7 Keindahan Papua dalam Kanvas Tuhan untuk Negeri Terasing – Suatu ketika, tenang Papua dalam ingin tak ingin. Sungguh jauh sebuah kenangan yang ingin dibalut untuk menyegarkan ingatan tentang Papua. Bahkan, tidak sama sekali apa yang ingin disampaikan jika Papua digadang-gadangkan.
Bukan karena dari Sabang sampai Merauke; berjajar pulau-pulau. Bukan juga karena saya di Aceh, di sana Papua. Tetapi, karena suguhan apa yang beda, tak serupa sama sekali, bahkan dalam mimpi nanti malam, tentang Papua sungguh tak akan singgah.
Baca Juga: |
Apa yang terlintas ketika Papua disebut? Raja Ampat? Orang-orang dengan koteka? Rumah yang seadanya? Atau pengunungan untuk melintasi satu desa ke desa lain?
Papua itu soal rasa yang tertinggal jauh, namun manis dalam suguhan alam meskipun sangat mahal untuk sampai ke sana. Jayapura menjadi satu-satunya singgahan modern di timur Indonesia. Mau tidak mau gaya hidup perkotaan yang keartisan ada di sini. Namun demikian, bukan berarti keindahan alam telah tergadaikan. Jayapura memiliki sejuta pesona jika memang mau menjejakinya.
Daftar Isi
Pesona Jayapura yang Tak Gemerlap Lampu Malam
Papua masih dianggap sebelah mata meskipun memiliki beberapa destinasi unggulan. Entah karena terlalu jauh atau karena kurang promosi dari daerah setempat. Namun yang pasti tiket begitu mahal untuk sampai ke pedalaman Papua yang eksotis.
Tak ubah belian, Papua masih sangat murni di atas segalanya. Tiupan angin yang romantis membawa pengaruh besar terhadap angan-angan dan cita-cita. Di Jayapura kita bisa mulai melangkah di beberapa destinasi yang menjadi ciri khas dalam suatu waktu.
Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Cenderawasih tak lain burung kebanggaan masyarakat Papua. Taman Nasional Teluk Cenderawasih juga demikian. Taman ini memiliki luas 1.453.500 hektar di mana hampir 90% berupa perairan.
Bayangkan apa yang akan kita lihat di kawasan konservasi laut terluas di Indonesia ini? Setidaknya, ada sekitar 196 jenis moluska, 209 jenis ikan dengan pesona bawah laut tak terbantahkan, jangan lupa kura-kura, penyu yang jarang ditemui, hiu sampai lumba-lumba menjadi teman penyelam di kawasan ini.
Taman Nasional Teluk Cenderawasih memiliki pulau-pulau yang luar biasa indah. Jika ingin melihat goa dengan sumber air panas yang mengandung belerang maka Pulau Mioswaar adalah pilihannya. Pulau Yoop, Pulau Numfor, Pulau Nusrowi dan beberapa pulau lain jangan sampai terlewat saat berada di kawasan ini.
Destinasi wisata di Papua selalu dekat dengan alam; lautan, hutan dan pengunungan. Begitu juga dengan taman alam liar ini. Adrenalin akan dipacu dengan tak bisa dicegah, keberadaan satwa dan fauna menjadi hiasan mata paling indah. Biota laut adalah lukisan yang akan menari-nari sepanjang hayat.
Danau Sentani
Tujuan wisata yang jarang orang lewatkan ketika ke Jayapura adalah Danau Sentani. Suku asli Sentasi menjadi bagian penting berwisata ke daerah ini. Dengan luas 9.360 hektar, Danau Sentani memiliki 22 buah pulau di bagian tengahnya. Keindahan yang tak terbendung di daerah dengan jarak 50 km dari pusat ibu kota Papua.
Salah satu panorama yang menjadi ikon Danau Sentani adalah padang sabana hijau yang mampu menyegarkan pandangan. Sore hari menjadi waktu yang sangat romantis jika berada di Danau Sentani; tak kalah dengan sunset di Bali yang selalu diagung-agungkan banyak orang.
Di Danau Sentani, satwa endemik hidup dengan bebas. Ikan hiu gergaji menjadi hewan yang paling dinantikan kehadirannya oleh wisatawan. Ciri khas yang nyata dan pas untuk mengetahui ikan langka di Papua.
Saking terkenalnya, Festival Danau Sentani adalah ajang tahunan di sini. Bulan Juni adalah pemilihan waktu yang tepat untuk menikmati ragam rupa Papua dari dekat. Suku Sentani dengan senang memamerkan tarian tradisional, pentas seni maupun kerajinan tangan bahkan fosil satwa langka dari Sentani.
Kita akan menemukan jawaban dari sejarah panjang yang belum terbayarkan sampai kini. Ke Danau Sentani, sejenak saja bisa menikmati hal itu semua.
Pegunungan Cyclops
Pegunungan Dobonsolo atau Pegunungan Holo adalah deretan gunung indah di Papua. Dengan panjang 36 km, gunung ini membentang dari timur ke barat. Puncak tertinggi pengunungan ini antara lain Gunung Dafonsoro dengan ketinggian 1.580 mdpl, Gunung Butefon dengan ketinggian 1.450 mdpl, Gunung Robhong dengan ketinggian 1.960 mdpl, Gunung Haelufoi dengan ketinggian 1.960 mdpl, Gunung Rafeni dengan ketinggian 1.700 mdpl, dan Gunung Adumama dengan ketinggian 1.560 mdpl.
Puncak tertinggi Pegunungan Cycloop dapat didaki dengan waktu 8 sampai dengan 10 jam. Jalan yang ditempuh untuk mencapai puncak begitu curam, sehingga dibutuhkan pengalaman terbaik mendaki dan kehati-hatian.
Pegunungan Cyclops tak lain kawasan cagar alam karena memiliki tumbuhan yang khas, satwa yang cuma ada di sini maupun ekosistem yang mendapat perhatian lebih untuk tetap hidup dan terlindungi. Ke Pegunungan Cyclops sekadar menikmati lereng yang indah, hiking ke puncak tertinggi maupun menikmati panorama alam yang tak terdefinisi lukisannya. Kawasan yang populer di sini antara lain Bukit Bhayangkara, Skyline, Angkasa, atau Makatur.
Perbedaan yang Nyata, Rasa Cinta yang Hakiki
Papua dan segala keindahan yang dimilikinya tak lain anugerah dari Pencipta. Kita seharusnya bersyukur bahwa semua yang ada di sana tak lain lukisan yang tiada banding dengan keindahan di tempat lainnya. Meski demikian, Papua tetaplah memiliki misteri yang sulit dibagi ke luar daerah sejengkal saja.
Mungkin saja, kita akan mengejek sejahtera karena hidup bahagia dalam kesempurnaan. Apalagi jika berdiri di tengah gempita masyarakat Papua yang jelas berbeda. Kita berkulit sawo matang; bahkan putih karena asli atau telah ber-make-up. Mereka, terasing bahkan di negeri sendiri dalam perbedaan-perbedaan yang dibangun sedemikian rupa. Itulah orang Papua asli.
Laman id.wikipedia.org (11/03/20) menuliskan bahwa karakteristik penduduk Papua dibagi dalam tiga bagian yaitu pengunungan atau pedalaman, dataran tinggi dan dataran rendah atau pesisir. Masyarakat Papua memiliki sifat spiritual yang kental terhadap adat dan kebudayaan mereka dan juga kepercayaan.
Sakral dalam bersikap dan bertingkah laku – bahkan di daerah yang masih primitif sekalipun. Dalam tiga kelompok masyarakat ini pula terdapat setidaknya 25 suku dengan bahasa berbeda, cara berbeda, kebiasaan berbeda dan juga kepercayaan yang berbeda.
Nama-nama Suku di Papua |
|
|
|
Seiring waktu, berlabuh pariwisata dalam keindahan yang tak terkira. Pertukaran penduduk atau mereka yang ‘suka’ merantau merambah tanah Papua yang masih perawan. Perpaduan yang kental sekali ini mengubah yang lama menjadi yang baru. Tanpa membuang adat kebiasaan terdahulu, Papua memiliki keberagaman yang hakiki.
Percampuran perkawinan dari masyarakat Papua ini dengan daerah lain menghadirkan kultur berbeda dan kepercayaan berbeda. Kini Papua sedikitnya telah menerima perbedaan karena begitulah bhinneka tunggal ika mengajarkannya.
Laut dan Segenap Luka yang Membawa Suka
Segenap lautan di Papua adalah surga. Bukan tidak mungkin suatu waktu Papua menjadi bayangan penting setelah Raja Ampat sebagai primadona dunia. Meski tersendat-sendat sampai ke sana, bayang keindahan tak bisa mengubah apapun.
Memang, tiket mahal dan tidak begitu banyaknya penerbangan ke Papua menjadi alasan orang enggan ke sana. Tetapi, sampai ke ini, destinasi wisata hijau di Papua sangat lumrah menjadi idola. Papua memiliki definisi tersendiri soal keindahan, eksostisme, kelangkaan, perbedaan dan juga cara berinteraksi yang meskipun terdengar kasar masih tetap dalam tahap ‘excuse’ karena logat belum tentu sedang marah-marah.
Wisata laut Papua amatlah sempurna meskipun tidak di dalam sebuah lukisan. Beranjak ke sana bagaikan mimpi memeluk bayangkan di dalam Negeri Narnia.
Puncak Beo di Raja Ampat yang Melankolis
Puncak Beo atau nama lain adalah Puncak Yelbef, menjadi salah satu pertama di Raja Ampat. Puncak Beo berada di ketinggian 100 meter dari atas permukaan laut di Desa Beo Distrik Tiplol Teluk Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. (kumparan.com, 31/12/2019).
Unik dan berbeda dari yang lain, Puncak Beo disenangi banyak wisatawan dalam dan luar negeri. Pemandangan indah dengan laut lepas akan mengingatkan kita pada ‘sesuatu’ yang sulit dijabarkan dengan kata-kata. Itulah kekaguman yang tidak bisa dibayar dengan apa-apa.
Tanaman anggrek macan menjadi pewarna paling indah di sepanjang jalaan menuju Puncak Beo. Tak perlu ke Jepang untuk menikmati mekarnya bunga sakura karena di sini – apabila sedang musimnya – kita akan menikmati aroma dan warna bersemi dari setangkai bunga sakura. Ratusan spesies tumbuhan langka dan tidak ditemui di dekat rumah kita juga ada di alam bebas ini.
Bagaimana mencapai ke Puncak Beo? Kita bisa menggunakan speedboat dari Kota Waisai selama 2 jam ke Desa Beo. Jika menggunakan jalan darat bisa melalui Desa Warsandim Distrik Teluk Mayalibit. Dari sini kita akan menggunakan boat yang bisa disewa dari masyarakat setempat untuk menyeberang ke Desa Beo. Selama 30 menit berjalan kaki kita akan segera sampai ke Puncak Beo yang indah.
Misool dengan Pahatan Alam Sempurna
Batu-batu besar di atas permukaan laut tentu menarikn perhatian. Masih di Raja Ampat, dari 600 pulau terdapat 4 pulau besar yaitu Waigeo, Misool, Batanta, dan Salawati. (kumparan.com, 20/12/2019). Misool sendiri menjadi primadona karena keindahan pantai yang tak terkira dan lautan biru berombak tenang. Pasir putih juga menjadi alasan untuk berlama-lama di pulau ini. Air jernih tak lain kesegaran mata yang menggoda. Dalam sekejap, Misool membuat kita jatuh cinta.
Saat di Misool, kita bisa menyusuri daerah sekitar dengan menggunakan perahu / boat yang bisa disewa dari warga setempat. Pulau-pulau di dekat Misool yang lebih kecil menjadi objek menarik untuk dijejaki.
Misool tak lain kawasan geopark dengan potensi landscape geologi unik. Lautan dan daratan sama-sama memiliki cita rasa berbeda soal keindahan. Gugusan batu karang dan pantai begitu indah dengan bentuk bagai dibuat tangan manusia. Gua-gua dengan kecantikan tersendiri, peninggalan purbakala yang tak boleh dilewatkan begitu saja, maupun olahraga kayaking yang menjadi penikmat rasa selama di Misool.
Labi-labi Moncong Babi sebagai Keindahan Laut Langka
Bicara hewan laut, kita langsung memikirkan ikan-ikan yang bisa dimakan. Namun, ikan di laut tidak semuanya bisa dimakan begitu saja. Beberapa di antaranya memiliki keindahan tersendiri bahkan menjadi hewan dengan status endangered (EN) atau menuju kepunahan. (kumparan.com, 15/12/2019).
Labi-labi Moncong Babi menjadi salah satu hewan langka di laut Papua. Di tahun 1990-an, telur hewan ini bisa mencapai 1,5 sampai dengan 2 juta butir. International Union for Conservation of Nature (IUCN) mencatat, dalam kurun waktu 1980 sampai 2010, populari hewan ini turun hingga 57 persen.
Kura-kura laut ini memiliki nama ilmiah Carettochelys insculpta. Ciri khusus dari Labi-labi Moncong Babi antara lain bentuk tempurung dengan tepi bergerigi. Namun ketika dewasa gerigi ini akan hilang dengan sendirinya. Kaki bagian depan dan belakang mirip dengan kaki penyu yang memiliki selaput. Moncong mirip babi dengan lubang hidung besar tak lain pembeda kura-kura ini dengan kura-kura pada umumnya. Ekowisata yang selalu membuat rindu untuk menggapainya.
Papua dalam keindahan tak boleh luput dari apa yang kita inginkan untuk menjenguknya suatu saat nanti. Dari sini, kita bisa memulai angan-angan agar bisa sampai ke Papua suatu saat nanti. Dari hutan Papua yang indah, EcoNusa memberikan kelayakan untuk diketahui oleh orang lain dari negeri yang jauh ini.
Leave a Reply