benar vaksin ini berlaku. Masyarakat dunia dibuat terinfeksi ‘semua’ Covid-19 lalu disuntik vaksin Bill Gates, maka semua database dari alam manusia akan tersimpan di sever ‘hanya’ Bill Gates saja yang tahu.
Benar-benar dalam film fiksi ilmiah bukan? Tidak ada yang mustahil kalau melihat Google maupun Facebook yang gagal merahasiakan data konsumen. Bahkan, akhir-akhir ini Tokopedia, Bukalapak bahkan situs KPU disebut telah diretas dengan jutaan data masyarakat Indonesia bocor untuk kepentingan politik luar negeri.
Covid-19 Siapa Atas Kepentingan Siapa?
Dengan semangatnya Bill Gates dalam mengembangkan vaksin Covid-19, kemungkinan apapun bisa terjadi. Kita hanya menunggu waktu dan kapan semua ini berlaku. Bill Gates punya kepentingan yang kita tidak tahu – sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat. WHO jelas memiliki kepentingan yang tak lain menjual obat – vaksin – ke negara-negara berdampak dalam harga mahal agar organisasi berkembang baik.
Wuhan (China) bisa saja jadi kambing hitam atau malah memang mereka yang bandel setelah makan kelelawar yang diharamkan dalam al-Quran. Amerika Serikat dengan kedekatannya dengan Israel bisa menyimpan misteri awut-awutan agar negara mereka tidak lagi miskin. Amerika Serikat mau merampas apa saja asalkan negara mereka tetap berkuasa dengan WHO dibawah tangan, orang-orang kaya berkuasa dengan teknologi, dan menekan negara lain agar tunduk kepada mereka meskipun suatu negara itu mampu berdiri sendiri.
Kapan pandemi Covid-19 akan berhasil? Kita tidak tahu. Seperti yang saya sebut di atas, jika virus ini dibuat, pura-pura dulu mengembangkan vaksin, kalau sudah terjadi ‘pembunuhan’ massal baru dikeluarkan sedikit demi sedikit dengan harga mahal. Pada saat kondisi sudah normal, vaksin ini akan mudah ditemukan di mana-mana. Maka akan terkenal orang yang menemukan vaksin ini. Apakah Bill Gates, Wuhan, Amerika, Israel, atau Indonesia itu sendiri.
Nama terakhir barangkali masuk dalam pengecualian. Pengalaman dari Siti Fadilah, dibungkam, pembunuhan karakter, setelah membuat flu burung – yang diciptakan juga – merugikan WHO dan tokoh bahkan negara lain yang sudah atau sedang mengembangkan vaksin kala itu.
Gagal di flu burung masuklah fase Covid-19 atau Corona. Mau penamaan apa saja, intinya kita telah kalah. Kita sendiri yang membuatkan pebisnis terus kaya, penguasa tidak peduli terhadap rakyat, dan keresahan di mana-mana; yang tak boleh lupa umat beragama telah jauh dari Tuhan-nya.
Kita hanya mampu menunggu. Selama itu, hanya ada dua pilihan. Mati kelaparan atau menanti Virus Corona Covid-19 menyerang!
Leave a Reply