Banjir bandang NTT terjadi pada Minggu, 04 April 2021 sekitar pukul 01.00 WITA. Di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, merupakan daerah paling parah terjadi banjir bandang dan longsor kala itu. NTT tak lain daerah potensi curah hujan lebat dan angin kencang.
Bencana alam memang tidak bisa diprediksi sama sekali. Alam bisa ‘marah’ kapan saja tanpa bisa melihat waktu dan kebutuhan manusia. Saya tentu ingat pagi Minggu di 26 Desember 2004. Pagi yang indah dan sejuk tiba-tiba berubah petaka setelah gempa dan tsunami menghantam Aceh. Semua berlari mencari keteduhan dan keselamatan, namun sebagian besar dari kami hanyut dibawa air laut berlumpur.
Di NTT juga akan demikian. Kepanikan terjadi begitu saja dengan pasti. Tidak ada kata untuk berlari ke mana-mana. Tidak bisa berbuat apa-apa di tengah malam buta. Saya sudah bisa meraba bagaimana kalutnya mereka. Di tengah mati lampu dan gelap gulita, teriakan di mana-mana dan hantaman banjir bandang yang tidak bisa berhenti.
Mau berlari tetapi tidak bisa. Mau minta tolong juga entah kepada siapa karena semua orang butuh pertolongan. Saya juga ingat sekali, setelah tsunami besar itu, hampir tiap saat Aceh mengalami gempa. Bahkan, tengah malam pernah terjadi gempa susulan yang kemudian diikuti oleh derit kendaraan di jalan menuju dataran tinggi.
Dalam gelap, meraba. Dalam gaduh, berteriak. Demikian seterusnya tanpa pamrih yang saya yakin sekali dialami oleh mereka di NTT malam itu. Yang selamat meratap di pagi hari. Yang hilang kemudian dicari. Bangunan telah hancur lebur. Jalanan tertutupi lumpur.
Banjir bandang NTT telah memakan banyak korban. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebanyak 128 orang dinyatakan meninggal dunia dan lebih dari 22.000 jiwa terdampak bencana alam ini.
Entah ke mana dan mau bagaimana kemudian, tentu sudah bisa diprediksi. Kekurangan makanan dan pakaian menjadi sebuah hal yang sudah bisa ditebak. Bahkan, bisa bertahun-tahun di pengungsian apabila belum mendapatkan perbaikan rumah yang telah rusak, dan mendapatkan bangunan baru untuk rumah yang telah hilang.
Kehilangan tempat tinggal menjadi petaka yang tak terkira pedihnya. Ratusan rumah, bangunan sekolah, dan bangunan sentral lain hancur lebur dibawa arus. Mau berteriak untuk kembali tentu tidak mungkin. Ingin tidur lelap dengan enaknya sudah jauh dari perkiraaan.
Kini tinggallah luka yang teramat dalam. Saudara kita di sana, sedang menanti bala bantuan dalam bentuk apapun. Saya tahu itu pasti. Hampir setahun di penampungan (pengungsian) kami dulu hanya menanti bantuan datang tanpa bisa berbuat banyak. Mau bangkit sudah tak mampu tetapi hidup harus berjalan.
Makan sesuap nasi rasanya sudah berkah teramat panjang. Uluran tangan dari siapapun sangat dibutuhkan untuk meredakan luka sepanjang waktu. Malam yang dingin ingin segera usai. Siang yang terik juga demikian. Semua harus berlalu dengan cepat agar semua baik-baik saja sebagaimana mestinya.
Kita mestinya tergerak hati untuk mereka. Luka mereka adalah luka kita. BPBD Kabupaten Sumba Timur menyebut 54 KK atau 165 jiwa telah mengungsi. Selain itu, 109 KK atau 475 KK terdampak dari banjir bandang ini. Mereka butuh uluran tangan kita. Tidak di satu tempat saja tetapi di Kupang, Timor Tengah Selatan dan Alor merasakan dampak dari bencana ini.
Area Pelayanan Wahana Visi Indonesia (WVI) menjadi satu bagian dari senyum yang harusnya ada. WVI telah mendistribusikan tandon beserta 5.000 liter air bersih di 2 lokasi pengungsian di Mauliru dan Kambaniru, Kabupaten Sumba Timur, salah satu wilayah yang terdampak Siklon Tropis Seroja ini. WVI mulai melakukan kerja sosial ini sejak tanggal 5 April 2021.
Uluran tangan kita bisa melalui Wahana Visi Indonesia. Lembaga ini tetap merespon dampak bencana selama 3 bulan terhitung sampai 5 Juli 2021. Nantinya akan fokus dalam menyediakan sanitasi dan air bersih, perlengkapan keluarga, bantuan nontunai untuk pemulihan ekonomi keluarga, alat pelindung diri (APD), juga mitigasi bencana untuk memperkuat kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana.
Tentu saja, tidak mudah untuk mengatasi ini semua. WVI tidak bisa bekerja sendiri tanpa kita saling bahu-membahu membantunya. Untuk itu, tak ada salahnya untuk menyisihkan sedikit rezeki untuk saudara kita di NTT. Kirim donasi di sini , agar senyum mereka tetap menyala, tidak hari ini mungkin esok lusa.
Leave a Reply